Aksa harus menelan pil pahit saat istrinya, Grace meninggal setelah melahirkan putri mereka. Beberapa tahun telah berlalu, tetapi Aksa masih tidak bisa melupakan sosok Grace.
Ketika Alice semakin bertumbuh, Aksa menyadari bahwa sang anak membutuhkan sosok ibu. Pada saat yang sama, kedua keluarga juga menuntut Aksa mencarikan ibu bagi Alice.
Hal ini membuat dia kebingungan. Sampai akhirnya, Aksa hanya memiliki satu pilihan, yaitu menikahi Gendhis, adik dari Grace yang membuatnya turun ranjang.
"Aku Menikahimu demi Alice. Jangan berharap lebih, Gendhis."~ Aksa
HARAP BACA SETIAP UPDATE. JANGAN MENUMPUK BAB. TERIMA KASIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Empat
Tanpa terasa telah satu minggu Dicky dikuburkan, tapi tak ada perkembangan mengenai kesehatan Ghendis. Keadaannya masih sama. Dia belum juga sadarkan diri.
Mama Reni akhirnya mengetahui semua yang terjadi dalam rumah tangga putranya dan Ghendis, walau tidak sepenuhnya. Yang dia tahu, malam itu menantunya pergi dari rumah setelah Aksa memarahinya. Wanita itu menasehati anaknya hingga panjang lebar.
Saat ini keduanya sedang mencari jalan terbaik untuk kesembuhan Ghendis. Telah dua minggu dia berada di ruang ICU, tapi belum ada tanda-tanda jika kesadarannya akan membaik. Seolah dia nyaman dengan keadaan saat ini.
"Ma, apakah kita perlu membawa Alice ke rumah sakit untuk bertemu Ghendis? Dokter mengatakan orang yang dalam keadaan koma, tetap dapat mendengar suara jika sarafnya masih bekerja dengan baik. Suara orang yang paling dekat dan sering dia dengar, dapat memulihkan kesadarannya. Aku berharap dengan mendengar suara Alice, istriku akan segera sadar," ucap Aksa dengan suara pelan. Dia terlihat sangat lelah.
"Sekarang kamu menginginkan kesadarannya? Apa kamu tidak berpikir, jika Ghendis itu nyaman dengan keadaannya saat ini. Sepertinya dia tak ingin mengembalikan kesadarannya agar tak sakit hati lagi," ucap Mama Reni.
"Ma, aku mohon jangan ungkit itu lagi. Aku menyesal ...! Aku tak berpikir sejauh ini. Jika saja waktu bisa ku putar, aku tak akan marah dan menghukumnya atas perbuatan yang sama sekali tak dia lakukan," ucap Aksa dengan sendu.
"Makanya kita manusia di beri akal agar berpikir sebelum bertindak. Ini pembelajaran bagimu, agar kedepannya jangan Aragon dan bertindak dalam keadaan emosi," ucap Mama Reni.
Aksa tertunduk, tak dapat mengungkapkan apa-apa lagi. Dia benar-benar menyesal atas perbuatannya.
"Cobalah minta izin pada kepala rumah sakit untuk membawa Alice masuk ke ruang iCU. Semoga usaha kita kali ini membuahkan hasil," balas Mama Reni.
Aksa lalu mencoba menghubungi seseorang yang mengenal kepala pimpinan rumah sakit atau pemiliknya sekalian. Dia ingin membawa Alice kehadapan Ghendis.
Mama Reni harus segera pulang, dia hanya sekejap melihat menantunya. Tinggal Aksa dengan salah seorang bawahannya. Sambil menunggu waktu kunjungan, Aksa mengerjakan pekerjaan kantornya.
Saat tiba jam kunjungan buat pasien, Aksa langsung minta izin masuk. Setiap hari dia selalu berusaha hadir di saat jam besuk dan selalu memberikan semangat untuk sang istri.
Aksa duduk di samping ranjang Ghendis. Izin dari rumah sakit untuk membawa Alice telah dia dapati, tapi semua resiko yang akan mungkin terjadi, menjadi tanggung jawab pribadi.
"Ghendis, sadarlah. Maafkan aku ...! Aku sadar jika semua kesalahan yang pernah aku lakukan padamu begitu besar. Nanti setelah kamu sadar, kamu boleh memukulku, menghinaku, dan mencaciku. Tapi jangan pernah berpikir untuk pergi dariku. Aku ingin kita memulai dari awal. Aku janji akan mulai memahami keadaan kamu," ucap Aksa dengan penuh penyesalan.
Diraihnya tangan Ghendis. Dikecupnya dengan perlahan, air mata tak bisa dia tahan lagi. Dia menyesal.
"Tetaplah jadi Ghendis yang kuat. Buktikan kalau kamu mampu bertahan. Jangan lemah, sadarlah. Alice menunggu kehadiranmu," ucap Aksa.
Saat nama Alice di sebut, jari Ghendis bergerak perlahan. Hal itu membuat Aksa terkejut. Dia lalu menekan tombol agar dokter segera datang.
Dokter sedang memeriksa keadaan Ghendis. Aksa menunggu dengan gelisah. Dia ingin tahu perkembangan kesehatan sang istri.
Setengah jam kemudian Dokter keluar dari ruangan ICU, tempat di mana Ghendis terbaring koma.
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Aksa begitu melihat dokter keluar dari ruangan itu.
"Sudah banyak perkembangan. Organ vital ditubuhnya sudah mulai bekerja dengan normal. Berdoa saja dia segera sadar," ucap Dokter dengan senyuman.
"Terima kasih, Dok." Hanya itu yang sanggup Aksa katakan.Dia begitu bahagia mengetahui jika keadaan istrinya makin membaik.
***
Seperti kesepakatan dengan dokter, Alice boleh masuk dan mengunjungi Mimi nya dengan syarat hanya boleh setengah jam.
Kenapa anak-anak dilarang ikut berkunjung ke rumah sakit ? Pada dasarnya, rumah sakit bukanlah tempat yang tepat untuk anak-anak sehat berkunjung atau bermain. Karena, menurutnya, selain membahayakan kesehatan anak, kadang juga keberadaan anak kecil yang sering main-main, berlari-lari, teriak dan menangis di rumah sakit cukup mengganggu ketenangan pasien yang mau istirahat.
Aksa menggendong Alice masuk ke ruang ICU. Dia berharap dengan mendengar suara bocah itu, istrinya akan segera sadar.
Alice tampak terkejut dan juga heran melihat Mimi nya memakai banyak selang di tubuhnya. Dia lalu bertanya dengan sang papi.
"Papi, kenapa Mimi?" tanya Alice dengan wajah keheranan.
"Mimi sakit, Sayang. Sekarang Alice panggil Mimi, biar cepat sembuh," pinta Aksa.
Aksa mendekatkan Alice. Dia meminta sang putri menggenggam tangan Ghendis.
"Mimi, Mimi kenapa? Sakit, ya? Mimi, aku kangen," ucap Alice dengan polosnya.
"Mimi, aku mau makan sama Mimi," ucap Alice tanpa di minta.
"Aku ingin melukis dengan Mimi," ucap Alice selanjutnya.
Jemari Ghendis tampak bergerak perlahan. Hal itu membuat Aksa begitu bahagia. Dia kembali meminta Alice bicara, apa saja agar memulihkan kesadaran istrinya itu.
"Mimi, bangun! Aku mau main sama Mimi!" ucap Alice. Kembali jari tangan itu bergerak.
Aksa tak tahu harus berkata apa. Hanya doa yang terus dia panjatkan untuk kesembuhan sang istri.
Aksa mendekati sang istri. Meraih tangannya dan mengecup dengan lembut.
"Sadarlah, Ghendis. Alice menunggumu. Cukup sudah tidurnya. Apa kamu tak lelah karena begitu lamanya tidur. Aku dan Alice merindukan kamu," ucap Aksa.
Tangan Ghendis bergerak dan membalas genggaman tangannya. Aksa menjadi sangat terkejut. Dia membalas dengan menciumnya.
"Ghendis, akhirnya kamu sadar!" ucap Aksa dengan suara parau menahan sebak di dada.
...----------------...
sepanjang baca nangis teus yg adaaa..
mama Reniiiiii... huhuuu😭😭😭😭😭😭
banyak banget bawangnya..
aq dah ngabisin tisu banyak niih..
harusnya kanebo kering yaaa😭😭😭😭😭
cantik gini ko di jahatin to Aksaa..
awas yoo.. nanti bucin looh
handuk mana hajduuuk😫😩😩😩😩😩
baca cerita Gendist ...
terasa semakin sakit di hati
hatiku ikut sakit