NovelToon NovelToon
Pesan Masa Lalu

Pesan Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Mengubah sejarah / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: aaraa

Seorang wanita yang hilang secara misterius, meninggalkan jejak berupa dokumen-dokumen penting dan sebuah jurnal yang penuh rahasia, Kinanti merasa terikat untuk mengungkap kebenaran di balik hilangnya wanita itu.

Namun, pencariannya tidak semudah yang dibayangkan. Setiap halaman jurnal yang ia baca membawanya lebih dalam ke dalam labirin sejarah yang kelam, sampai hubungan antara keluarganya dengan keluarga Reza yang tak terduga. Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Di mana setiap jawaban justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan.

Setiap langkah membawanya lebih dekat pada rahasia yang telah lama terpendam, dan di mana masa lalu tak pernah benar-benar hilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aaraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percetakan

Perpustakaan sekolah terasa sunyi sore itu. Sebagian besar siswa sudah pulang setelah try out Kimia yang menguras tenaga. Kinanti duduk sendirian di sudut favoritnya, mencoba fokus pada soal-soal yang baru dibahas, tapi pikirannya melayang pada pesan misterius yang mereka terima kemarin.

"Masih disini?" suara Reza mengejutkannya. Pemuda itu berdiri di samping mejanya, masih dengan seragam basket yang sedikit basah oleh keringat.

"Ada beberapa soal yang masih tidak kumengerti," Kinanti tersenyum lelah. "Kamu habis latihan?"

"Yah, pemanasan untuk turnamen minggu depan." Reza duduk di sebelahnya, jarak mereka begitu dekat hingga Kinanti bisa mencium aroma mint dari sabun yang dia pakai. "Tapi sebenarnya aku kesini karena..."

"Karena pesan itu," Kinanti menyelesaikan kalimatnya. Reza mengangguk.

Tepat saat itu, Arya muncul dari balik rak buku, membawa beberapa buku tua. "Oh, kalian sudah disini."

Ada kilatan aneh di mata Reza saat melihat Arya, tapi dia segera menutupinya dengan senyum sopan. Kinanti bisa merasakan perubahan dalam sikap keduanya setiap kali mereka bertemu.

Bu Ratna muncul tak lama kemudian, mengisyaratkan mereka untuk mengikutinya ke ruang arsip. Nadia dan Dimas sudah menunggu disana.

"Kartika meninggalkan ini," kata Bu Ratna, mengeluarkan sebuah amplop usang dari laci mejanya. "Dengan pesan untuk membukanya saat kalian menemukan catatan medis rumah sakit."

"Bagaimana beliau tahu?" tanya Nadia heran.

"Kartika selalu selangkah di depan," jawab Bu Ratna simpel.

Di dalam amplop, mereka menemukan selembar foto hitam putih sebuah bangunan tua dan secarik kertas dengan tulisan tangan yang sudah memudar

"Dimana kata-kata menjadi senjata, dan tinta mengalir seperti darah. -K"

"Ini bekas percetakan Merah Putih," kata Arya, mengamati foto itu. "Salah satu percetakan tertua di Yogya. Sekarang jadi toko buku kecil."

"Aku tahu tempat itu," kata Reza. "Dekat dengan tempat les basketku."

"Kita kesana sekarang?" tanya Dimas sembari melirik jam tangannya. "Tapi sudah hampir malam."

"Besok saja," kata Kinanti. "Aku ada janji les privat matematika dengan Pak Hendra." Dia menoleh ke Reza. "Dan kamu ada latihan basket untuk turnamen, kan?"

Reza mengangguk, tampak senang Kinanti mengingat jadwalnya. Arya berdeham pelan.

"Aku bisa survey tempat itu dulu besok," usul Arya. "Kebetulan ada kelas pagi di dekat sana."

"Aku ikut," kata Kinanti spontan. "Kelasku besok hanya sampai jam 11."

Reza menegakkan tubuhnya. "Mungkin aku bisa minta izin tidak latihan besok..."

"Tidak perlu Za," kata Kinanti cepat. "Turnamenmu penting. Kami hanya akan survey lokasi, kok."

Dengan sedikit tidak rela Reza mengangguk.

Keesokan harinya, Kinanti menemui Arya di cafe dekat percetakan. Pemuda itu sudah menunggunya dengan secangkir kopi dan setumpuk buku kuliah.

"Baru selesai presentasi?" tanya Kinanti, melihat Arya masih dengan kemeja rapi.

"Yah, Sejarah Ekonomi. Lumayan melelahkan," Arya tersenyum. "Tapi setidaknya dapat A."

Mereka menghabiskan sejam berikutnya mengamati toko buku dari kejauhan, mencatat siapa saja yang keluar masuk. Kinanti tidak bisa tidak memperhatikan bagaimana Arya selalu sigap melindunginya setiap ada orang mencurigakan lewat, atau cara dia menjelaskan sejarah bangunan itu dengan antusias.

"Kamu benar-benar menyukai sejarah, ya?" tanya Kinanti.

"Sangat," mata Arya berbinar. "Setiap bangunan, setiap sudut kota ini punya cerita. Seperti..." dia terdiam sejenak, "seperti kamu."

Kinanti merasakan pipinya memanas. Untungnya, saat itu ponselnya bergetar. Pesan dari Reza.

"Latihan selesai lebih awal. Kalian masih di sana? Aku akan menyusul."

"Reza mau kesini," kata Kinanti, entah kenapa merasa perlu menjelaskan pada Arya.

Arya tersenyum tipis. "Tentu. Kita memang butuh backup."

Reza tiba dua puluh menit kemudian, masih dengan tas olahraganya. Dia langsung duduk di antara Kinanti dan Arya.

"Ada perkembangan?" tanyanya yang secara natural mengambil posisi protective di dekat Kinanti.

"Toko tutup sejak siang," lapor Arya profesional. "Tapi ada pintu samping yang masih digunakan."

Mereka menunggu hingga hari mulai gelap. Satu per satu, lampu toko di sekitar mulai mati. Setelah yakin situasi aman, mereka bergerak ke pintu samping yang dimaksud Arya.

"Kuncinya sudah tua," gumam Arya, mengeluarkan kawat dari tasnya. Dalam hitungan detik, pintu terbuka.

"Dimana kamu belajar itu?" tanya Reza, antara kagum dan curiga.

"YouTube," jawab Arya ringan, membuat Kinanti tertawa pelan.

Interior toko gelap dan pengap. Rak-rak buku berjajar rapi, tapi yang menarik perhatian mereka adalah area belakang toko. Disana, tertutup tirai plastik, berdiri mesin cetak tua yang tampak tidak terpakai.

"Masih model letterpress," kata Arya, mengamati mesin itu. "Teknologi cetak tahun 1940-an."

Kinanti mendekati mesin itu, jemarinya menyusuri huruf-huruf logam yang tersusun di atasnya. "Tunggu... ini bukan susunan huruf biasa."

Reza mendekat, senternya menyorot susunan huruf tersebut. "Benar. Ini seperti... kode?"

"Sistem substitusi," kata Arya. "Mereka menggunakan huruf-huruf ini untuk menyamarkan pesan dalam pamflet yang dicetak."

Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah dari depan toko. Refleks, Reza menarik Kinanti ke balik mesin cetak, sementara Arya cepat-cepat mematikan senter mereka.

Dua orang masuk melalui pintu depan, menyalakan lampu di area kasir.

"Yakin tempatnya aman?" tanya suara pertama.

"Tenang saja. Mereka belum tahu soal jaringan percetakan," jawab suara kedua. "Fokus saja pada arsip di museum."

Kinanti merasakan jantungnya berdebar kencang. Di kegelapan, dia bisa merasakan tangan Reza yang protektif di bahunya, sementara Arya mengintip hati-hati dari balik mesin.

"Kartika mulai bergerak," lanjut suara pertama. "Dia mengaktifkan sel-sel tidurnya."

"Biarkan saja. Kita sudah punya orang di dalam. Segera setelah lokasi arsip ditemukan..."

Suara mereka menjauh ke ruang depan. Setelah beberapa menit hening, Arya memberi isyarat untuk bergerak.

"Kita harus pergi," bisiknya. "Tapi tunggu..."

Dia mengeluarkan ponsel dan memotret susunan huruf di mesin cetak. Reza melakukan hal yang sama dengan beberapa dokumen yang tergeletak di dekat situ.

Mereka keluar dengan hati-hati melalui pintu samping. Baru setelah berjalan cukup jauh, mereka berhenti untuk mengatur napas.

"Ada pengkhianat lain," kata Kinanti pelan.

"Dan dekat dengan kita," tambah Arya.

Reza mengeluarkan ponselnya. "Aku akan hubungi Kolonel Pratama."

"Jangan," cegah Arya. "Tidak lewat telepon. Terlalu berisiko."

Kinanti mengangguk setuju. "Besok saja. Setelah try out Bahasa Inggris."

Mereka berpisah di halte bus. Reza bersikeras mengantar Kinanti pulang, sementara Arya masih harus ke kampus untuk rapat BEM.

"Hati-hati," kata Arya, matanya terpaku pada Kinanti sejenak sebelum berpaling ke Reza. "Pastikan dia sampai rumah dengan aman."

Reza mengangguk tegas. Dalam diam, keduanya mencapai kesepakatan untuk mengesampingkan persaingan mereka demi keamanan Kinanti.

Di perjalanan pulang, Kinanti tenggelam dalam pikirannya. Di satu sisi, misteri ini semakin rumit dan berbahaya. Di sisi lain... dia tidak bisa mengabaikan bagaimana dua pemuda itu selalu ada untuknya, masing-masing dengan caranya sendiri.

"Kamu oke?" tanya Reza lembut.

"Yah," Kinanti tersenyum. "Hanya... banyak yang kupikirkan."

"Soal Arya?"

"Soal semuanya," Kinanti menghela napas. "Ujian, misteri ini, Kartika... dan..." dia tidak melanjutkan kalimatnya.

Reza tersenyum maklum. "Aku mengerti. Tapi apapun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu. Kamu tahu itu, kan?"

Kinanti mengangguk, terharu dengan keseriusan dalam suara Reza.

Malam itu, sebelum tidur, Kinanti menerima dua pesan. Satu dari Reza: "Mimpi indah. Jangan lupa review soal-soal Bahasa Inggris untuk besok."

Dan satu dari Arya: "Found something in the photos. Will tell you tomorrow. Stay safe."

Kinanti tersenyum, memeluk bantalnya. Di tengah semua kekacauan ini, setidaknya dia tahu ada orang-orang yang akan selalu menjaganya.

Tapi senyumnya memudar saat teringat percakapan yang mereka dengar di percetakan. Pengkhianat di antara mereka... siapa?

Radio tua di mejanya berbunyi pelan:

".- -.- ..- / -- . -. ..- -. --. --. ..- / -.. .. / - . -- .--. .- - / -... .. .- ... .-"

(AKU MENUNGGU DI TEMPAT BIASA)

Misteri lain untuk dipecahkan besok. Setelah try out, tentu saja.

1
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
keren banget ka. bantu dukung chat story ku jg ya judulnya putri kesayangan raja mafia
Axellio
semangat terus thor upnya😃
Amichann
keren banget thor ceritanya, apalagi ini Bru bab awalan tapi udah di bikin penasaran gimana perjuangan Kartika di masa penjajahan 🤗🤩
уαѕƒι
keren ka semangat yaa/Smile/
Yulia Chan
bagus banget lo
aku selalu suka sama orang yang yg jago menempatkan diksi dalam tulisan, jadi suka sama narasinya gak monoton
Amelia's Story
keren ,baru baca tapi udah keren banget
Riska Awalliah
aku mampir yah kak🤗 semangat berkarya yah kak🔥
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
semangat 🙏✌
Sweetdark
Cerita sangat menarik dan tersusun rapi, disetiap babnya bikin penasaran banget. Jujur kaget ya dengan ide penulisnya. Keren banget Author🔥 Buat kalian, Novel ini rekomendasi bangettt✨
SAF.A.NAPIT
mampir' nih thorr semangat /Determined//Heart//Heart//Heart/
Ezzah raffael
Keren sih, ini udah terbit belum sih? Kalo belum ada yang meminang parah sih, soalnya ceritanya keren banget padahal masih bab awal 🥰
QueenRaa🌺: Bismillah doakan semoga segera ada yg meminang kakk🙈❤️
total 1 replies
iiq_cutegirl
semangat thor,,,ceritanya bagus semngat up
Kamu nanyea?
Novel kek gini yg harusnya viral nii
Penyampaian katanya bagus, alurnya apalagi😭
susah ditebakkk, daebak!!
Semangat update ya thor! Awas aja kalo sampe hiatus lagi😭
Cahaya Malam
awal cerita yg menarik, memiliki tokoh utama yg mirip dengan wajah saudara neneknya👍
Erni
bagus ceritanya
Ka1toThatLovesRead
gokil si kak penulisannya bs rapi gtuu
Rivelle
Baguss ceritanyaa! semangat buat authorr
QueenRaa🌺: waaa makasi banyakk❤️
total 1 replies
iiq_cutegirl
baru baca banget nih
twogradian
first time baca, bab pertama udah dibikin penasaran dan juga menarik banget, anyways semangat teruss kak author😍❤️❤️
eilha rahmah
cuwakep thor... tulisanmu membuatku melambung tinggi...😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!