Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Seorang pria dan jalan menuju Ruoshang
Hutan gelap, lembab, dan penuh ancaman. Xin Yue dengan gaun tipis yang melekat ditubuhnya, berjalan perlahan diantara pepohonan yang tinggi. Dinginnya malam menusuk tulang, tapi ia tetap bergerak tanpa henti. Pikiran tajamnya terus bekerja, mencari cara untuk bertahan hidup di lingkungan yang tidak ramah ini.
"Jika aku mati di sini, itu akan menjadi lelucon besar." gumamnya, sambil memeriksa ranting ranting di sekitarnya. Ia menemukan beberapa yang cukup kuat untuk dijadikan perangkap. Dengan cepat, dia merangkai jebakan sederhana menggunakan akar pohon.
Tak lama, jebakan itu berhasil menangkap seekor kelinci kecil. Xin Yue menyalakan api dengan gesekan baru, memasak dagingnya dengan hati hati. Asap tipis mengepul, membawa aroma yang mengingatkannya pada masa kecil, masa ketika mencuri makanan untuk bertahan hidup di jalanan.
"Betapa ironisnya." ia berkata pada dirinya sendiri. "Seorang pencuri ulung sekarang seperti binatang liar."
Hujan turun deras saat malam tiba. Xin Yue bergegas mencari tempat berteduh. Ia mengintai dari balik semak semak dan melihat sekelompok bandit sedang menyerang seorang pria muda berpakaian mencolok.
Bandit bandit itu tertawa keras, mengancam pria itu sambil merampas barang barangnya. Salah satu dari mereka berkata, " Apa yang kau lakukan disini, nona manis." saat melihat Xin Yue keluar dari tempat persembunyiannya.
Xin Yue berdiri tegak, menatap mereka dengan dingin. "Aku hanya lewat. Tapi jika kalian ingin mati, aku bisa mengurusnya."
Bandit itu tertawa, "Kau berbicara besar, nona. Dengan pakaian seperti itu, kau lebih cocok jadi mainan kami."
Sebelum bandit itu selesai berbicara, Xin Yue menggunakan setiap benda disekitarnya sebagai senjata, batu, ranting, bahkan tanah untuk mengalihkan perhatian. Bandit terakhir mencoba kabur, tapi ia melempar batu dengan presisi, menjatuhkan mereka.
Ia berdiri di tengah para bandit yang kabur, darah menetes dari ranting di tangannya. "Aku sudah memperingatkan kalian." katanya dingin.
Setelah dia selesai berurusan dengan para bandit, dia mengalihkan pandangannya pada pria disampingnya. Pria muda yang diselamatkan itu berdiri dengan gemetar, matanya terbelalak melihat Xin Yue. "Kau luar biasa!" katanya dengan nada kagum yang sedikit berlebihan. "Tapi... pakaianmu... uhm, agak tidak biasa untuk ukuran seorang penyelamat.
Xin Yue melirik dirinya sendiri, lalu pria itu. "Diam saja kalau tidak punya nyali. Kalau aku tidak datang, kau sudah jadi mayat.,"
Pria itu tersenyum kikuk. "Aku Ru Jian. Dan aku berutang nyawa padamu. nona...?"
"Xin Yue." jawabnya singkat.
"Nama yang indah, tapi sikapmu galak sekali." kata Ru Jian sambil tertawa kecil. "Tapi aku suka, kau seperti mawar berduri."
"Jika kau tidak punya sesuatu yang berguna untuk dikatakan, tutup mulut." balas Xin Yue dengan tajam.
Ru Jian mengangkat tangannya dengan gaya dramatis. " Baiklah baiklah, tapi sebagai bentuk terimakasih, izinkan aku membawamu ke Ruoshang. Di sana, kau bisa mendapatkan makanan, pakaian, dan mungkin... sedikit hiburan."
Xin Yue memandangnya curiga, "Apa itu Ruoshang ?".
"Surga". Jawab Ru Jian dengan senyum lebar.
"Percayalah. Kau tidak akan menyesal".
Xin Yue berpikir sejenak, dia masih belum yakin apakah Ru Jian bisa dia percayai, tetapi ini masih lebih baik daripada tetap disini.
***
Selama perjalanan, Ru Jian terus berbicara, mencoba mencairkan suasana. Ia menceritakan tentang Ruosang, sebuah tempat hiburan terkenal yang terletak di dekat ibukota kekaisaran.
" Ruosang bukan hanya tempat hiburan." katanya. " Itu juga pusat informasi. Jika kau tahu caranya, kau bisa mendapatkan rahasia terbesar kekaisaran di sana."
Xin Yue hanya mendengarkan separuh dari cerita itu, lebih fokus pada lingkungan sekitarnya. Tapi ia mulai menyadari bahwa Ru Jian, meskipun terlihat seperti pria banci yang ceria, mungkin memiliki koneksi yang lebih besar daripada yang ia tunjukkan.
***
Saat Xin Yue dan Ru Jian tiba di gerbang Ruoshang, pemandangan yang terbentang di depan mereka seperti lukisan yang hidup—indah, megah, dan penuh teka-teki. Bangunan utama Ruoshang berdiri menjulang dengan arsitektur yang memukau. Pilar-pilar marmer putih berkilauan di bawah cahaya lentera sutra berwarna-warni, sementara ukiran-ukiran halus menghiasi dindingnya, menggambarkan kisah para dewa dan legenda kuno.
Di sekitar bangunan, taman-taman yang tertata rapi memamerkan bunga-bunga eksotis yang mekar dalam warna-warna cerah, mengeluarkan aroma harum yang memikat. Air mancur kristal memancarkan air jernih yang berkilauan seperti berlian di bawah sinar bulan, menciptakan suasana magis yang membuat siapa pun merasa seperti melangkah ke dunia lain.
Namun, di balik keindahan itu, Ruoshang bukan hanya tempat hiburan. Tempat ini adalah pusat kekuasaan yang tersembunyi, di mana intrik dan rahasia kekaisaran berputar seperti benang sutra yang tak terlihat. Musik lembut mengalun dari dalam, suara alat musik guzheng dan seruling berpadu harmonis, sementara tawa lembut dan bisikan menggoda terdengar di udara. Para tamu yang datang adalah pejabat tinggi, saudagar kaya, dan bangsawan, semuanya mencari hiburan, tetapi juga menyembunyikan niat tersembunyi.
Di dalam, aula utama Ruoshang memancarkan kemewahan yang tak tertandingi. Lampu gantung besar dari kristal menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya lembut yang memantul di lantai marmer hitam mengilap. Para wanita dan pria yang bekerja di sana berjalan anggun, mengenakan pakaian sutra yang dihiasi bordir emas dan perak, setiap gerakan mereka seperti tarian yang terlatih. Wajah mereka tersenyum ramah, tetapi mata mereka tajam, mengamati setiap tamu yang datang.
Ruoshang bukan hanya tempat hiburan; ini adalah sarang para mata-mata, pembunuh bayaran, dan pedagang informasi. Di balik tirai sutra yang memisahkan ruangan-ruangan pribadi, kesepakatan gelap dibuat, rahasia negara diperdagangkan, dan rencana-rencana licik disusun. Namun, semua itu terbungkus dalam keindahan yang memabukkan, membuat siapa pun yang melangkah ke dalamnya merasa seperti tersesat di dalam mimpi.
“Indah, bukan?” kata Ru Jian, melihat ekspresi Xin Yue yang terpesona. “Tapi jangan biarkan keindahannya menipu. Ruoshang adalah tempat di mana kecantikan dan bahaya berjalan beriringan. Satu langkah salah, dan kau bisa kehilangan lebih dari sekadar nyawamu.”
Xin Yue mengangguk pelan. Ia bisa merasakan atmosfer yang berbeda di tempat ini—sebuah perpaduan antara kemewahan dan misteri yang memikat sekaligus membuat waspada. Tempat ini adalah medan pertempuran yang berbeda, di mana senjata utamanya bukan pedang, tetapi kecerdasan, tipu daya, dan informasi.
“Selamat datang di Ruoshang,” kata Ru Jian dengan senyum kecil. “Di sinilah permainan yang sesungguhnya dimulai.”