Tiga tahun lalu , Jansen kehilangan ingatannya karena kecelakaan mobil dan diasingkan di rumah keluarga Lawrence . Tiga tahun kemudian , ingatan Jansen pulih kembali karena kecelakaan mobil . Secara kebetulan , ia memperoleh teknik rahasia kultivasi dari leluhur keluarga Scott , dan ahli dalam segala hal . Kemakmuran dan kekayaan , dia menganggapnya sebagai awan asap , dan dalam hidup ini , dia hanya ingin melindungi istrinya untuk seumur hidup !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon King Atlantis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18 Semua Berjalan Mulus Bagi Zachary
" Hahaha , hanya hadiah saja , yang penting niatnya . Ayo , ayo , mulai makan ! "
Suasana hati Zachary sangat baik , lalu dia berkata pada Jansen,
" Jansen , hari ini adalah hari ulang tahunku , kamu harus menemaniku minum ! "
Setelah menikah selama satu tahun , ini adalah pertama kalinya Zachary mengakui Jansen sebagai menantu di hadapan orang banyak .
" Baik ! "
Jansen menganggukkan kepalanya sambil tersenyum .
Melihat kedua orang tuanya yang berlaku sopan pada Jansen , hati Elena tiba - tiba menjadi campur aduk , sama seperti saat pertama kali mengenal Jansen . Tapi tidak tahu kenapa , selain merasa campur aduk dia juga merasa sedikit senang .
Pelayan segera menyajikan makanannya di atas meja , seluruh tamu mulai makan dan minum , bahkan Zachary sudah minum beberapa gelas arak dan dia minum lebih banyak dari biasanya .
Perasaannya begitu senang seolah - olah dia punya anak laki - laki yang berbakat .
" Mutiara Surgawi Bermata Sembilan? "
Tepat pada saat itu , seorang pria paruh baya yang mengenakan baju tradisional dan membawa beberapa orang berjalan mendekat , sepertinya Mutiara Surgawi Bermata Sembilan telah menarik perhatian pria itu . Mutiara Surgawi ini awalnya berasal dari Tibet batu ini sudah terkenal sejak zaman Kerajaan Gajah Kuno dan sangat jarang ditemukan di seluruh Negara Huxia , terlebih lagi mutiara Surgawi Bermata Sembilan, ini merupakan mutiara yang belum tentu bisa dijumpai sekali dalam seratus tahun . Namun mutiara ini justru muncul di sini , orang - orang yang sudah berumur tentu saja tertarik pada mutiara ini .
" Dokter senior Edi ! "
Ketika dokter senior Edi berjalan masuk , pandangan mata Paman Kelima seketika menyala penuh semangat . Selama ini dia ingin meminta bantuan Edi tetapi dia tidak menemukan jalan untuk menemui Edi, dia hanya pernah melihat wujud Edi di koran dan internet .
Paman Kelima segera melihat ke arah Karl . Karl mengenal Edi dan kebetulan Edi juga datang ke sini , kalau begitu dia bisa langsung meminta pertolongan Edi di sini !
Karl menangkap sinyal yang diberikan oleh Paman Kelima lalu segera mengganggukkan kepalanya . Karl mengambil segelas arak dan berjalan mendekati Edi , lalu berkata sambil tersenyum ,
" Tuan Edi , apakah Anda masih ingat saya ? Saya adalah Karl , Kepala Divisi Quality Control . "
" Karl? "
Edi mengernyitkan alisnya , dia tidak mengenali pemuda ini .
" Kerabat saya mengidap penyakit yang sulit disembuhkan dan berharap untuk mengantre nomor pasien di tempat Anda . Apakah Anda bisa membantunya ? "
Suara Karl sangat keras sehingga menarik perhatian kerabat - kerabat di sana .
Kemunculan dari Mutiara Surgawi Bermata Sembilan tadi sudah menyurutkan pamor dari Karl, karena itu sekarang Karl ingin mengembalikan pamornya .
" Oke , oke . Antre saja di RS Rakyat, selama itu orang sakit aku pasti akan memeriksanya . "
Selama ini Edi terus mencari mutiara Surgawi Bermata Sembilan , maka dari itu dia tidak begitu ingin menanggapi permintaan dari Karl. Karl seketika merasa canggung . Kalau mengantre di RS Rakyat , entah kapan baru bisa dapat giliran periksa , si Edi ini mengabaikan permintaannya ya !
Karl lalu melihat ke arah Bibi Ketiga , tatapan tajam yang terpancar dari mata Bibi Ketiga jelas menyiratkan bahwa Karl harus membantu Paman Kelima !
Nampaknya Karl harus membereskan hal ini , kalau tidak ibu mertuanya tidak akan bisa menganggkat wajahnya di hadapan para kerabat ini .
" Tuan Edi , penyakit kerabatku ini agak spesial . Aku harap Bapak bisa membantu saya secara pribadi . Oh iya , aku adalah Kepala Divisi Quality Control , obat yang akan kalian daftarkan di rumah sakit kebanyakan harus melalui persetujuan divisi kami dulu . "
Kata Karl dengan sedikit mengancam . Edi memang pada dasarnya tidak sabaran , setelah mendengar perkataan itu suasana hatinya menjadi lebih buruk lagi . Edi kemudian berkata dengan dingin ,
" Karl , memangnya kenapa kalau kamu adalah Kepala Divisi Quality Control ? RS Rakyat juga tidak menyalahi aturan . Masalah obat , kamu hanya perlu menilainya dengan adil . Dan lagi , jangan gunakan jabatanmu untuk mengancamku . Kalau kamu tidak ingin mengantre , masih ada orang lain yang mengantre kok . Direkturmu adalah Jerry Adam , bukan ? Sekarang aku tanya , apakah ini adalah keinginannya atau keinginanmu ? "
Ekspresi wajah Karl dalam sekejap berubah menjadi memelas , dia berkata ,
" Tuan Edi , ini adalah keinginanku , tidak ada hubungannya dengan direktur . Apa yang Bapak katakan memang benar , di hadapan dokter , pasien harus diperlakukan dengan adil . Akulah yang sudah terlalu gegabah , sebagai hukumannya aku akan minum tiga gelas arak ! "
Karl awalnya memang sudah tersudutkan karena itu dia menggunakan jabatannya untuk mengancam Edi, tapi dia tidak menyangka kalau koneksi Edi begitu luas , Edi bahkan mengenal direkturnya !
" Hai anak muda , kamu harus melakukan segalanya melalui jalan yang benar ! "
Kata Edi dengan serius .
" Apa yang tuan katakan memang benar ! "
Karl hanya bisa diam - diam kembali ke tempat duduknya , dia benar - benar sudah kehilangan mukanya !
Wajah Paman Kelima sekeluarga seketika menjadi masam . Tadi si Karl sendiri yang bilang ini adalah hal yang mudah , akhirnya dia malah kehilangan mukanya habis - habisan . Hanya bisa membual saja !
Suasana hati Edi menjadi semakin buruk karena Karl , dia berniat untuk segera minta maaf lalu pergi . Tiba - tiba , matanya menangkap sosok Jansen dan berkata ,
" Kamu ! "
" Dokter senior Edi ! "
Jansen menganggukkan kepalanya . Saat Edi masuk tadi , dia sudah langsung mengenali Edi. Edi adalah pria paruh baya yang muncul saat menolong nyonya Lena dan Melody waktu itu .
" Kenapa kamu bisa berada di sini ? "
Nada bicara Edi sangat sopan . Edi 100 % mengakui pengetahuan medis yang dimiliki oleh Jansen . Waktu itu Jansen pergi dengan tergesa - gesa sehingga Edi kehilangan kesempatan untuk berbicara dengannya .
Maka dari itu , di pertemuannya dengan Jansen kali ini , dia harus berkenalan dengan Jansen agar nantinya mereka bisa bersama - sama mendiskusikan pengetahuan medis .
" Hari ini adalah hari ulang tahun ayah mertuaku , karena itu aku makan di sini ! "
Jawab Jansen sambil tersenyum .
" Ternyata ini adalah pesta ulang tahun ayah mertuamu ya . Ya ampun , aku tadi datang dengan terburu - buru , aku bahkan tidak sempat untuk mempersiapkan kado ! "
Kata Edi dengan sedikit tidak enak hati . Perkataan yang dilontarkan oleh Edi ini membuat Zachary sedikit kaget , berdasarkan status dari Edi , dia sama sekali tidak perlu sesegan ini . Zachary segera berdiri lalu berkata dengan senang ,
" Hehe , Tuan Edi bisa datang saja sudah membuatku sangat senang . Mari sini , silahkan duduk . Pelayan , tolong tambah satu set alat makan lagi ! "
Kerabat - kerabat yang melihat keakraban di antara Edi dan Jansen merasa sangat heran . Mereka benar - benar tidak bisa mengerti bagaimana bisa si Jansen itu mengenal dokter yang begitu terkenal !
" Kakak Ipar , coba lihat penyakit Fina ini ! "
Paman Kelima tiba - tiba berjalan mendekat lalu berbasa - basi dengan Ibu Elena . Ibu Elena terpaku , dia merasa seluruh tubuhnya seolah - olah sudah disiram air dingin . Rasanya begitu sulit untuk diungkapkan dengan kata - kata !
Dia sama sekali tidak ragu , sambil tersenyum dia mengganggukkan kepalanya dan berkata ,
" Tenang saja , menantuku pasti punya akal . "
Ibu Elena mengucapkan kata " menantuku " dengan penuh penekanan , di dalam hatinya dia juga merasa bangga .
" Terima kasih , Kakak Ipar ! "
Paman Kelima segera berterima kasih . Jansen masih berbincang - bincang dengan Edi , lalu Ibu Elena tiba - tiba menghampiri mereka . Dia membisikkan beberapa patah kata pada Elena.
Perkataannya ini membuat Jansen mengernyitkan keningnya . Jansen sendiri juga merupakan seorang dokter , dia memperlakukan pasien dengan adil dan sangat tidak suka dengan permintaan " jalan belakang " seperti ini .
Tetapi mengingat bantuan yang diberikan Keluarga Lawrence selama satu tahun belakangan ini , Jansen menganggukkan kepalanya . Setelah menikah selama dua tahun kurang , Jansen juga sudah kehilangan ingatannya selama satu tahun lamanya .
Tanpa bantuan dari Keluarga Lawrence , dia pasti sudah menjadi gelandangan di jalanan .
" Tuan Edi, ada temanku yang ingin diperiksa oleh tuan Edi , apakah tuan bisa menolongku ? "
" Diperiksa olehku ? "
Edi agak sedikit kaget , dengan ilmu medis seperti Jansen ini masih mau diperiksa dirinya ? Edi menganggukkan kepalanya dan berkata ,
" Tidak masalah , nanti aku akan memberikanmu nomor telepon . Besok sebelum datang ke rumah sakit kamu hanya perlu menelepon ke nomor itu . "
Paman Kelima seketika menjadi begitu senang sampai tidak bisa menutup mulutnya . Dia kemudian menatap Karl dan diam - diam mengeluh , bocah ini ternyata memang hanya bisa membual , tidak bisa dibandingkan dengan si Jansen itu .
Pesta malam ini tanpa disangka menjadi pesta yang paling membahagiakan dan memuaskan bagi Zachary.
Sepanjang malam , Zachary minum lebih banyak dari tamu - tamu yang lain , bahkan setelah pestanya berakhir Zachary juga tidak segera pulang melainkan terus berbincang - bincang dengan koleganya .
Saat Jansen akan bersiap - siap pulang , tiba - tiba Elena berkata ,
" Jansen , ayo kita jalan - jalan ! "
Jansen sejenak merasa heran . Mereka sudah menikah selama satu tahun tapi ini adalah pertama kalinya Elena mengajak dirinya jalan - jalan .
" Oke ! "
Jansen tidak punya alasan untuk menolak ajakan wanita cantik . Pemandangan malam di Kota Asmenia sangatlah indah . Cahaya lampu neon berwarna - warni , kedua orang itu berjalan mengarungi jalanan yang ramai . Keduanya sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun !
Malam ini Elena mengenakan gaun berwarna hitam , kulitnya yang putih terlihat sangat kontras dengan gaunnya . Kerah gaun Elena sangat rendah , benar - benar pas menutupi pemandangan indah yang ada di baliknya .
Tulang selangkanya menyembul dengan cantik di bawah lehernya , kedua kakinya mengenakan stoking berwarna kulit , disertai dengan sepasang sepatu hak tinggi . Ketika berjalan bersebelahan dengan Jansen yang terlihat biasa , Elena menarik perhatian banyak pria .