Yoooooo.... my Family, welcome back to my story. Sesuai permintaan, aku lanjut nulis Zandra. Dan ini adalah Zandra season 6, semoga kalian suka yaaa.❤️❤️❤️
Kembalinya penerus Zandra, yang mana semua anggota keluarganya harus berpencar. Setelah kematian sang legendaris Yumi, dan alasan lain harus memimpin perusahaan di setiap kota dan negara.
Keturunan Zandra, yang memilih untuk tetap tinggal di rumah utama. Ternyata mendapatkan petualangan misteri, dan tentunya berhubungan dengan MEREKA (si makhluk halus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ghava
Gio terdiam, ia pun menoleh pada Ghava dan Ali.
"Apa maksud kalian?" tanya Gio belum bisa mencerna maksud dari ucapan Ghava
"Pak Herman sedang dalam pengaruh ilmu sihir, dan aku yakin pelakunya adalah wanita itu." jelas Ali
"APA?! Apa mungkin selama ini..." tatapan Gio beralih pada sosok Mia, yang masih melayang depan pintu
Tatapan Mia berubah sendu, itulah alasan dirinya mengijinkan sang suami menikahi wanita itu. Karena ada hal lain, yang tidak di ketahui orang-orang. Fakta bahwa dirinya sering di teror makhluk hitam besar dan berbulu, di setiap malam. Bahkan sosok itu mengatakan akan membunuh Damar dan suaminya, apabila Mia tidak melepaskan suaminya untuk wanita itu.
Dan Mia semakin yakin dengan keputusannya, untuk mengijinkan suaminya menikah adalah... ia bisa melihat tatapan kosong pada mata sang suami. Suaminya menjadi kasar, namun Mia tau bila itu bukanlah suaminya.
DUAGH
"LUNA" teriak Cia, ia menatap tajam pada wanita yang kini tengah menatap dirinya dengan seringaian.
Ketiga pria itu serempak menoleh dan melihat apa yang sedang terjadi, kini Ghava dan Ali yang membulatkan kedua bola matanya. Melihat Luna, terduduk lemah di lantai dengan puing-puing kursi berserakan di sekitarnya. Bahkan di kepala bagian kiri Luna, mengeluarkan darah.
Flashback
Saat Ghava, Ali dan Gio fokus pada Herman. Di belakang mereka terjadi pertempuran, antara Luna dan wanita itu. Sedangkan Cia masih dalam keadaan memeluk tubuh Damar, yang lambat laun kesadarannya menghilang.
Sesaat setelah Luna membanting tubuh wanita itu, wanita itu kembali bangun. Seperti tak merasakan rasa sakit sama sekali, malahan Cia merasa merinding saat wanita itu menatap dirinya dan juga Luna dengan tatapan mengerikan. Lidahnya menjulur keluar, menjilat darah yang keluar dari mulutnya.
Susah payah Cia menahan mualnya, demi apapun kini wajahnya sudah pucat bukan main.
'Aku menyukai bau kalian' meski tidak bersuara, namun Luna dan Cia mengerti dengan gerakan bibirnya
Wanita itu melangkah perlahan, seolah sedang melakukan adegan slow motion.
"L-Luna mundur" ucap Cia pelan, karena menahan rasa tak nyaman pada dirinya. Cia tak bisa melihat darah seperti itu
Sampai gerakan tak terbaca, dengan kecepatan yang tak terlihat. Wanita itu ternyata menggerakkan tangannya, dan menggerakkan sebuah kursi kayu. Dan mengarahkan benda tersebut pada Luna, dengan begitu kerasnya.
DUAGH
Flashback Off
"LUNA" teriak Ghava dan Ali, mereka ceroboh. Karena membiarkan Luna dan Cia melawan wanita itu, karena mereka tak berpikiran bila ada sosok lain bersama wanita tersebut.
Ali segera mengangkat tubuh Luna, yang mulai tak sadarkan diri.
"Cia, apa kamu masih kuat mengangkat Damar?" tanya Ali, Cia menggelengkan kepalanya lemah.
"GIO" Gio gegas mendekati Cia dan mengambil alih Damar, mereka membawa Luna dan Damar keluar.
Saat sampai di luar, ternyata sudah ada warga yang tadi bersama mereka. Warga yang sudah terkejut, dengan melihat keberadaan arwah Mia. Kini warga semakin terkejut melihat kondisi Luna dan juga Damar, pak Kades segera mendekati Ali dan Gio.
"Apa yang terjadi?" tanya pak Kades cemas, apalagi melihat darah yang keluar di kepala Luna dan tubuh Damar.
"Tak ada waktu untuk menjelaskan, apa ada yang bisa mengendarai mobil?" jawab Ali dan bertanya
"Saya" jawab pak Tio
"Pak, tolong kendarai mobil itu dan kita segera ke rumah sakit." ucap Ali, Tio mengangguk
Ali dan Gio segera membawa masuk Luna dan Damar, untung kunci menggantung di tempatnya. Seperti baik Herman atau wanita itu, lupa melepas kuncinya. Setelah sebelumnya, Gio menoleh dan menatap arwah Mia. Bisa ia lihat, tatapan Mia yang terarah pada Damar.
"Alhamdulillah" ucap pak Tio, dia segera menyalakan mesin. Setelah semua orang, sudah masuk ke dalam mobil.
.
.
"Wah wah... berani sekali kau melukai saudariku" ucap Ghava dengan menahan amarah di dadanya
'HAHAHAHA... KENAPA KALIAN MEMILIKI BAU YANG SANGAT AKU SUKAI? BAU KALIAN ENAK, AKU MENGINGINKAN KALIAN' ucap wanita itu, lebih tepatnya sosok yang sudah menguasai tubuh wanita itu
Ghava tersenyum smirk, tatapannya berubah tajam. Sampai sosok itu merasakan perasaan terintimidasi, tekanan itu terasa semakin kuat. Namun ia sangat pandai menutupi hal tersebut, tetapi sayangnya Ghava bisa melihat hal tersebut.
"Cia, aku minta kau menjauh dari sini." ucap Ghava dengan suara yang berbeda
GLEK
Dengan susah payah, Cia bangun dari duduknya. Saat Cia hendak melangkah, wanita itu menggerakkan tangannya. Ia kembali menggerakkan kursi, hendak mengarahkan kursi itu pada Cia. Namun Ghava mengetahui gerakan tersebut, dengan cepat Ghava menggerakkan tangan dan membuat tubuh Cia tertarik ke pelukannya.
BUGH
BRAAAKKK
Cia terkejut bukan main, kini ia berada dalam pelukan adik sepupunya. Sedangkan meja kayu itu, terbang dan terbanting ke arah pintu masuk. Sehingga mengejutkan warga yang ada di luar sana, saat mereka hendak masuk. Ghava segera memasang perisai, yang membuat mereka tak bisa masuk ke dalam rumah tersebut.
"Kenapa kita tidak bisa masuk?" tanya pak Sugeng
"Bukankah itu Herman?" tanya salah satu warga, yang melihat Herman terbaring di lantai
"Benar, apa yang terjadi padanya?" jawab warga lainnya, banyak asumsi yang mereka keluarkan. Arwah Mia sudah tak ada di sana, ia sudah menghilang untuk mengikuti Damar.
.
Kembali ke dalam rumah
"Seandainya kamu bukan saudaraku, aku sudah jatuh cinta sepertinya." ceplos Cia, Ghava memutar malas bola matanya
Sempat-sempatnya, kakak sepupunya itu berpikiran seperti itu.
'KAU...' mereka tersadar, bila kini mereka sedang berhadapan dengan makhluk yang menjadi sesembah wanita tersebut.
"Apa kau kau, hah?" Cia merasa kesal, seandainya tadi Ghava terlambat menariknya. Sudah di pastikan, dia akan terluka seperti Luna. Atau bahkan lebih parah, karena media yang di gunakan tadi adalah meja.
"Iblis tidak berkeprimanusiaan" gerutunya lagi
"Mana ada iblis mempunyai empati, yang ada dia akan senang bila targetnya mati." sela Ghava
"Oh iya ya"
'DIAAAMMM' teriak makhluk itu, padahal saat ini ia tengah marah. Tapi bisa-bisanya dua manusia di depannya, malah berdebat hal yang tidak penting.
'SIAPA SEBENARNYA KALIAN? KENAPA KALIAN MENGGANGGU KESENANGANKU?' ucap makhluk itu, dengan suara menggelegar
"Kesenangan yang bagaimana maksudmu? Membunuh orang-orang tidak bersalah dan tidak tau apapun, lalu kau jadikan tumbal?" Ghava kembali ke mode serius
"Beraninya kau melukai saudaraku dan juga anak kecil tak berdosa, bahkan kau juga sudah mengambil nyawa ibu dan anaknya secara bersamaan. Aku akan menghabisimu" ucap Ghava, ia melepaskan Cia, Cia yang paham langsung berlari mejauh. Ia menjaga jarak, aura Ghava sudah berubah.
Cia bisa melihat ada cahaya yang keluar dari tubuh Ghava, berwarna merah keemasan. Bahkan mata Ghava pun telah berubah, menjadi warna merah yang di lingkaran luar kornea berwarna emas.
"HABISLAH KAU" gumam Cia, meski matanya fokus pada Ghava dan sosok itu. Namun kedua tangannya, sedang sibuk menyeret tubuh Herman.
"Kenapa badan laki itu berat sih, herman gue" gerutunya
...****************...
Jangan lupa jadiin Favorit dan tinggalkan jejak, like, komen, vote dan gift 🥰🥰🥰
...Happy Reading All...
nah lho rmh duka,tambah suram dong za.🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
baru nyampe sdh di sambut bayangan putih
mulai berpetualang disini