Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Pedang Dewi Salju
"Ini pedangmu." Kata kakek itu setelah dia dan Lin Tian masuk ke ruang dalam.
"Terima kasih banyak Tuan."
Lin Tian menerima pedang itu dan memutar-mutarnya untuk melihat polesan di sarung pedang tersebut.
Sarung dan gagang pedang itu berwarna coklat gelap, dengan ditambah sedikit hiasan dan ukiran indah berwarna kuning keemasan. Melihat ini, Lin Tian hanya mampu memandang takjub tanpa bisa mengeluarkan kata-kata.
Di gagang pedang itu juga terdapat sebuah hiasan ronce berwarna biru muda yang sepertinya dibuat dengan bahan benang sutra. Lin Tian sedikit heran karena seingatnya ia tak pernah memesan hiasan itu.
"Maaf Tuan, seingatku aku tak pernah memesan hiasan ini?" Tanyanya sambil memegangi ronce tersebut.
"Tak apa...tak apa...anggap saja hadiah dariku." Jawab kakek buntung itu dengan ramah.
Lin Tian hanya mengerutkan kening memandang heran kearah kakek di depannya. Akan tetapi dia tak ambil pusing dan lebih memilih kembali memeriksa pedang barunya.
Setelah beberapa saat, tiba saatnya bagi Lin Tian untuk melihat bilah dari pedang tersebut. Tangannya gemetaran tatkala jari-jemarinya menyentuh gagang pedang bersiap untuk mencabutnya.
Tangan Lin Tian sampai gemetar seperti itu dikarenakan pemuda ini sangat gugup dan menerka-nerka akan seperti apa wujud dari bilah pedang itu. Mengingat wujud kristal mentahnya saja sudah sangat indah apalagi ketika dijadikan sebuah pedang.
"Lihatlah, kenapa ragu-ragu?." Akhirnya kakek itu bertanya. Dia juga tidak sabar untuk melihat reaksi Lin Tian setelah melihat pedang hasil ciptaannya.
Lin Tian memandang kakek itu lalu menganggukkan kepala.
Setelah menghela nafas beberapa kali, akhirnya ia mencabut pedang itu dan langsung membolatkan matanya saking takjub dan kagum akan keindahan pedang itu.
Terlihat bilah pedang itu berwarna putih bersih bersinar, memiliki panjang sekitar tujuh puluh centi dan lebar sekitar tiga centi. Bilah pedang itu memiliki dua mata yang kesemuanya terlihat sangat tajam dan mematikan.
Di pangkal bilah pedang itu terlihat sebuah ukiran kepingan salju yang sangat indah dan menawan. Yang lebih hebat lagi, jika sekali lihat pedang itu memang berwarna putih, akan tetapi jika diperhatikan lebih teliti lagi, seolah-olah terlihat sebuah warna lain yaitu warna biru cerah.
Begitu tercabut dari sarungnya, bilah pedang itu mengeluarkan hawa yang dingin dan sejuk menenangkan. Sungguh berbeda seperti ketika masih berwujud kristal yang hawanya saja mampu membuat orang menjadi kaku kedinginan.
"Hehe...bagaiman? Hebat bukan?" Tanya kakek itu sambil sedikit membusungkan dada membangkakan diri sendiri.
"Jujur saja itu adalah karya terbaikku selama aku menjadi seorang pandai besi." Lanjutnya.
"Cantik sekali...." Gumam Lin Tian tanpa sadar yang masih memandangi pedang barunya dengan mata berbinar-binar penuh kekaguman.
Mendengar gumaman yang keluar dari mulut Lin Tian, kakek itu mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum senang.
"Seperti yang kukatakan tadi, pedang itu adalah karya terbaikku. Karena itu, berilah nama padanya nak, dia kelak akan menjadi temanmu yang paling setia melebihi dari apapun." Kembali kakek itu berkata.
Mendengar ucapan kakek itu, Lin Tian tersadar dari kekagumannya dan mengerutkan kening. Dia berpikir nama apakah yang paling cocok dengan pedang ini?.
Pedang yang sangat indah dengan bilah pedang berbahan kristal dingin yang di ambil dari puncak tertinggi pegunungan. Sebuah puncak yang selalu tertutup oleh selimut salju tebal. Lin Tian berpikir sambil menopang dagu untuk memikirkan nama yang pas dengan semua kenyataan tersebut.
Tak berselang lama, Lin Tian tersenyum lebar dan wajahnya terlihat berseri. Agaknya pemuda ini sudah menemukan sebuah nama yang cocok untuk pedang barunya.
"Hm...? Apa kau sudah terpikirkan sebuah nama?" Tanya kakek itu yang menyadari perubahan raut wajah Lin Tian.
"Ya...Aku sudah menemukannya!!" Balas Lin Tian semangat.
"Hoho...apa itu?"
"Karena kecantikannya, dan karena bahan utama dari bilah pedang ini berasal dari puncak pegunungan bersalju, maka pedang ini akan kuberi nama...."Lin Tian berhenti sejenak untuk mengambil nafas, hal ini membuat kakek buntung itu makin gemas dan penasaran.
"Pedang Dewi Salju!!" Ucap Lin Tian dengan tegas dan mantap.
"Hahaha....bagus, nama yang bagus." Ucap kakek itu sambil tertawa.
"Pedang Dewi Salju itu selamanya akan menemanimu baik saat senang maupun susah, karena itu jaga dia baik-baik!!" Kembali dia melanjutkan perkataannya.
"Tentu saja!!"
...****************...
"Maaf Tuan jika aku lancang, tetapi aku sangat penasaran mengapa para pendekar itu menyerang Tuan? Ada masalah apa kau dengan mereka?" Lin Tian bertanya mengutarakan rasa penasarannya.
Dia sebenarnya bukan penasaran akan penyerangan para pendekar itu kepada sang kakek. Akan tetapi dia lebih penasaran mengapa para pendekar golongan hitam itu menyerbu tepat ketika terjadi konflik antara keluarga Xiao dan keluarga Hu. Karena itulah pemuda ini berinisiatif untuk menanyakan masalah antara kakek itu dan para penyerang. Dia berpikir jika kemungkinan kedua hal ini ada kaitannya.
Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Lin Tian, kakek itu tidak langsung menjawab. Hanya terdengar helaan nafas berkali-kali dari kakek itu.
Setelah beberapa lama, akhirnya dia berkata, "Hah...ceritanya panjang. Sebelum itu aku ingin tahu terlebih dahulu siapa namamu? Perkenalkan namaku Gong Fai."
"Panggil saja aku Lin Tian."
"Baiklah Lin Tian, ceritaku ini mungkin akan panjang, apa tak masalah?" Kembali kakek itu bertanya.
"Tak masalah Tuan, ceritakan saja."
"Hah...jadi seperti ini..."
Gong Fai memulai ceritanya dan Lin Tian hanya diam mendengarkan.
Menurut penuturan Gong Fai, dia diserang oleh para pendekar hitam itu adalah karena dirinya dianggap sebagai seorang pengkhianat, karena itulah mereka semua menyimpan dendam padanya dan ingin membunuhnya.
"Apa, kau dianggap pengkhianat? Apa maksudmu?" Tanya Lin Tian bingung dengan cerita pembuka kakek itu.
"Dengarlah dulu..." Jawab kakek itu sambil mengangkat salah satu tangannya untuk menenangkan Lin Tian.
Dia kemudian melanjutkan ceritanya. Gong Fai mengaku jika dirinya dahulu sewaktu muda adalah salah seorang anggota Aliansi Golongan Hitam yang menjadi momok kejahatan dunia persilatan.
Kakek ini juga mengatakan jika Aliansi Golongan Hitam sudah ada sejak dulu, akan tetapi dahulu selalu bergerak secara sembunyi-sembunyi dan rahasia. Dan baru sekarang inilah mereka berani menunjukkan eksistensinya.
Gong Fai bilang jika dulu ketika dia masih berada dalam aliansi, dirinya bukanlah seorang pendekar yang tak punya kedudukan. Malah sebaliknya, dia ini adalah pendekar yang termasuk seorang pimpinan dalam aliansi yang kekuasaannya di bawah persis sang ketua dan wakil ketua, karena itulah tak ada satupun anggota aliansi yang berani main-main dengannya.
Akan tetapi beberapa tahun lalu, lebih tepatnya sepuluh tahun silam. Dia memilih pergi meninggalkan aliansi bersama delapan orang muridnya yang saat ini menjadi pekerja di Pandai Besi Selatan.
Mendengar sampai di sini, tahulah Lin Tian jika pria bersenjata kapak dan tujuh orang lain yang ikut membantu pertempuran itu adalah murid dari Gong Fai.
"Setelah melakukan pelarian selama berbulan-bulan, akhirnya sampailah kami di sini dan membuka toko ini untuk menyambung hidup kami." Kata kakek itu melanjutkan ceritanya.
"Akan tetapi aku tak pernah menyangka jika tokoku ini akan menjadi toko pandai besi ternama yang sangat terkenal. Mungkin karena inilah aliansi bisa mengetahui persembunyian kami dan menyerbu kemari." Lanjut Gong Fai dengan raut wajah sedih.
Lin Tian mengerutkan keningnya. Ada sesuatu yang janggal, pikirnya.
"Tapi Tuan, kupikir toko ini sudah terkenal sejak dulu. Tetapi mengapa baru sekarang aliansi berani menyerang?" Akhirnya Lin Tian berkata.
"Aku tahu itu. Dari dulu mereka tak berani menyerang adalah karena di sini terdapat sebuah keluarga kuat yang melindungi kota ini, Keluarga Xiao. Akan tetapi entah karena apa mereka tiba-tiba berani menyerang seperti ini." Gong Fai menjawab pertanyaan Lin Tian yang diakhiri dengan helaan nafas panjang.
"Apa mungkin ada hubungannya dengan keluarga Hu?" Celetuk Lin Tian tiba-tiba yang tak sadar akan ucapannya sendiri.
Gong Fai mengerutkan kening setelah mendengar perkataan Lin Tian. Kemudian dia berkata, "Apa hungungannya?"
Lin Tian terkejut dan sadar dirinya telah keceplosan.
"Tidak, bukan apa-apa." Jawabnya yang sedikit gelagapan.
Yang dimaksud Lin Tian adalah tentang pertemuan keluarga Hu waktu itu. Xiao Mei bilang jika Hu Kai berkata anak dari pemimpin sebelumnya melakukan hubungan gelap dengan salah satu Si Cantik Kembar Setan yang menjadi anggota Aliansi Golongan Hitam.
Akan tetapi, dia tahu jika semua itu adalah dongeng Hu Kai dan kemungkinan besar pemimpin keluarga Hu itu telah membalikkan fakta yang sebenarnya. Yaitu fakta jika dia sendirilah yang bersekutu dengan Aliansi Golongan Hitam.
Jika memang benar demikian, tak heranlah kalau Aliansi Golongan Hitam berani membalas dendam kepada Gong Fai yang masih berada di wilayah keluarga Xiao. Selain karena mereka terdiri dari orang-orang kuat, mereka juga mempunyai dukungan dari salah satu keluarga penguasa lain yaitu keluarga Hu.
Bahkan sekarangpun mereka mempunyai Si Cantik Kembar Setan yang juga merupakan seorang datuk dunia persilatan golongan hitam atau biasa dikenal sebagai Pilar Neraka.
Karena semua informasi ini masih bersifat rahasia, akhirnya Lin Tian lebih memilih untuk tutup mulut dan tidak menjelaskannya lebih lanjut.
"Hah...Baiklah jika kau tak mau mengatakannya. Tetapi aku ingin berpesan padamu Lin Tian, berhati-hatilah karena wajahmu sudah diketahui oleh mereka. Kau tadi juga menunjukkan kepandaianmu dengan cara membantai banyak orang dari mereka. Jadi, kemungkinan besar mereka akan terus memburumu untuk membalas dendam." Kata Gong Fai serius memberi nasehat.
"Ya, aku sudah tahu itu." Jawab Lin Tian tegas sambil menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu, terima kasih atas semuanya dan aku ijin pamit Tuan." Ucap Lin Tian yang sudah bangkit berdiri dan memberi hormat.
Ketika pemuda ini sudah mencapai pintu, dia menghentikan langkahnya karena perkataan tiba-tiba dari Gong Fai.
"Lin Tian, samarkan identitasmu. Ketika kau keluar dari Kota Batu ini, jangan sampai ada orang lain mengetahui identitasmu yang sebenarnya. Gantilah namamu, tutupi wajahmu itu dengan topeng, selembar kain, karung beras atau apapun itu yang penting jangan sampai ada orang yang melihat langsung wajah aslimu. Itu semua demi keselamatanmu kelak." Kakek itu berkata sangat serius.
Lin Tian hanya diam dan menganggukkan kepala sebagai jawaban. Akan tetapi dirinya kembali harus menghentikan langkahnya ketika mendengar suara kakek tersebut.
"Oh iya Lin Tian, sebenarnya yang paling penting untukmu itu adalah sebuah penutup wajah." Ucap Gong Fai sambil tersenyum aneh.
"Maksudmu?"
"Hehe...kau tahu Lin Tian? Wajahmu itu sangatlah tampan dan aku yakin akan ada banyak sekali gadis yang terpikat oleh pesonamu. Jadi selagi masih muda, pakailah topeng agar dirimu nantinya tak jadi seorang penjahat....Hahahah!!" Kata kakek itu diakhiri dengan tawa menggelegar.
Merah wajah Lin Tian mendengar ucapan itu. Jika seandainya kakek di depannya ini bukan seseorang yang telah membuatkan pedang untuknya, mungkin Lin Tian sudah melepaskan tinjunya kearah wajah orang itu.
Lin Tian merasa kesal karena kata-kata yang sangat menusuk dari Gong Fai, apalagi ketika mendengar kata 'penjahat' dari mulut kakek itu.
Dalam pendengaran Lin Tian, kakek itu seolah-olah berkata, "Karena masih muda, pakailah topeng agar para gadis tak mengetahui wajahmu. Karena jika sampai hal itu terjadi dan batinmu masih belum kuat, kau bisa menjadi seorang pemerkosa anak orang."
Tentu saja walau hanya bercanda akan tetapi ucapan ini sangat merendahkannya. Dia ingin mengumpat akan tetapi sudah dipotong terlebih dahulu oleh Gong Fai.
"Lin Tian, jika di masa depan kau butuh bantuan, jangan sungkan-sungkan untuk datang kemari. Kami dari pihak Pandai Besi Selatan akan selalu membantumu." Kakek itu berkata sambil tersenyum hangat.
"Oh...aku baru ingat, kau tak ingin menanyakan harga pedangmu itu? apa kau hendak mencuri hah!!??" Sambung kakek itu.
Lin Tian pun juga terkejut mendengar ucapan itu. Karena terlalu asyik mengobrol, dia sampai lupa tidak menanyakan biaya yang harus dibayar untuk pembuatan pedangnya.
Melihat keterkejutan di wajah Lin Tian, Gong Fai tertawa dan berkata, "Hahaha....aku hanya bercanda. Kau telah menyelamatkan nyawaku berserta murid-muridku, itu semua jauh lebih mahal dari sebatang pedang di tanganmu." Kata kakek itu sambil tertawa.
"Malah sekarang ini akulah yang berhutang padamu. Tak usah kau bayar! Kuberikan pedang itu untukmu dan dengan pedang itu pula, jadilah seorang pendekar hebat penegak keadilan. Jika sampai aku mendangar namamu menjadi jagoan pendekar hitam, aku sendirilah yang akan menyeretmu kedalam neraka!!" Lanjut Gong Fai berucap tegas.
Lin Tian memandang dengan mata terbelalak tak percaya, pedang ini diberikan padanya gratis? Sungguh hebat!!.
Lin Tian kemudian memandangi pedangnya sejenak lalu menganggukkan kepala dan menjawab dengan seungguh-sungguh, "Kau tenang saja Tuan, akan kuukir namaku dipuncak dunia persilatan sebagai seorang gagah pembela kebenaran. Aku bersumpah!!"
"Bagus Hahahaha.....!!"
Setelah itu Lin Tian membuka pintu dan langsung berkelebat pergi dari situ diiringi suara gema tawa si kakek buntung, Gong Fai.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
|•BERSAMBUNG•|