Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Tahap revisi:)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB TIGA PULUH TIGA
"Sekar, kenapa jadi ngelamun lagi sih. Padahal waktu ke pasar ceria, tapi pas pulang masa lesu gitu mukanya," ucap Bara, saat mereka sudah masuk ke dalam mobil.
Sekar menoleh pada Bara," gak tau, perasaanku jadi gak karuan gini."
"Memangnya kamu kenal wanita tadi?,"
Sekar menggelengkan kepalanya pelan," gak kenal, tapi aku pernah denger nama itu tapi gak tau dimana lupa lagi,"
"Udah kamu jangan banyak pikiran nanti stres lagi,"
"Iya, mas. Tenang aja gak akan dipikirin," jawab Sekara, memandang jendela selama diperjalanan. Bara yang sedang fokus menyetir, sesekali melihat istrinya yang tiba-tiba jadi pendiam.
Setelah sampai rumah, Bara Segera menepikan mobilnya lalu mematikan mesin. Segera ia keluar memutari mobil membukakan pintu mobil untuk Sekar, menggunakan tangannya untuk melindungi kepala Sekar agar tak terantuk daun pintu.
"Kenapa masih kepikiran yang tadi?" tanya Bara yang melihat raut wajah istrinya muram.
"Gak kok, mas. Itu mah perasaan kamu aja, aku biasa aja tuh," sangkal Sekar, mengedikan bahu acuh, sambil membawa jajanan yang dibeli dari pasar untuk masuk ke rumah." Aku ke dalam duluan ya,"
Bara masih memperhatikan istrinya yang berjalan memasuki rumah. Sekalipun Sekar menyangkal Bara tau sikap istrinya itu bagaimana. Apalagi tadi ia melihat sekilas ada yang mirip dengan wajah istrinya walau beda usia, tetap saja kan tak biasa.
Apa ia harus mencari tahu siapa paruh baya tersebut siapa tau ada rahasia kebenaran yang belum terungkapkan.
Saat menginjakan kaki di rumah, Sekar juga Bara sudah diberondong pertanyaan opa yang membuat sang cucu dibelakang istrinya memutar bola matanya malas," Kalian ini darimana saja, opa mau makan bersama malah ngilang gitu aja,"
Sekar meringis tak enak hati,"maaf, opa. Tadi Sekar minta mas Bara beli ini," jawab Sekar sambil menunjukan jinjingan ditangannya.
Opa mencondongkan badannya sedikit untuk melihat,"Apa memang yang kamu beli?"
"Yaelah, mulai deh kepo nya nih tua-tua keladi," ucap Bara, langsung duduk disofa single sebelah opa. Mengeluarkan hp disaku celananya
"Kamu kenapa sih sewot terus sama opa? punya masalah heh sama si tua ini?" tanya opa, memicingkan mata.
Sekar yang melihat dimulainya perdebatan dua orang didepan dirinya, langsung pamit undur diri untuk ke dapur mengambil wadah untuk jajanan yang akan disuguhkan diruang tamu.
"Ini opa, silahkan dicoba kue cucur sama klepon nya dimakan," ucap Sekar saat menyajikan makanan di meja.
Mata opa langsung berbinar senang melihat makanan tersebut,"wah, kamu memang cucu menantu idaman tau saja kesukaan opa," ucapnya, sambil melirik cucunya, Bara yang merasa ditatap langsung mendelik mata.
Sekar yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala heran, padahal Sekar tau bahwa Bara begitu menyayangi opa nya tapi gengsinya itu melebihi samudra Pasifik. Walau Sekar tau tempatnya berada dimana, tapi itu hanya perumpamaan saja, hihi.
"Mas!" desis Sekar untuk Bara tidak menjulidi opanya sendiri.
"Ya, kamu tau lah, opa. Gimana sama aku sensi terus," ucap Bara mendelik, kepada opa yang tengah menikmati makan dibawa Sekar.
"Kamu jangan ladenin dong, mas. Opa kan orang tua jadi harus hormat."
Opa berusaha menelan makanannya, lalu berucap,"betul kata istrimu anak nakal, harus hormat jangan ngelunjak."
"Ya elah seneng banget dipuji sama..." Bara yang sedang berbicara langsung disumpal mulutnya oleh istrinya dengan klepon, dibalas pelototan oleh Bara. Sekar yang ditatap hanya nyengir, sambil mengangkat dua jarinya (peace) minta maaf.
Bara langsung mengunyah makanan cepat, saat matanya tak sengaja melihat opa. Terlihat cekikikan melihat Bara di ulti istrinya sendiri.
----+---+----
Sementara itu di sebuah kamar dengan jendela besar, terlihat seorang paruh baya yang tengah memandang langit luar yang tengah mendung. Namun pikirannya kosong tak mampu meraba apa yang terjadi. Setelah pertemuan dengan seorang wanita yang memiliki rupa sama dengannya.
Saat tengah asyik melamun, ia merasakan pelukan dari belakang. Juga usapan lembut ditangannya.
"Kenapa melamun disini?" tanya pria itu.
"Gak, kok, mas. Siapa yang melamun?" sangkal paruh baya tersebut, malah balik bertanya.
"Hmm...kamu masih mikirin kejadian tadi dipasar?"
"Sedikit sih, entah kenapa aku kok merasa udah lama kenal gitu. Tapi aku gak inget apapun," keluhnya.
Pria itu membalikan tubuh istrinya, untuk memandang matanya," kamu kan habis kecelakaan sayang, mungkin ada sebagian ingatan yang hilang?"
"Tapi kamu kan tau udah lama sekali loh, mas. Delapan belas tahun yang lalu, masa aku gak ingat apapun selain suara anak kecil yang nangis,"
"Apa perlu saya cari tahu tentang wanita muda tadi?"
Nyonya Rita walau ragu tetap menjawab,"memangnya boleh, aku minta bantuan kamu untuk cari tau?"
"Boleh lah sayang, saya pasti akan lakukan apapun untuk kamu," tutur pria itu, sambil mencium kening istrinya. Yang dibalas pelukan erat.
"Aduh, aduh papah Panji sama mama Rita so sweet banget," ucap seseorang, dari belakang tubuh mereka. Segera pasangan tersebut menoleh bersamaan.
Papah Panji berdecak lidah, memandang anaknya," kamu ganggu papah sama mama aja, kalau mau kayak kita sana sama pacar kamu. Udah lama pacaran tapi gak dinikahin juga, yakin dia setia sama kamu?
"Papah, raguin kesetian Razi sama aku, parah banget. Padahal dia selalu ijin tiap mau jalan sama aku, terus kalau ngapelin aku pasti masuk rumah dulu. Masa sih masih gak percaya juga," ungkap anak gadis papah Panji, merajuk.
Mama Rita langsung menghampiri anak sambungnya itu, mengusap bahunya lembut, "kamu jangan dengerin papah, dia itu cuman bercanda aja. Lagian kamu itu masih muda, tinggal nikmati dulu waktu masa gadis kamu sebelum memasuki pernikahan. Jangan sampai nanti sudah menikah, kamu malah menyesal ingin kembali ke masa ingin kumpul bareng teman. Terus ninggalin kewajiban kamu sebagai istri juga ibu nantinya,"
Ungkapan mama Rita selalu membuat hati Salina nyaman. Meskipun hanya ibu sambung, namun ia tak pernah membedakan dirinya dengan anak kandungnya sendiri. Apalagi sejak kehadiran adik lelakinya yang merupakan anak ayahnya dan ibu tirinya, tak merubah kasih sayang terhadap dirinya. Malah bertambah semakin besar kasih sayangnya, dan juga selalu mendukung apapun yang dirinya lakukan selama itu baik.
Salina lalu memeluk ibu sambungnya itu, untuk sebagai bentuk ungkapan kasih sayang ,"ma, makasih ya. Sudah mau menjadi pengganti mama yang hebat untukku. Berkat mama aku gak merasa kesepian lagi sejak kematian mamaku. Semoga kita bisa jadi keluarga selamanya."
Mama Rita, berkaca-kaca mendengar ucapan tulus anak sambungnya itu," mama juga berterimakasih padamu, karena sudah sudi menerima jadi ibu sambung. Mama doakan semoga kebahagiaan selalu menyertai langkah kakimu."
paksa hancurkan pernikahan anaknya..