Ganteng ✔️
Kaya Raya ✔️
Pintar ✔️
Jago Olahraga ✔️
Jago Bela Diri ✔️
Orangtua Cakep ✔️
Kesayangan Semua Orang ✔️
Fajarendra Galaxio Nayanka, putra sulung dari pengusaha kaya raya, Aksara Langit Nalendra, dan mantan model terkenal, Wulandari Camelia Yovanka. Lahir & tumbuh dikeluarga konglomerat dengan segala kelimpahan harta & kasih sayang dari semua orang, membuat lelaki yg akrab disapa Galaxio itu merasa kehidupannya sudah sangat sempurna.
Namun siapa yg mengira bahwa semua sketsa-sketsa indah yg sudah ia rancang untuk masa depannya, harus hancur dalam sekejap. Dan yg lebih parahnya lagi, yang menjadi penyebab dari kehancuran itu adalah satu-satunya wanita yg berhasil menarik perhatiannya, bahkan menumbuhkan cinta dalam hatinya. Wanita yg ia kira akan menemaninya membangun kisah cinta romantis, justru memberinya luka yg amat tragis. Akankah kisah Galaxio berakhir bahagia seperti kisah orangtuanya dulu? Atau justru berujung pilu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itachi Wife, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Keesokan harinya...
Saat sekitar jam 9an, dan PMB masih berlangsung, "Yang, kepala aku pusing deh" ujar Aruna. "Kenapa? Kamu sakit?" tanya Gala. "Tidur di UKS aja ya" ujar Gala yang diangguki oleh Aruna. "Pak, Aruna sakit, saya izin nganter dia ke UKS ya Pak" ujar Gala. "Yaudah silahkan, tapi balik lagi ke kelas ya, jangan bolos. Kamu udah sering banget bolos mapel saya" ujar guru sejarah tersebut. "Iya Pak" ujar Gala memapah Aruna menuju ke UKS. "Yaudah sayang. Kamu istirahat di sini aja ya, aku balik ke kelas dulu" ujar Gala bangkit, namun Aruna menahan tangannya. "Kamu disini aja dong Yang. Temenin aku, yaaa" ujar Aruna. "Tapi sayang... Kamu denger sendirikan tadi aku disuruh balik lagi. Lag..." "Kamu tega ninggalin aku sendirian?" potong Aruna membuat Gala menghembuskan nafas dan kembali duduk.
"Yaudah aku temenin" ujar Gala. "Yeay,,, makasih sayang" ujar Aruna menggenggam tangan Gala. Saat siang harinya, tepatnya saat jam pulang sekolah, pintu UKS tiba-tiba di dobrak dengan keras, hingga membuat Aruna, Gala dan juga siswi yang tengah menjaga UKS terlonjak kaget. Tak lama kemudian muncul Angkasa dengan sorot emosi, diikuti Arnav dan Skylar di belakangnya. "Brengsek" ujar Angkasa langsung menendang Gala hingga terpental membentur dinding. "Anjing! Maksud lo apaan ha datang-datang main nendang gua gitu aja" ujar Gala bangkit dan memegangi perutnya. "Lo mau balas dendam sama Luna ha? Iya?" tanya Angkasa membuat Gala mengernyit.
"Maksud lo?" tanya Gala balik. "Gara-gara ulah lo yang bolos, Luna yang kena hukum sama kepala sekolah bangsat!" bentak Angkasa membuat Gala membelalak. "Lo... Lo bercanda kan?" tanya Gala yang dibalas tawa sinis oleh Angkasa. "Kalo lo gak percaya, lo bisa ke lapangan indoor dan liat sendiri apa yang dia lakuin di sana" ujar Angkasa. Mendengar hal itu, Gala langsung berlari menuju lapangan indoor diikuti Arnav, Skylar dan juga Angkasa. Tampak Aruna juga ikut mengekor di belakang. Langkahnya terpaku saat melihat Luna yang sedang mengepel lantai lapangan basket indoor tersebut dengan sesekali menyeka keringat di dahinya. Di sisi lapangan tampak seorang laki-laki yang berdiri mengawasi. Gala mendekat, namun laki-laki itu menoleh dan mendekati Gala.
Lelaki itu menyodorkan ponselnya, yang ternyata sudah terhubung dengan Papinya via videocall. "Jangan kamu kira perjanjian itu hanya main-main Gala! Sekarang kamu lihat sendiri kan, siapa yang menanggung akibat dari ulah kamu" ujar Langit. "Papi jahat tau gak!" ujar Gala berlalu mendekati Luna. Tangannya menahan tangan gadis itu. "Cukup! Lo gak perlu lakuin ini" ujar Gala. "Lepas! Perjanjian tetap perjanjian! Kamu ketahuan bolos di UKS, itu artinya saya gagal jalanin tugas saya, maka sesuai perjanjian,,, saya akan terima hukuman apapun itu" ujar Luna. "Oke cukup! Biar gua yang terusin" ujar Gala mengambilalih kain pel itu. Namun saat Gala hendak mengepel, Luna tampak sempoyongan dan memegangi kepalanya.
Kain pel itu terlepas saat Gala dengan sigap menopang tubuh Luna. Matanya membelalak saat melihat hidung gadis itu kembali mimisan. Gala merasa dejavu ketika momen terakhir kali mereka bersama dulu. Tak lama kemudian, Luna benar-benar pingsan di pelukan Gala, membuat laki-laki itu tak dapat lagi menyembunyikan sorot khawatirnya. "Lun,,, bangun Lun. Luna... Luna kamu denger aku kan? Luna,,, hei buka matanya... Luna bangun dong Lun" ujar Gala menepuk-nepuk pelan pipi Luna. "Ah anjing" ujar Gala melepas seragamnya dan mengelap darah yang mengalir dari hidung Luna. Gala dengan sigap menggendong tubuh mungil itu ala bridal style dan berlari menuju ke UKS. "Kak tolong Kak. Dia mimisan, daritadi gak berhenti-henti" ujar Gala pada senior yang menjaga UKS.
Senior itu tampak dengan telaten menangani Luna, sedangkan Gala tak henti-hentinya menggenggam tangan Luna dengan erat. "Please jangan lagi,,, please jangan bikin gua takut lagi Lun" ujar Gala dalam hati. "Mimisannya gak berhenti juga, kita harus bawa dia ke rumah sakit sekarang" ujar senior itu. "Biar saya yang bawa dia ke rumah sakit Kak" ujar Gala kembali membopong Luna menuju parkiran. Semua orang tampak heboh saat melihat Gala yang berlarian seraya membopong Luna dengan raut khawatir. "Om, kita ke rumah sakit Papi sekarang juga ya, yang cepat ya Om" ujar Gala pada sopirnya, Zakir. Sedang Gala memeluk tubuh Luna di kursi penumpang. "Baik Tuan" ujar Pak Zakir mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sedangkan Arnav, Skylar, Angkasa dan juga Aruna turut mengikuti dengan mobil Arnav dan Angkasa. Sesampainya di rumah sakit, Luna langsung ditangani oleh dokter, sedangkan Gala tampak mondar-mandir dengan raut cemas. Tak lama kemudian muncul Arnav, Angkasa, Skylar dan juga Aruna. "Sa, gua minta maaf. Gua,,, gua udah mau balik ke kelas tadi, sumpah Sa" ujar Gala begitu cemas. "Terus kenapa lo gak balik ha?" tanya Angkasa. "Gua,,, gua gak bisa ninggalin Aruna sendirian, dia,,, dia lagi sakit" ujar Gala pelan. "Bagus, belum cukup lo nyakitin dia dengan jadian sama temennya,,, sekarang lo bikin dia masuk rumah sakit, karena cewek yang sama juga" ujar Angkasa membuat Gala membelalak. "Maksud lo?" tanya Gala.
"Perasaan gua ke Luna emang gak main-main Gal. Tapi hubungan kami selama ini cuma sandiwara. Itu semua gua lakuin supaya Luna gak terlalu sakit hati, ngeliat cowok yang dia sayang justru bahagia sama perempuan lain, yang notabene-nya udah dia anggap sebagai temen dia sendiri" ujar Angkasa. "Jadi lo sama Luna..." "Iya, gua sama Luna gak pernah jadian. Semua itu cuma sandiwara, tapi kalo yang gua bilang ada banyak cowok yang ngejar dia, itu emang bener. Tapi semuanya dia tolak! Demi siapa? Demi lo!" ujar Angkasa. "Dia berusaha buru-buru nyelesaiin semuanya di sana, supaya bisa balik dan nemuin lo! Tapi apa yang dia dapat hah? Justru berita lo jadian sama Aruna yang dia dapat!" bentak Angkasa.
Bertepatan dengan itu, pintu ruangan terbuka, membuat semuanya turut mengerebung. "Gimana keadaan Luna Dok?" tanya Gala. "Pasien mengalami kelelahan, jadi saya sarankan untuk dia dirawat sehari ini. Besok baru boleh pulang" ujar dokter itu. "Saya mau Luna ditempatin di ruang VVIP Dok" ujar Gala. "Baik, kamu bisa urus administrasinya dulu" ujar Dokter itu. "Baik Dok" ujar Gala. "Sa, gua titip Luna ya, gua mau ngurus administrasi dulu" ujar Gala berlalu. Setelah semuanya selesai, Luna pun dipindahkan ke ruang rawat VVIP. Tampak semuanya masih setia menunggu gadis itu membuka mata. Pintu ruang rawat tiba-tiba terbuka, dan muncullah seorang wanita dan laki-laki yang disusul orangtua Gala.
"Anak saya kenapa?" tanya wanita itu. Saat Gala hendak menjawab, Luna bergumam dan perlahan membuka matanya, membuat semuanya turut mengerubungi. "Astaga,,, Luna sayang. Kamu kenapa bisa gini Nak?" tanya wanita itu. "Ma... Mama" gumam Luna pelan. "Iya sayang. Mama di sini, Luna kenapa bisa sampe pingsan hm?" tanya wanita yang dipanggil Mama oleh Luna itu. "Hm,,, itu,,, Luna,,, Luna lupa ngerjain tugas Ma. Ma,,, makanya Luna dihukum" ujar Luna. Sedangkan Gala hanya dapat menunduk, terlebih saat Papinya menatap tajam ke arahnya. "Luna sayang... Siapa yang ngehukum kamu hm? Bilang sama Mami ya, biar Mami yang urus masalah ini" ujar Wulan. Luna tersenyum dan menggeleng pelan.
"Gak perlu Mi. Di sini Luna emang salah, jadi Luna harus terima konsekuensinya" ujar Luna pelan. "Dok, sebenarnya ada apa? Kenapa Luna bisa seperti ini?" tanya Wulan. "Luna tidak apa-apa, hanya saja faktor kelelahan yang membuatnya akhir-akhir ini sering mimisan" ujar Dokter tersebut. "Perbanyak istirahat ya, jika membaik, besok pagi kamu sudah boleh pulang" ujar Dokter itu yang diangguki oleh Luna dan kembali memejamkan matanya. "Oh iya, kita belum sempat kenalan. Perkenalkan, Saya Wulandari Camelia Nalendra" ujar Wulan pada Mama Luna. "Saya sudah mengenal Ibuk, selain karena Luna yang sering cerita, tentu saja satu negara mungkin sudah tau siapa Ibuk sebenarnya" ujar Mama Luna membuat Wulan tertawa kecil.
"Saya Tamara, dan ini suami saya, Elang" ujar Mama Luna yang bernama Tamara. "Oh iya, tadi Ibuk bilang, Luna sering cerita tentang saya?" tanya Wulan yang diangguki oleh wanita itu. "Dia cerita ke saya dan papanya kalo ada orangtua temannya yang baik sekali, dan selalu menyayangi dia seperti anak sendiri. Padahal,,, Luna hanya anak dari penjual kecil seperti kami" ujar Tamara. "Luna... Luna... Padahal saya selalu bilang ke dia untuk jangan merasa kecil seperti itu. Dia itu anak yang pintar, dan juga sangat baik. Makanya saya dan suami saya sayang sekali sama dia" ujar Wulan. "Sayang, gimana kalo ngobrolnya di kantin aja, sekalian ajak Bu Tamara dan Pak Elang makan siang, dan juga beliin anak-anak makanan" usul Langit.
"Boleh Mas,,, mari, Buk, Pak. Luna biar dijaga sama anak saya dan teman-temannya dulu" ujar Wulan yang disetujui oleh orangtua Luna. "Gala, Mami titip Luna ya. Jangan ditinggal sedetik pun, paham" ujar Wulan yang diangguki oleh Gala. "Iya Mi. Gala janji, Gala akan jaga Luna sampai Mami sama yang lain balik" ujar Gala. "Good boy, makasih ya sayang" ujar Wulan mengelus rambut Gala. "Makasih ya Nak Gala. Ternyata kamu memang sebaik yang Luna ceritain" ujar Tamara beranjak bersama yang lain. Beberapa saat kemudian,,, "Apa... Apa Luna pernah ceritain gua ke Mamanya?" gumam Gala dalam hati. "Eunghh..." gumam Luna membuat Gala, Arnav dan Skylar serentak mendekat. Gala melihat Luna yang mengernyit dalam tidurnya dan juga tampak gelisah. Gadis itu menggeliat tak nyaman dan terus bergumam.
"Gal,,, Luna kenapa ya?" tanya Arnav tampak khawatir. "Gua,,, gua juga gak tau" ujar Gala turut khawatir. "Luna... Hei, kamu kenapa?" tanya Gala lembut seraya menggenggam tangan gadis itu, namun Luna justru tampak semakin gelisah. Gadis itu menggenggam kuat tangan Gala dan nafasnya terengah-engah. "Nav, Sky, panggil Dokter sama orangtua Luna di kantin buruan" ujar Gala yang langsung dilaksanakan oleh kedua temannya itu. "Luna, Hei... Kamu kenapa Lun? Luna... Kamu denger aku? Luna... Hei,,, buka matanya coba..." ujar Gala pelan. "Gak,,, aku,,, aku gak mau di sini... Tolong keluarin aku... Aku gak mau di sini..." racau Luna. "Hei,,, kamu kenapa? Luna... Luna..." ujar Gala menepuk-nepuk pelan pipi Luna.
Gadis itu tiba-tiba bangun dan langsung duduk, membuat Gala dengan sigap menarik Luna ke pelukannya. Luna melerai pelukannya dan menatap Gala lamat dengan nafas yang terengah-engah. Saat para orangtua dan dokter datang, tepat saat itu juga tangis Luna pecah, membuat Gala kembali membawa Luna ke pelukannya dan mengusap lembut rambut gadis itu. "Ssttt,,, it's okay, everything gonna be okay" bisik Gala lembut. "Aku gak mau di sana Gal... Aku,,, aku gak mau di sana. Di sana,,, di sana gelap... Aku gak suka" isak Luna. "Gak,,, gak akan ada yang bawa kamu ke sana. Okay,,, kamu di sini sama aku, sama yang lain juga. Gak akan ada yang ninggalin kamu sendiri" ujar Gala tetap menenangkan Luna. "Dok ini kenapa?" tanya Gala.
"Luna tiba-tiba gini pas bangun tadi" lanjutnya. "Sepertinya kita perlu membawa Luna ke psikolog" ujar Dokter. Mendengar hal itu Luna kembali histeris. "Gak! Aku gak gila! Aku gak mau! Aku gak gila! Aku gak mau ke sana" teriak Luna. "Ssttt, tenang ya,,, gak ada yang bilang kamu gila" ujar Gala meraih kedua bahu Luna dan membawa gadis itu menghadapnya. "Aku gak gila Gala... Aku gak gila" isak Luna. "Hei,,, lihat aku" ujar Gala menangkup wajah Luna dan menatapnya. "Kamu gak gila, dan gak ada seorang pun yang boleh bilang kamu gila. Kalo ada yang berani bilang kamu gila, aku sendiri yang akan ngasih mereka pelajaran" ujar Gala memeluk Luna.
"Aku gak gila,,, aku gak mau ke sana" isak Luna. "Iya sayang... Iya, kamu gak gila kok" ujar Gala mengelus rambut Luna. "Sus, kasih obat penenang" ujar Dokter kembali membuat Luna memberontak, terlebih saat suster memegang tangannya. "Cukup!" bentak Gala menarik tangan Luna dari suster tersebut. "Gak perlu obat penenang! Biar saya yang nenangin Luna" ujar Gala mengeratkan pelukannya pada Luna. "Luna hei,,,, lihat aku" ujar Gala kembali menangkup wajah Luna. Gala bahkan menyatukan kening mereka dan menatap lamat gadis itu dari dekat. "Kamu percaya aku kan?" tanya Gala yang diangguki oleh Luna. "Kalo gitu tenang ya..." ujar Gala tersenyum kecil dan mengusap kedua pipi chubby yang basah oleh airmata itu.
"Aku gak mau ke psikolog Gal... Aku gak gila..." ujar Luna. "Iya sayang. Gak ada yang bilang kamu gila. Kita ke psikolog, supaya kamu bisa cerita semua yang kamu rasain. Cuma itu aja kok, bukan untuk yang lain" ujar Gala. "Besok ke psikolog-nya aku temenin, jadi kamu gak usah takut ya cantik" ujar Gala memeluk Luna. Bahkan ia naik ke kasur yang ukurannya cukup besar itu, dan memeluk Luna hingga gadis itu tenang dan kembali terlelap. "See? Gak butuh obat penenang, jadi gak perlu maksa dia kayak tadi" ujar Gala menatap tajam dokter dan suster tersebut. Setelah memastikan Luna terlelap, Gala turun dengan hati-hati dan menyelimuti tubuh mungil itu. Gala menoleh saat melihat Aruna yang tampak berlalu keluar.
"Sayang tunggu..." ujar Gala menahan Aruna. "Apalagi? Kamu urus Luna aja sana" ujar Aruna. "Sayang please... Ngerti situasinya ya" ujar Gala. "Apalagi yang harus aku ngertiin? Orangtua kamu gak suka sama aku, aku masih diam! Tapi tadi apa ha? Kamu suruh aku ngertiin kamu,,, kamu suruh aku ngerti saat aku lihat pacar aku meluk cewek yang pernah dia sayang? Bahkan manggil-manggil sayang" ujar Aruna. Gala memeluk Aruna hingga tangis gadis itu pecah, membuat kepala Gala semakin terasa sakit. "Ssttt,,,, udah dong jangan nangis. Aku minta maaf ya sayang. Aku,,, aku harus lakuin itu supaya Luna tenang" ujar Gala. "Kenapa harus kamu?! Di sini ada banyak orang, kenapa harus kamu yang lakuin itu?" tanya Aruna. "Kita bicara di luar ya" ujar Gala membawa Aruna meninggalkan ruangan itu.
pihak sekolah nya gmna ada tauran di sekolah kok gk panggil polisi sampai ada kasus penusukan bgtu kok anteng aja 🤦