Setelah mengukuhkan kekuasaannya atas Kota Canyu, Zhang Wei memulai perjalanan epik menuju puncak dunia demi membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan. Namun, jalan menuju tujuan itu penuh bahaya: musuh kuat, intrik politik, hingga menjadi buronan kekaisaran Qin.
Dalam petualangannya, Zhang Wei harus menghadapi penguasa Tanah Barat, mengungkap rahasia dunia, dan membuktikan dirinya sebagai pendekar pedang kelabu yang tak terkalahkan.
Dengan tekad membara, Zhang Wei bersiap melawan dunia untuk mencapai puncak tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersiap
Kaisar tidak bisa menemukan celah apa pun untuk membantahnya. Di sisi lain, beberapa pejabat mulai merasa kagum pada keahlian Zhang Wei dalam menjawab pertanyaan sulit.
Namun, sebelum Kaisar dapat melanjutkan, Qin Hu, pangeran keenam yang sejauh ini hanya diam mengamati, tiba-tiba angkat bicara. “Tuan Zhang Wei,” suaranya rendah namun penuh kekuatan, menarik perhatian semua orang. “Saya memiliki sebuah permintaan pribadi.”
Zhang Wei menoleh, menatap Qin Hu dengan alis terangkat. “Permintaan, Pangeran Keenam?”
Qin Hu mengangguk, matanya menunjukkan tekad yang mendalam. “Ya. Saya telah mendengar tentang kekuatan dan kebijaksanaan Anda. Saya percaya bahwa Anda adalah seseorang yang tidak hanya kuat secara fisik tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang dunia. Oleh karena itu, saya ingin meminta Anda menjadi master saya. Ajari saya, bimbing saya untuk menjadi lebih kuat.”
Ruangan itu menjadi sunyi seketika. Para pejabat saling berpandangan, tidak percaya bahwa seorang pangeran kekaisaran secara langsung meminta seseorang menjadi gurunya. Bahkan Kaisar tampak terkejut, meskipun dia tidak menunjukkan ekspresi apa pun.
Zhang Wei menatap Qin Hu dengan tatapan tajam. Ada sesuatu yang berbeda dari pangeran ini, pikirnya. Qin Hu tampak tulus, tetapi Zhang Wei tidak bisa mengabaikan kemungkinan adanya motif tersembunyi.
“Pangeran Keenam,” Zhang Wei akhirnya berkata, suaranya tenang namun tegas. “Saya menghargai kepercayaan Anda. Namun, saya bukan seseorang yang cocok untuk menjadi master. Saya hanya seorang pengembara yang berjalan di jalannya sendiri. Menjadi master Anda akan mengikat saya pada tanggung jawab yang tidak bisa saya terima.”
Wajah Qin Hu sedikit berubah, tetapi dia tetap tersenyum. “Saya tidak memerlukan tanggung jawab Anda, Tuan Zhang Wei. Saya hanya ingin belajar dari Anda. Jika Anda mengizinkan saya, saya bersedia membayar harga apa pun untuk mendapatkan bimbingan Anda.”
Zhang Wei menggeleng pelan. “Tidak semua hal dapat dibeli, Pangeran Keenam. Jalan saya berbeda dari jalan Anda. Saya hanya bisa memberikan satu saran: temukan kekuatan dalam diri Anda sendiri, bukan dari orang lain.”
Jawaban itu jelas, tetapi Qin Hu tidak menyerah. Sebelum dia sempat berbicara lagi, Kaisar mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Qin Hu berhenti.
“Hu’er,” kata Kaisar dengan nada tegas namun lembut, “jika Tuan Zhang Wei mengatakan tidak, maka kita harus menghormati keputusannya. Tidak ada yang memaksa dalam hal ini.”
Qin Hu akhirnya menunduk hormat. “Saya mengerti, Ayahanda. Namun, saya tetap berharap suatu hari nanti Tuan Zhang Wei berubah pikiran.”
Zhang Wei tersenyum tipis, tetapi di dalam pikirannya, dia mulai memikirkan alasan di balik ketertarikan Qin Hu. Pangeran ini tidak sederhana, pikirnya. Mungkin ada sesuatu yang lebih besar di balik permintaannya.
Perjamuan dilanjutkan, tetapi ketegangan masih terasa di udara. Zhang Wei menyadari bahwa dirinya telah menarik perhatian tidak hanya Kaisar, tetapi juga para pangeran dan pejabat tinggi kekaisaran. Langkah berikutnya harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Setelah beberapa jam penuh dengan percakapan formal dan permainan politik yang terselubung, perjamuan akhirnya selesai. Kaisar Qin Huangming memimpin acara penutupan dengan beberapa kata penuh kewibawaan. Para pejabat dan pangeran satu per satu meninggalkan aula utama, meski tatapan penuh arti mereka kepada Zhang Wei menegaskan bahwa perhatian mereka terhadapnya belum berakhir.
Zhang Wei membungkuk hormat sebelum keluar dari aula utama. Langkahnya tenang, namun di dalam pikirannya, sebuah rencana besar telah mulai terbentuk. Sepanjang perjamuan, dia telah memanfaatkan indra spiritualnya untuk memetakan seluruh bagian dalam istana. Dengan hati-hati, dia menyebarkan auranya secara perlahan, menghindari perhatian siapa pun, bahkan Kaisar. Hasilnya, dia kini memiliki gambaran yang jelas tentang struktur istana, termasuk bagian-bagian yang dijaga lebih ketat daripada yang lain.
Saat kembali ke paviliun Giok Utara, Zhang Wei berbicara dalam benaknya kepada masternya. “Master, aku sudah menemukan lokasi yang mencurigakan. Di bagian barat kompleks istana, ada area yang dijaga lebih ketat daripada tempat lain. Penjagaan itu bukan untuk tempat tinggal, melainkan lebih mirip gudang atau tempat penyimpanan.”
Lian Xuhuan menjawab dengan nada serius. “Jika benar, benda yang kita cari mungkin memang ada di sana. Namun, itu juga berarti mereka memiliki mekanisme pertahanan yang tidak bisa diremehkan.”
Zhang Wei mengangguk pelan, meskipun tak ada siapa pun yang bisa melihatnya. “Aku akan memeriksanya lebih lanjut, tapi aku yakin. Mereka tidak mungkin mengalokasikan penjagaan sebesar itu tanpa alasan.”
Begitu tiba di paviliun, suasana tenang menyambutnya. Lentera-lentera giok memancarkan cahaya lembut, sementara para pelayan telah menyiapkan ruangan dengan rapi. Zhang Wei mengangguk singkat kepada mereka sebelum masuk ke kamarnya.
Begitu pintu tertutup, ekspresinya berubah serius. Dia duduk bersila, dan mulai menggambarkan peta berdasarkan ingatannya, ia telah menelusuri seluruh bagian istana menggunakan kesadaran spiritualnya selama perjamuan. Gambarannya begitu rinci—dari lorong-lorong panjang hingga ruang-ruang tersembunyi yang tidak ditunjukkan dalam denah biasa. Namun, fokusnya tertuju pada area barat yang tampak paling mencurigakan.
“Di sini,” gumamnya pelan, menunjuk bagian kecil dalam pikirannya. “Lokasi ini memiliki penjagaan yang tidak biasa. Aku merasakan formasi pertahanan besar yang menyelimuti tempat itu, tapi belum jelas apa fungsinya.”
Lian Xuhuan terdiam sejenak sebelum menjawab. “kita harus bersiap, mereka pasti melindunginya dengan kekuatan besar.”
Zhang Wei membuka matanya, tatapannya berkilat penuh tekad. Dia mulai memeriksa perlengkapannya, memastikan semuanya siap untuk misi malam ini. Dalam benaknya, rencana sudah mulai terbentuk. Dia tahu bahwa langkah ini berisiko, tetapi hadiahnya terlalu besar untuk diabaikan.
Di luar, angin malam berhembus lembut, membawa suasana misterius. Zhang Wei dapat merasakan aura pengawasan samar yang menyelimuti paviliun. Dia tersenyum tipis. “Sepertinya kaisar mulai mencurigaiku. Tapi itu tidak masalah. Malam ini, kita akan lihat siapa yang lebih unggul.”
Malam semakin larut, dan paviliun Giok Utara tenggelam dalam keheningan. Namun, bagi Zhang Wei, keheningan ini hanyalah bagian dari rencana besarnya.