Arash, seorang pemuda biasa dari bumi yang berpindah ke Planet Pluto, tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi bagian dari pasukan militer. Namun, keadaan membuatnya harus memutuskan itu.
Setelah mengambil keputusan itu segalanya tampak berubah tiba-tiba sebuah sistem misterius aktif dalam pikirannya!
[Ding! Sistem penghargaan militer tertinggi diaktifkan!]
Sejak saat itu, Arash bukan lagi prajurit biasa. Dengan bakat SSS yang langka, ia memiliki potensi yang melampaui semua manusia.
Satu hari latihannya setara dengan sepuluh hari orang lain, dan keterampilannya berkembang dengan kecepatan luar biasa.
Namun, tantangan di Pluto jauh lebih mengerikan dari yang ia bayangkan.
Di planet ini, umat manusia berperang melawan monster ganas yang terus berevolusi dan mengancam kepunahan seluruh umat manusia.
Para pejuang umat manusia terus bertempur tanpa henti demi bertahan hidup.
Saat peperangan besar semakin dekat, Arash menyadari bahwa musuh terbesar bukan hanya mon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimpi Fiksi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Semua Instruktur dan prajurit di podium menunjukkan perubahan ekspresi yang halus, beberapa dari mereka bahkan terlihat sedikit terkejut.
Di antara mereka, Lo Dai menatap putrinya, Lo Ning, dengan kekhawatiran yang tak tersembunyikan.
Sebagai seorang ayah, dia memahami betul betapa keras kepalanya Lo Ning.
Dengan bakat yang dimilikinya, Lo Ning seharusnya bisa mendapatkan peringkat yang baik, meskipun bukan yang pertama.
Namun, jika ia gagal meraih posisi puncak, bagaimana reaksi putrinya yang selalu menuntut kesempurnaan dari dirinya sendiri?
Yang tidak disadari Lo Dai adalah bahwa tiga bulan di militer telah mengubah mentalitas Lo Ning lebih dari yang ia bayangkan.
Disisi Lain
Di Arena pertempuran.
Arash berdiri tegap, menatap tajam ke arah beruang hitam raksasa setinggi tiga meter di depannya.
Napasnya stabil, matanya tajam, dan cengkeraman tangannya pada tombak terasa lebih kokoh.
Di depannya, Suga terkekeh, lalu menepuk bahu seorang pemuda berkulit putih dengan ekspresi penuh percaya diri.
"Lu Q, kau hebat juga. Dengan hewan peliharaanmu, kemenangan ada di tangan kita!" katanya sambil menyeringai.
Di benaknya, kemenangan sudah pasti. Ia tidak peduli bagaimana caranya, yang penting hasil akhirnya.
Tapi Arash tetap diam, hanya meliriknya sekilas sebelum kembali menatap beruang hitam itu.
"Jadi ini kartu truf yang kau andalkan?" tanyanya datar, tanpa nada gentar sedikit pun.
Suga sempat terdiam, lalu ekspresinya perlahan berubah menjadi gelap. Ia mencibir.
"Hah! Kau pikir bisa mengalahkan beruang hitam tingkat puncak pertama? Jangan bercanda!"
Arash tetap tidak bereaksi, hanya mengeratkan genggaman pada tombaknya.
"Kalau begitu, jangan salahkan aku jika aku membunuh beruangmu," katanya tenang, namun aura tajamnya menyapu medan pertempuran.
Lu Q terkejut, belum sempat bereaksi saat tiba-tiba—
SWOOSH!
Tombak Arash melesat seperti kilat.
Beruang hitam yang awalnya mengaum buas tiba-tiba merasakan tekanan yang luar biasa. Matanya melebar, naluri bertarungnya menjeritkan peringatan.
Lawanku... setidaknya setara denganku!
Beruang hitam itu langsung mengangkat cakarnya yang besar, mencoba menahan serangan Arash. Namun, saat tombak itu bertemu dengan cakarnya—
BANG!
Kekuatan di balik serangan itu jauh lebih dahsyat dari yang ia perkirakan.
Beruang hitam itu terhuyung mundur beberapa langkah, cakarnya gemetar, darah mulai menetes ke tanah.
Lu Q merasakan sakit yang luar biasa—karena sebagai seorang beastmaster, ia terhubung langsung dengan peliharaannya.
Arash tetap bergerak maju.
Dengan gerakan yang presisi, ia menusukkan tombaknya kembali, menembus pertahanan beruang hitam itu.
Hewan buas itu terus didorong mundur, langkah demi langkah, sementara luka di tubuhnya semakin bertambah.
Suga menyaksikan pemandangan itu dengan wajah yang membeku.
"T-Tidak mungkin…" gumamnya, matanya membulat.
Namun, sebelum ia sempat memproses apa yang terjadi, ia merasakan aura yang luar biasa datang dari Arash.
Ini bukan aura seorang prajurit biasa…
Suga menggertakkan giginya, pupil matanya mengecil.
"Jangan bilang... dia sudah mencapai Pejuang Tier 1 level 9 ?" Bisiknya
Lalu Dada Suga naik turun, pikirannya kacau.
"Tapi ini baru tiga bulan!" serunya, tidak percaya.
Di podium, para Instruktur dan prajurit yang sebelumnya hanya mengamati kini benar-benar tercengang.
Mereka adalah orang-orang dengan kekuatan dan pengalaman tinggi, dan mereka bisa melihat dengan jelas perbedaan antara seorang prajurit biasa dan seseorang yang berada di puncak.
Saat Arash bergerak, mereka langsung menyadari kenyataan yang mengejutkan.
"Puncak Pejuang Tier satu…" gumam salah satu petugas, suaranya penuh keterkejutan.
"Lebih dari itu," sahut yang lain dengan ekspresi serius. "Dia sudah melangkah ke tahap setengah langkah Pejuang Tier satu dan hampir menembus Pejuang Tier Dua."
Mata mereka dipenuhi dengan ketidakpercayaan.
"Bagaimana mungkin seorang pemuda bisa mencapai level ini hanya dalam tiga bulan?" Pikir mereka.
