Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Terlanjur Basah
Graysen, menarik napas perlahan kemudian membuangnya secara umum. Menetralisir pikirannya yang di porak porandakan oleh kenyataan, bahwa ucapan Algeria itu benar adanya. Ayahnya —Muchen, tidak akan pernah setuju dengan hubungan antara mereka dengan manusia terjalin.
"Yang mulia pangeran, sebaiknya kita kembali ke kediaman, kulit Anda sudah mulai memerah karena perlindungan anti panas sudah mulai menipis." Judy, menarik Graysen dari pikiran-pikirannya tentang apa yang akan terjadi,jika yang mulia Raja, mengetahui keberadaan,Zi. Saat ini Dia masih aman karena adanya Yang mulia Ratu,jika perempuan iblis itu bertindak maka hancurlah pertahanan Graysen,dan Zi,juga akan terbawa menderita.
"Hem. Kita kembali sekarang, Judy." Jawab Graysen tidak bersemangat. Tadi, dia begitu marah saat mengetahui yang membuat kaki Zi terluka, pasti karena sinar panas dari Algeria. Namun, Algeria,malah menamparnya dengan kebenaran. Sekarang Graysen jadi gelisah. Zi,bukan Dia yang menariknya dari dunia manusia,tapi Zi,bisa sampai ke istana kerajaan Aestherlyn, akibat rusaknya sistem teleportasi dari dua bangsa. Bangsa iblis dan Dunia dua dimensi, tempat tinggal Graysen saat ini.
Algeria, tertawa senang di dalam ruangannya saat ini, sambil mengintip kepergian Graysen dari balik tirai jendela. "Haha..masa kehancuran kalian semakin dekat, saatnya aku untuk berkuasa di istana yang megah ini!" lirihnya dan kembali tertawa terbahak-bahak.
Zi, terbangun. Ia, mimpi buruk barusan, aliran hangat yang harusnya menenangkan tidurnya juga tidak terasa sedari Zi mau tidur hingga Zi terbangun. "Kemana pemberi aliran hangat itu? Kenapa tidak muncul saat aku tidur kali ini?" Zi, mengedarkan pandangannya ke sekitar. Matanya jatuh pada Jusy yang berdiri di pojokan ruangan,dengan kepala menunduk.
"Jusy? Apa Kau tidak lelah?" Zi, memutar tubuhnya, duduk di sisi ranjang menghadap ke arah Jusy.
Jusy, menggelengkan kepalanya,"tidak yang mulia Putri." sahutnya singkat, tanpa mengangkat kepalanya untuk melihat,Zi.
Zi, manggut-manggut, sambil mengamati Jusy dengan dalam. Ya! Zi baru menyadari bahwa Jusy memiliki tanduk putih keemasan di kepalanya. Di antara kedua tanduk itu ada mahkota kecil yang teronggok dengan kokoh. "Apakah Judy juga memiliki tanduk persis seperti,Jusy? Kalau iya, berarti benar mereka kembaran." Monolog Zi, dengan bibirnya monyong ke luar dan ke depan.
Zi, tidak sadar saja bahwa Jusy memperhatikan gerak-geriknya sedari ia bangun tidur. Namun, karena perempuan kaku itu tidak mau berbicara,ia memilih untuk tetap berpura-pura diam di tempatnya berdiri.
"Jusy. Aku lapar. Bisakah kau mengambilkan aku makanan?" Lirih Zi sambil memegangi perutnya yang berbunyi. Jusy,dengan cepat mengangguk,"ya. Yang mulia Putri. Saya akan mengambilkan makanan untuk Anda, tunggu sebentar dan jangan kemana-mana, sampai saya kembali!" Jusy, tersenyum manis. Akhirnya dia bisa menggerakkan tubuhnya meski sebentar saja. "Anak itu tidurnya sangat lama, apakah semua manusia seperti itu?" Gumam Jusy saat tubuhnya tiba-tiba menghilang.
Zi, tidak heran lagi kenapa Jusy dan orang-orang di tempat ini bisa menghilang begitu saja, karena Zi juga pernah membaca buku tentang dunia lain selain dari dunia manusia,itu buku, Alger yang membelikan untuknya. Alger, bilang,'Zi,kuasai lah buku ini, karena ini buku tentang dunia lain selain dari dunia manusia. Jika sewaktu-waktu kita tersesat ke dunianya,jadi kamu tidak perlu cemas, karena dimana kamu masuk maka di situlah tempat kamu kembali.'
Zi, bangkit dari duduknya, dan berjalan ringan menuju kamar mandi. Sebagai manusia Zi membutuhkan tempat untuk buang air besar dan kecil. Berbeda dengan mahluk yang Zi lihat nyata saat ini, mereka tidak butuh kamar mandi atau semacam tempat pembuangan, karena mereka tidak makan layaknya manusia.
Ngomong-ngomong soal dunia dua dimensi, tiba-tiba saja Jusy teringat dengan gelagat Zi, yang tidak pernah bertanya tentang siapa sebenarnya dirinya dan juga Graysen. Zi, terlihat damai-damai saja saat berhadapan dengan mereka.
"Yang mulia Putri?" Jusy mengetok pintu kamar mandi, memastikan Zi masih berada di dalam ruangan rumah kaca.
"Hem. Sebentar, Jusy sialan!" Umpat Zi, saat bingkai pintu kamar mandi itu roboh dan hampir saja mengenai kepalanya, padahal Jusy hanya mengetok-nya pelan, tetapi kenapa bisa lepas begitu?
"Maaf yang mulia Putri, saya tidak sengaja." Santai Jusy karena ia berhasil menangkap bingkai pintu sebelum mengenai tubuh Zi. Jusy menariknya keluar dan menyimpan di tempat yang aman.
Zi, keluar setelah selesai memperbaiki posisi pakaiannya. Jusy, tersenyum sangat tipis, memasang pintu itu dengan kekuatannya dan mengikuti langkah Zi menuju meja makan.
Seperti biasa,Jusy, mempersiapkan segala kebutuhan Zi selama makan. Jadi dia tidak perlu repot-repot lagi untuk kesana kemari saat Zi kekurangan sesuatu.
•••
Kini Zi tengah berjalan di lorong panjang, lantainya di lapisi karpet merah,dan ini jalan yang di lewatinya bersama Graysen saat menuju ruangan rumah kaca. Zi menatap heran ke arah kiri dan kanannya. Padahal Zi sudah berusaha menghapal jalannya,tapi saat Zi yang suntuk ingin pergi sendiri ke ruangan ini, Zi,malah tidak melihat ada pintu apapun yang bisa membawanya ke jalanan lorong panjang ini.
"Jusy? Berbicaralah untukku! Setidaknya kau menjelaskan apa saja ornamen yang kita lewati." Celetuk Zi berhenti melangkah dan membalikkan tubuhnya, mendongakkan kepalanya ke atas menatap wajah cantik Jusy yang cukup menenangkan dirinya.
"Memangnya kenapa yang mulia Putri?" Tanya Jusy penasaran, setelah berbaur dengan Zi dalam waktu yang cukup lama, sedikit demi sedikit Jusy mulai mengerti dengan junjungannya.
"Aku bosan hidup dalam keheningan,Jusy. Ibuku orangnya sangat cerewet dan berbicara setiap menit jika Dia mau. Sedangkan Ayahku lelaki yang tampan dengan wajah garangnya,tapi dia sangat baik,dan mudah berbicara tentang apa saja yang kami temui." Zi menjeda ucapannya sebentar. "Jadi selama berada di sini, otakku ikut berhenti bekerja karena tidak tau apa yang harus di bahas. Aku juga tidak tau memulai pembicaraan dari mana." Ulas Zi menepuk tangan Jusy dua kali,itu artinya Zi kesal dan merasa gemas pada Jusy. Sebenarnya sasarannya adalah pundak perempuan kaku itu, tapi tinggi mereka yang bagaikan bumi dan langit, jadi Zi cukup menepuk tangannya saja.
Perlakuan aneh Zi membuat Jusy terkejut. Reflek perempuan patung manekin misterius itu mengangkat tangannya dan menjauhkan dari, Zi. "Ck. Jusy,kau benar-benar sialan!" Zi cemberut dan berbalik badan, kembali melanjutkan langkahnya. "Apakah yang mulia Putri,salah paham?" Jusy menghembuskan napas kasar, menarik pelipisnya ke bagian tengah, memijatnya karena merasa berdenyut keras.
Lagi-lagi Jusy menjadi serba salah. Dia tidak tau harus berbuat apa sekarang. Mau membujuk Zi,dia tidak tau cara berbasa-basi, perkataan Zi ataupun Graysen adalah perintah baginya. Hanya itu saja yang Jusy lebih ketahui.
Berjalan dalam senyap menyusuri lorong hingga akhirnya mereka sampai di ruangan milik Graysen. Pemuda balok kering itu,tersentak dalam ketika melihat kehadiran Zi, bibirnya ter-katup dengan keringat dingin mengucur dari dalam tubuhnya.
"Kenapa kau membawanya kemari tanpa memberi tahukannya padaku,Jusy?" Graysen melotot tajam pada Jusy dan berbicara melalui telepati.
Zi, yang semula cemberut kini menatap orang-orang yang berada di dalam ruangan itu dengan wajah keheranan, mereka seakan bertanya-tanya siapakah dirinya, yang tiba-tiba muncul dari sebuah pintu ruangan pribadi milik Graysen.
Graysen, mengumpati Jusy yang datang tanpa mengirimkannya sinyal terlebih dahulu, sekarang dia harus bagaimana,sudah terlanjur basah. Muchen—Ayahnya Graysen,sudah terlanjur melihat rupa Zi secara keseluruhan. Graysen, Judy dan Jusy benar-benar mematung dengan degup jantungnya berdetak lebih cepat.