kisah tentang kehidupan Kanaya yang terpaksa menjadi single mom ketika masih belia. Dia menjadi korban ambisi karyawan ibunya yang ingin menjebak ayah tirinya.
Kanaya terpaksa hidup terpisah dari orang tuanya, untuk menyembunyikan ketiga anak kembarnya. Ia berhasil hingga akhirnya menjadi istri seorang pengusaha sukses dan kaya raya.
Cobaan seakan tiada henti menerpanya, ketika ia sudah bahagia, hantaman terberat dalam hidupnya adalah ketika ia harus kehilangan salah satu putra tercintanya.
Bagaiamanakah Kanaya menjalani hidupnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arnesh Yadha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ma'af Kak..... Jawabanku Tetap Sama
Kay menjejakkan kakinya kembali di Indonesia. Beragam kilasan masa lalu kembali menari dalam benaknya. Helaan nafas berat ketika Malvin mengajak mereka meninggalkan bandara, mau tak mau membuat Gagah merasakan kebingungan. Awalnya dia hanya merasa wanita yang kini menjadi aspri nya itu sedang memikirkan buah hatinya, sehingga dia menyarankan agar Kay menghubungi mereka. Namun gurat kegundahan dan kecemasan masih membayangi wajah cantiknya, hingga Gagah menyimpulkan ada suatu peristiwa yang ingin ditinggalkan oleh wanita cantik itu. Rencananya menjahili wanita itu seperti ketika dikantor , dia urungkan dan dia menyarankan untuk mencari tempat istirahat saja dulu, sebelum kelokasi pertemuan.
" Malvin, sepertinya kita cari hotel terdekat dulu baru nanti sore kita ke tempat yang telah disebutkan om Fay! "
" Euhnm.. Pak bolehkah saya ketempat mama saya saja?! " Tanya Kay ragu-ragu
" Apa mamamu tinggal disekitar sini?! "
" Ehmm.. Bukan ditangerang sini sih pak, tepatnya di daerah jakarta selatan, kira-kira perjalanan satu jam sampai pak, apakah bapak mengijinkan?! "
" Oh... berarti searah dengan tempat pertemuan kita nanti ya?! "
" Lho, memang kita mau adakan pertemuan nya diamana pak?! " Tanya Kay bingung, karena dari awal, dia tak menyimak apa saja yang telah dikatakan bos nya, dia terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri.
" Di jS Luwansa Hotel, dan rencananya kita akan menginap disana. " Jawab Gagah.
" Oh... Mama saya juga tinggal disekitar daerah itu pak.. "
" Baiklah, Malvin kita langsung ke lokasi saja, biar Kay nanti bisa berkunjung ke orang tuanya! "
" Baik bos! "
Mobil melaju melewati jalan tol dalam kota. Sekitar satu jam mobil pun sampai di depan lobby hotel. Malvin segera melakukan check-in namun Kay langsung berpamitan untuk segera kerumah mamanya, sehingga Malvin hanya melakukan reservasi untuk dua kamar. Gagah menghubungi Fay dan menyampaikan bahwa dia sudah sampai di tempat pertemuan.
Kay memesan taksi online menuju rumah tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Tak berapa lama taksi pun tiba dan Kay bergegas masuk. Pikirannya kembali melayang tak karuan, banyak kenangan yang muncul disetiap jalan yang ia lewati. 'Papa.... Aku kangen..... ' gumam nya dalam hati. Air mata pun membasahi pipi cantiknya. Helaan nafas berat berulang kali dia hembuskan, hingga ia pun tiba didepan gerbang rumahnya.
Diapun turun, beberapa menit dia diam menatap bangunan megah dua lantai dihadapannya. ' bismilah Kay... Kamu pasti bisa' ucapnya menyemangati dirinya sendiri. Dia melangkahkan kakinya membuka pintu gerbang hingga seorang pria paruh baya menghampirinya. Pak Tomo, supir pribadi, sekaligus penjaga rumah , yang kini lebih sering merawat taman yang ada didepan dan belakang rumah mereka.
" MasyaAllah.... Non Kay... Kok ndak bilang kalo mau dateng?! " Ucapnya sambil tergopoh menghampiri putri majikannya.
" Assalamu'alaikum pak, apa kabar pak? " Ucap Kay menyalami dan mengecup tangan keriput pak Tomo sambil menitikkan air matanya. Bagi Kay pak Tomo bukan hanya sopir tapi juga orang yang berperan dalam tumbuh kembangnya, karena beliaulah , yang dulu sering ia repotkan ketika mendiang papanya sedang ada bisnis keluar kota. Pelukan hangat Kay berlabuh pada tubuh ringkih pak Tomo.
" Non... Makin cantik aja, bapak hampir pangling lho Non... Oh iya... Non sama siapa datangnya, terus kok ndak bawa barang apa-apa?! " Tanya pak Tomo bingung sambil celingukan mencari barang bawaan Kay.
" Maaf Pak, ini dadakan dan hanya tiga hari Kay disini, jadi Kay gak bawa apa-apa pak... Kay ikut bos kesini karena itu ga ada persiapan apapun."
" Ya sudah mari masuk Non, ibu ada didalam, kebetulan beliau pulang cepat tadi, kalau bapak ,beliau masih dikantornya . " Kata pak Tomo sambil menuntun Kay masuk.
Kay mengikuti langkah pria dihadapannya. Begitu sampai didalam rumah Kay langsung berlari ke arah Tantri yang tengah duduk diruang tengah sambil mengutak-atik tablet ditangannya.Tantri langsung berdiri merentangkan kedua tangannya menyambut kedatangan putri tercintanya. Kay menghambur kedalam pelukan sang mama. Suasana seketika berubah menjadi haru, pak Tomo mengusap sudut matanya yang berair.
Mbok Yem muncul dari dapur, wanita itu tergugu melihat kedua majikannya berpelukan. Enam tahun putri kesayangan majikannya pergi merantau ke luar negri, mbok Yem sering melihat raut kesedihan dari majikannya.
" MasyaAllah Kay.... Kamu sehat nak, sama siapa nak, kok ga ngasih kabar mama?! "
" Ma... Bisa ga sih tanya nya satu-satu, Kay bingung jawabnya... Hiks... "
" Lho kok malah nangis... " Kata Tantri sambil mengusap pipi putrinya.
" Kayak mama enggak aja.. " Ucap Kay sambil mencebikan bibirnya.
Sembari melepas rindu, keduanya berjalan beriringan menuju teras belakang. Keduanya saling bercerita, Kay menyandarkan kepalanya dibahu sang mama. Cukup lama mereka disana hingga mbok Yem datang dan mengatakan agar mereka makan. Merekapun makan siang bersama. Usai makan Kay meminta ijin kekamarnya untuk beristirahat sebelum nanti jam lima sore dia akan kembali bertemu bos nya di hotel.
Kay menaiki anak tangga satu persatu hingga tiba didepan sebuah kamar. Dia meraih gagang pintu dan mendorong nya perlahan. Suasana kamar masih sama seperti enam tahun yang lalu, dekorasi, warna seprai dan bahkan buku-buku masih tertata rapi diatas meja kecil didekat jendela. Sebuah foto berukuran jumbo terpampang didinding, foto dengan senyum termanis yang pernah diabadikan oleh Kay. Berjalan keranjang rasa sesak mulai merasuki dada Kay, dia duduk diatas ranjang, sesaat kemudian isakan kecil mulai terdengar dari bibirnya. Dia meredam tangisnya dan jeritannya dengan membenamkan wajahnya kedalam bantal. Kembali peristiwa kelam itu membayangi anginnya.
Kamar itu dan segala isinya merupakan saksi bisu kejadian malam kelam itu. Kay pun akhirnya terlelap dalam mimpinya.
Tepat pukul lima Kay telah bersiap-siap, dia memakai baju setelan formalnya. Ternyata ukuran tubuhnya masih sama, banyak pakaiannya yang masih muat untuk dikenakan. Dia kembali memakai heels nya dan turun ke ruang bawah sambil membawa tasnya.
" Ma... Kay berangkat dulu ya..?! " Pamitnya
" Lho udah mau berangkat sayang...? "
" Iya ma.. Karena pertemuan nya jam tujuh ma... Dan sebelum itu bakalan membahas hal-hal penting intern perusahaan.. Em.. Oh iya ma, kok aku belum liat appa ya? "
" Oh... Appa lagi ketemu klien bahas kerjasama dengan pihak asing.. "
" O... Ya udah, Kay pamit dulu, assalamu'alaikum... " Ucap Kay sambil mencium pipi mamanya
Kay berangkat menuju JS Luwansa hotel diantarkan pak Tomo. Kurang lebih lima belas menit mereka sampai ditempat tujuan. Kay diarahkan oleh staff hotel menuju meeting room yang telah dipesan oleh bos nya tadi. Kay tiba ditempat meeting tersebut dan langsung masuk kedalam. Gagah sudah menunggu bersama Malvin, mereka bertiga akhirnya membahas apa saja yang dibutuhkan untuk penempatan Malvin di cabang baru itu.
Tepat pukul tujuh masuklah beberapa orang keruangan itu. Kay sempat terkejut melihat Zio diantara orang-orang itu, begitupun dengan Zio. Hanya sesaat keterkejutan itu, kemudian mereka semua duduk bersama, membahas masalah kerjasama dan penempatan masing-masing perwakilan perusahaan. Rapat berlangsung hingga pukul sembilan malam. Rencananya besok mereka akan berkunjung ke lokasi perusahaan hasil kerja sama tersebut.
Kay pulang bersama Zio dan tadi Zio sempat memperkenalkan diri sebagai ayah sambung dari Kay. Di dalam mobil keduanya nampak canggung, tak ada obrolan sama sekali, seolah keduanya sama-sama menghindar. Hingga tiba dirumah pun suasana hening lah yang tercipta.
Tiba dirumah Kay langsung pamit menuju kamarnya. Ia langsung membersihkan diri dan berganti pakaian dengan piyama. Tak lupa dia mengunci pintu dan jendelanya, setelah itu berusaha mengistirahatkan tubuh dan otaknya agar tak memikirkan hal yang macam-macam. Sebelumnya, dia sempat menghubungi ketiga buah hatinya untuk menentramkan mereka.
Dikamar lain, Zio menjelaskan kepada Tantri kenapa dia bisa pulang bareng sama Kay, dan ternyata tantri menyambut baik penjelasan Zio dan malah berharap nantinya mereka akan sering berkunjung ke Indonesia sehingga putri semata wayang nya bisa sering-sering untuk pulang. Zio ikut senang melihat binar kebahagiaan kembali muncul diwajah istrinya.
*
*
*
Tak terasa tiga hari telah berlalu, kini sa'at nya Kay kembali lagi ke Singapura bertemu dan berkumpul kembali dengan ketiga buah hatinya. Tantri dan Zio mengantarkan keberangkatan mereka ke bandara. Kay pun berpamitan seperti dulu ketika dilepas sang mama, untuk hidup mandiri disana.
" Hati-hati ya sayang, jangan lupa sering-sering vc mama ya..? " Ucap Tantri sambil memeluk putrinya
" Iya ma, kalau lagi senggang, karena Kay udah makin sibuk ma.. " Kay melepas pelukannya dan berpindah salaman dengan ayahnya.
" Lho kok cuman salim, appa nya ga dipeluk nih? " Goda Tantri
" Ya enggak lah mam, Kay udah gede sekarang ga pantes peluk-pelukan lagi, nanti dikira orang Kay istri kedua appa lho kalo pake pelukan " Jawab Kay, Tantri dan Zio tertawa mendengar ucapan Kay.
Mereka berpisah, Kay dan Gagah berjalan menuju pintu pemberangkatan dan menghilang diantara kerumunan orang. Zio dan Tantri kembali lagi kerumah mereka.
Kurang lebih dua jam mereka mengudara, kini keduanya tiba di bandara internasional Changi Singapura. Mereka telah dijemput oleh pak Abas bersama amah dipintu keluar bandara.
Tiba di apartemen Kay langsung diserbu ketiga anaknya yang tengah bermain bersama suster Nancy, nampak binar kerinduan terpancar dari mata mereka. Baru tiga hari tapi sudah berasa bertahun-tahun bagi mereka. Gagah tersenyum melihat interaksi ibu dan anak tersebut. Amah mengajak Gagah untuk menuju huniannya, Gagah mengikuti amah dibelakangnya. Merekapun beristirahat.
*
*
*
Hari-hari pun berlalu begitu saja, namun bos dan asprinya tetep dalam mode Tom Jerry versi dingin. Sering Gagah memberikan tugas yang aneh-aneh kepada Kay, sehingga hal itu pun memantik emosi Kay. Gagah paling senang melihat Kay yang uring-uringan, karena bagi gagah itu adalah hiburan tersendiri jika berada dikantor. Lain halnya jika dirumah, dia akan senang bermain bersama tiga anak pintar milik Kay di ruangan khusus bermain yang dibuat gagah.
Unit apartemen yang dulu disewa Gagah, kini telah resmi di belinya dan disulap menjadi area bermain dan belajar bagi ketiga kembar. Sengaja juga Gagah mendatangkan guru privat bagi mereka untuk belajar. Kay pernah menolak namun Gagah tak pernah terima penolakan hingga akhirnya Kay memutuskan membuat kontrak kerjasama , dimana gaji Kay akan dipotong sepuluh persen untuk biaya sewa dan bayar guru privat. Gagah menyetujui, namun dia memasukkan uang tersebut kesebuah rekening khusus atas nama teman hidupku. Bisa dibilang konyol memang tingkah Gagah tersebut.
Zulfan kembali menemui Kay untuk menyatakan kembali perasaanya, entah ini yang keberapa kalinya dia akan mengulanginya lagi. Dia mengajak Kay kali ini ke apartemen milik Kay ,tempat biasanya dia dikunjungi amaknya.
" Kay... Untuk kesekian kalinya aku berharap kau mau menerima ku sebagai calon imammu.. "
" Kak... Ma'af untuk yang kesekian kalinya juga, jawabanku tetap sama, aku tetap belum bisa membuka hatiku untuk kakak lebih dari posisi sebagai kakak aku, ma'af... Dan aku harap kak Zul tidak berpikir yang negatif lagi tentang aku.. "
" Apakah sesulit itu Kay kau untuk menerimaku? " tanyanya memelas.
" Bukan hanya kakak namun jika ada laki-laki lain yang melakukan hal yang sama dengan kakak, aku tetap akan mengatakan hal yang sama... "
" Huhft... Baiklah kali ini aku kembali menerimanya, dan ma'af jika selama ini aku terkesan memaksa, sampai jumpa Kay.. Aku akan meninggalkan negara ini membawa kenangan kita. "
" Lho... Kakak mau kemana, kenapa mendadak? "
" Sebenarnya, andaikan kau tadi menerima ku, aku akan langsung melamarmu kepada kedua orang tuamu dan langsung memboyongmu dan triplets menetap di kanada... Tapi.. Sepertinya aku memang harus menjemput jodohku ditempat lain. " Ucap Zulfan yang nampak kecewa.
Kay hanya bisa berucap agar dia hati-hati, dan mendo'akan agar orang yang dia anggap sebagai kakak itu bahagia dan segera bertemu dengan pemilik tulang rusuknya yang sesungguhnya. Dengan langkah gontai Zulfan meninggalkan tempat itu.