Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 33
"Hore.. ayah mau menginap di sini kan?." Tanya Mia pada Husni saat mereka sedang makan malam.
"Tanya sama mama, kalau Mama bolehin ayah nginep, ayah mau kok nginep di sini." Husni melempar pertanyaan pada Delia. Ia melirik Delia dengan menarik turunkan alisnya, semakin membuat Delia geram.
" Gimana, ma?." Tanya Mia
Pada Delia.
"Iya, sayang!." Jawab Delia singkat. Ia tak punya pilihan lain selain mengizinkan suaminya menginap di rumah orang tuanya.
Husni masuk kamar Delia, istrinya. Nampak Delia sedang merapikan kasur tempat tidurnya, Husni menghela nafas beratnya sebelum bersiap berbicara dengan Delia.
"Delia.." panggil Husni mendekati dan berdiri di belakangnya.
"Hemm..!." Hanya deheman keluar dari bibir wanita berusia dua puluh sembilan tahun.
"Terima kasih ya, Kamu tidak menceritakan pada Abah dan Umi tentang permasalahan rumah tangga kita. Dan terima kasih juga sudah mengizinkan aku dan Mia menginap di sini.." Husni.
Delia memutar tubuhnya ke belakang dan kini saling berhadapan.
"Mas, jangan terlalu berharap, aku memang tidak menceritakan masalah tentang rumah tangga kita pada Abah dan Umi, karena Abah punya penyakit jantung. Dan aku tidak mau membebani pikiran mereka. Dan satu lagi, dengan kamu menginap atau tidak itu tidak akan mengubah apapun.. aku tetap mau pisah sama kamu!." Delia dengan wajah juteknya.
"Del.. beri aku kesempatan lagi, aku bersedia ngelakuin apa aja buat kamu, asal kamu mau kembali lagi sama aku." Husni memelas.
"Enggak.. Mas! Aku gak bisa." Delia keukeuh.
Husni kecewa dan sedih, Delia masih ngotot minta cerai.
Malam telah larut waktunya istirahat. Mia mengajak kedua orang tuanya untuk tidur bertiga dalam satu ranjang, ia sudah lama tak merasakan tidur bertiga dengan kedua orang tuanya. Terpaksa Delia pun menurutinya, kini Mia dan kedua orang tuanya sudah berbaring di sisinya, Husni di samping kiri, sementara Delia di samping kanan. Nampaknya Mia belum mengantuk, ia masih saja mengajak Mamanya bicara, walau Delia sudah mengantuk ia tetap merespon dan mendengarkan Mia bicara.
"Mia.. udah tidur ya, ini sudah malam, sayang!." Bujuk Husni pada Mia.
"Tapi, Mia belum mengantuk Yah!.." Mia..
"Kalau Mia gak bobok, bobok. Ntar bangunnya siang loh." Delia bujuknya.
"Enggak, sebentar lagi.. Ma!." Mia keras kepala.
Mia menarik tangan Husni dan Delia, ia menyatukan kedua telapak tangan orang tuanya di perutnya.
"Kalian harus selalu berpegangan tangan seperti ini, jangan di lepas ya, Mah, Ayah." Mia pintanya.
Husni dan Delia pun hanya mematung saja, memandangi tangan mereka yang saling bersentuhan. Lambat laun mi pun mulai menutup matanya, Delia dan Husni hendak melepas tangan mereka, namun tangan Mia menahannya. Padahal matanya sudah terpejam setengah jam lalu. Delia pun tak melepas tangannya masih posisi semula. Delia dan Husni pun pasrah, hingga Delia yang lebih dulu memejamkan matanya. Sementara Husni masih terjaga. Sungguh, ia merindukan momen seperti ini. Sudah lama mereka tak tidur bertiga seperti ini. Husni menatap kearah sang istri yang sudah tertidur.
"Semoga ada harapan kita masih bersama Del, aku gak akan pernah mau pisah sama kamu." Husni. Ia mengelus-elus tangan Delia lembut dengan tangan satunya.
Jam lima subuh, Husni sudah mandi dan rapi. Ia mengenakan kemeja berwarna biru dan celana panjang berwarna hitam, Husni sudah bersiap berangkat ke kantor. Abah Herman pun heran, melihat Husni sudah rapi dan bersiap berangkat kerja.
"Nak Husni, Kenapa baru jam lima subuh sudah mau berangkat? Bukannya biasanya jam tujuh berangkatnya?." Tanya Abah Herman yang duduk di ruang tamu dengan di temani teh manis hangat buatan Umi Rosni di atas mejanya.
"Iya, Bah.. jarak dari sini ke kantor tempat aku kerja empat puluh lima menit. Belum kalau lagi macet.. apalagi ini baru selesai libur Imlek, Bah!." Husni menjelaskannya panjang lebar sambil duduk di aofa mengikat tali sepatunya. Abah Herman menganggukan kepala, mengiyakan. Abah merasa kasihan melihat Husni bolak balik ke kantor dan ke rumahnya yang cukup jauh, walau pun masih satu kota.
"Ya sudah, Nak Husni! Kamu hati-hati ya, jangan ngebut ingat anak dan istri." Abah Herman mengingatkan.
Husni tersenyum dan terharu mendapatkan perhatian dari ayah mertuanya.
"Loh.. udah mau berangkat kamu, Hus? Sudah sarapan belum? Kalau belum sarapan dulu.. ibu sudah masak!." Umi Rosni yang dari dalam menyahut.
"Belum, Bu! Nanti saja kalau sudah sampai di kantor. Waktunya gak sempet." Husni.
"Yaudah.. Husni berangkat kerja dulu ya, Bah, Umi!." Husni menyalimi kedua orang tua Delia dan pamit berangkat kerja pada mereka.
"Del, mas berangkat dulu ya, titip Mia hari ini dia gak masuk sekolah, masih libur satu hari lagi." Husni saat melihat Delia berdiri di belakang Umi Rosni, ia menyambar tangan Delia, Delia refleks mencium tangan suaminya. Husni tersenyum Delia masih mau mencium tangannya.
"Iya!." Jawab singkat Delia. Husni pun keluar dari rumah mereka. Terdengar deru suara mobil Husni yang meninggalkan pekarangan rumah orang tua Delia.
"Apa, Kamu gak kasihan sama suami kamu, Nduk?." Tanya Abah Herman ketika Delia hendak kembali ke kamarnya. Delia diam saja tapi masih berdiri di tempat barusan.
"Dia bolak-balik ke kantor terus pulangnya kesini, jaraknya cukup jauh.." Abah Herman.
"Maaf, Nduk. Bukan Abah mengusir kamu, tapi kamu masih istrinya, Abah hanya tidak ingin kamu jadi istri durhaka. Dengan kamu pergi dari rumah tanpa Rido suami saja, kamu sudah salah. Nduk! Ingat, kan. Yang pernah Abah nasihatin kamu." Abah Herman.
"Ya, Del! Yang Abah katakan benar.. Bukan kami membela Husni, tapi Husni masih suamimu.. kamu harus tetap berada di rumahnya, selesaikan masalah kalian berdua. Setiap rumah tangga pasti menemui ujiannya, bahkan Abah dan Umi yang sudah puluhan tahun berumah tangga pun masih sering bertengkar, apalagi kamu yang masih seumur jagung, kalian masih harus mengenal satu sama lain. Anggap saja ini adalah bentuk pendewasaan kalian berdua dalam biduk rumah tangga kalian." Umi Rosni nasihatnya.
Delia pun masuk ke kamarnya, tanpa mengatakan apapun. Delia menutup pintu kamarnya, ia menyandarkan punggungnya di pintu, Delia menangis tersedu-sedu, tubuhnya merosot ke bawah duduk di lantai, dengan kedua tangannya memeluk lututnya. Sungguh, ia masih ingin terus di samping orang tuanya, namun nampaknya kedua orang tuanya memintanya untuk terus bersama suaminya. dia ingin memberi tahu mereka tentang masalah rumah tangga mereka hanya saja, ia masih memikirkan penyakit sang Ayah. ia pun hanya bisa memendam untuk dirinya sendiri.
"Mama, Mama Kenapa?."
NANTIKAN KELANJUTANNYA YA, GUYS..
kmu ntti x dapat penggan ti..
yg lebih baik segalax ...