Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.
Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.
Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.
Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33. Cinta Satu Malam
Malam itu, Alice duduk di bar mewah dengan segelas martini di tangannya. Cahaya temaram dan alunan musik jazz yang lembut tidak bisa meredakan kekesalan yang membuncah di dadanya. Setiap pertemuan keluarga, setiap reuni, bahkan di tempat kerja—pertanyaan yang sama selalu menghantui: "Kapan kamu menikah?"
Ia muak.
Alice menenggak minumannya tanpa ragu. Ia tidak peduli lagi. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia ingin melupakan segalanya—statusnya, nama belakangnya, semua tuntutan yang menghimpitnya. Malam ini, ia hanya ingin menjadi seorang wanita biasa yang menikmati kebebasannya.
Beberapa pria mencoba mendekat, tapi ia mengabaikan mereka. Hingga matanya bertemu dengan seorang pria di sudut ruangan. Tatapan mereka bertaut—dingin, tajam, tapi entah kenapa ada ketertarikan yang tak bisa dijelaskan.
Tanpa banyak bicara, Alice berjalan ke arahnya, menarik dasinya dengan asal, dan berbisik, "Ikut denganku."
Dan begitulah, tanpa sadar, Alice menyeret pria itu ke sebuah hotel. Apa yang terjadi setelahnya hanyalah bayangan kabur dalam pikirannya yang dipenuhi alkohol. Namun, satu hal yang pasti—malam itu mengubah hidupnya selamanya.
.
.
Bab 20: Kesalahan di Pagi Hari
Alice menggeliat pelan di atas ranjang empuknya. Kepalanya terasa berat, dan ada rasa pusing yang berdenyut di pelipisnya. Dia mengerang pelan, mencoba mengumpulkan kesadaran.
Cahaya pagi menembus tirai kamar hotel, menciptakan nuansa hangat yang seharusnya menyenangkan—jika saja tidak ada sesuatu yang terasa aneh.
Ada kehangatan di sampingnya.
Seseorang sedang tidur di sana.
Alice langsung membuka matanya.
Dan begitu dia menoleh ke samping, jantungnya seakan berhenti berdetak.
Seorang pria.
Seorang pria asing sedang berbaring di sebelahnya, tertidur dengan lelap.
Alice menahan napas, matanya membesar saat dia mengamati pria itu dengan panik.
Wajahnya tampan, bahkan sangat tampan. Rahangnya tegas, bibirnya terukir sempurna, dan rambut hitamnya sedikit berantakan, membuatnya terlihat semakin menggoda.
Selimut menutupi sebagian besar tubuhnya, tetapi dari apa yang terlihat…
Alice bisa dengan jelas melihat tubuh pria itu luar biasa bagus.
Dan lebih buruknya lagi…
Alice baru menyadari bahwa dirinya tidak mengenakan pakaian.
Jantungnya mulai berpacu lebih cepat.
Ingatan Semalam yang Samar
Alice mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.
Dia ingat datang ke bar.
Dia ingat minum banyak, terlalu banyak.
Dan dia ingat merasa sangat muak dengan semua omongan tentang pernikahan.
Tapi setelah itu…
Ingatan berikutnya hanya potongan-potongan kabur yang sulit dirangkai.
Ada suara musik, ada gelak tawa, ada tatapan mata tajam dari pria di sebelahnya ini.
Alice mengingat sepasang mata yang menatapnya dengan intens, senyum nakal yang muncul di bibir pria itu, dan percakapan samar yang terjadi di antara mereka.
Dan kemudian…
Mereka sudah di sini.
Di tempat tidur ini.
Alice langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Astaga, dia benar-benar melakukannya. Dia benar-benar tidur dengan pria asing. Alice menoleh lagi, menatap pria itu.
Dia masih tertidur dengan tenang, napasnya teratur, wajahnya terlihat damai.
Tapi bagi Alice, ini bukan situasi yang damai. Dia harus pergi. Dia tidak bisa tetap di sini.
Dengan gerakan hati-hati, Alice mulai menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan bergerak perlahan ke tepi tempat tidur. Namun, sebelum dia sempat melangkah turun…
Tangan pria itu tiba-tiba bergerak, menangkap pergelangan tangannya.Alice tersentak. Pria itu membuka matanya perlahan, dan mata gelapnya langsung bertemu dengan mata Alice.
Sejenak, waktu terasa berhenti. Alice menahan napas, menunggu reaksi pria itu.
Pria itu mengerjap pelan, sebelum akhirnya mengeluarkan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.
“Kau mau ke mana?”
Alice menelan ludah.
“Aku…” Dia mencoba mencari alasan, tetapi otaknya masih terlalu kacau untuk berpikir jernih.
Pria itu menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum kecil.
“Santai saja. Aku tidak akan menggigit.”
Alice mendengus dalam hati. Itu bukan masalahnya! Masalahnya adalah dia baru saja tidur dengan pria yang bahkan tidak dia kenal namanya!
“Aku harus pergi,” katanya akhirnya, mencoba menarik tangannya dari genggaman pria itu.
Namun, pria itu justru semakin mempererat genggamannya.
“Setelah malam seperti itu, kau mau pergi begitu saja?” Alice merasakan panas di wajahnya.
Dia tidak ingin membicarakan apa yang terjadi semalam! Dia hanya ingin melupakan semuanya dan melanjutkan hidupnya seperti biasa.
Tapi pria ini tidak terlihat seperti orang yang akan membiarkan itu terjadi begitu saja.
“Dengar…” Alice menarik napas dalam. “Aku mabuk semalam. Aku bahkan tidak ingat apa yang terjadi.”
Pria itu menaikkan sebelah alisnya. “Oh?” Dia terdengar sedikit kecewa, tetapi juga tertarik. “Jadi kau tidak ingat apa pun?”
Alice menggeleng cepat. Pria itu tersenyum samar, lalu mendekatkan wajahnya sedikit.
“Kalau begitu, mungkin aku harus mengingatkanmu?” bisiknya.
Alice membeku. Detik berikutnya, dia langsung menarik tangannya dengan kasar dan melompat turun dari tempat tidur.
“Tidak perlu!” katanya cepat, berusaha mencari pakaiannya yang entah di mana.
Pria itu tertawa kecil, terdengar sangat menikmati situasi ini.
“Santai saja. Aku bukan tipe pria yang akan memaksa seseorang untuk tetap tinggal,” katanya sambil meregangkan tubuhnya dengan malas. Alice mendelik.
Bagaimana dia bisa tetap santai seperti ini Sementara Alice hampir mengalami serangan panik!
Akhirnya, Alice berhasil menemukan pakaiannya yang berserakan di lantai.
Dengan cepat, dia mengambilnya dan masuk ke kamar mandi, mengunci pintunya rapat-rapat sebelum pria itu mengatakan hal-hal lain yang bisa membuatnya semakin malu.
Saat dia bercermin, wajahnya masih terlihat sedikit merah. Dia menggeleng pelan. Ini semua adalah kesalahan. Kesalahan yang tidak boleh terulang lagi.
Alice mengganti pakaiannya dengan cepat, mengatur napasnya, lalu keluar dari kamar mandi dengan raut wajah setenang mungkin.
Pria itu masih ada di tempat tidur, tetapi sekarang dia sudah duduk, bersandar pada kepala ranjang dengan ekspresi santai.
“Sudah siap kabur?” godanya. Alice mengabaikannya.
Dia berjalan cepat menuju pintu, tetapi sebelum dia keluar, pria itu berbicara lagi.
“Kita akan bertemu lagi, Alice.” Alice berhenti di tempat. Dia menoleh dengan cepat.
“Apa?” Pria itu tersenyum, lalu menunjuk ke meja di sudut kamar.
Alice mengikuti arah jarinya—dan matanya langsung melebar.
Di atas meja, ada kartu identitasnya. Dan di sampingnya…
Ada kartu nama pria itu. Alice melangkah mendekat, meraih kartu nama itu dengan gemetar.
Saat dia membaca nama yang tertera di sana, jantungnya hampir berhenti berdetak.
Leonard Devereux
CEO perusahaan yang saat ini sedang dalam negosiasi bisnis dengannya.
Alice merasa seluruh dunianya runtuh. Pria yang baru saja dia tiduri…
Adalah seseorang yang seharusnya dia hadapi dalam pertemuan bisnisnya hari ini.
Sial.
Siap untuk hal yang lain kawan? Oke setelah bagaimana kerusuhan yang terjadi mari kita lihat percintaan yang lebih dewasa. kiw ah, gas..