NovelToon NovelToon
Transisi

Transisi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ida Riani

cerita tentang perubahan para remaja

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

"Masih soal adiknya rangga dan ibunya" tanya Mia lagi.

"bukankah, kamu bilang bahwa seorang anak yang punya ibu, akan lebih baik hidupnya daripada yang tidak punya ibu" ucap Mia mengingatkan.

"Aku memang bilang begitu, tapi aku tetap tidak menyukainya, ini yang membuat Azizah itu tidak mau lepas darinya dan bila nanti, jika ibu dari kakak keduaku membawa anak perempuannya maka mereka semua memperoleh keuntungan dari kerja kerasku seumur hidup!" Gerutu jihan.

"Seumur hidup, kamu masih berumur berapa?" ucap Mia sambil tersenyum.

"Oiya kakak keduamu suka apa?"tanya wanita itu lagi.

"Dia suka, makan roti manis, dan mi ayam rasa pedas" jawab jihan.

"Bukan itu maksudku, sebentar lagi kan ulang tahunnya, setidaknya aku harus tahu seperti apa dia, supaya aku bisa membelikan hadiah yang cocok untuknya" ucap Mia.

"Astaga, aku sampai lupa, ulang tahunnya hari jumat besok" jawab jihan cepat.

"Serius besok, kenapa kamu bisa sampai lupa?" Tegur Mia.

"Aku benar-benar lupa, tapi bagaimana bisa kamu tahu ulang tahunnya" tanya jihan heran.

Mia gelagapan dan nampak salah tingkah.

"Hal-hal penting seperti ulang tahun, harus ditulis dengan jelas, supaya tidak lupa, jadi seperti apa kakak keduamu?"tanya Mia gugup.

Jihan tidak menjawab dan berfikir sejenak, menatap Mia dengan tatapan yang mencurigakan, merasakan suatu hal jika Mia sahabatnya lebih perhatian dengan kakak keduanya.

****

"Zidan pasti suka dengan earbud ini, dia suka warna hitam, pilihan yang tepat bukan" ucap rangga sambil menenteng paper bag berisi earbud untuk zidan.

"Tentu" jawab jihan singkat.

Rangga melihat Jihan murung dan tidak bersemangat hari ini.

"Ada apa?, Kamu terlihat murung hari ini, tidak seperti biasanya, mana jihan yang selalu terlihat ceria" ucap rangga sambil merangkul jihan yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri.

"Bukankah kamu mempunyai adik perempuan yang harus diurus sekarang?, Kenapa kamu khawatir padaku!, Panjang, lebar, dan pagar" ucap jihan.

"Jadi kamu cemburu padanya!" ucap rangga sambil tersenyum.

"Cemburu!, Siapa yang cemburu!, Aku masih punya kakak zidan!" Sahut gadis itu mengelak.

"Aku sudah memberimu bagianku, untuk harga earbud itu dirumah" lanjutnya kemudian berlari meninggalkan rangga. Rangga pun berlari mengejar jihan, mereka sangat bahagia bisa menjadi saudara.

Hari menjelang sore hari, seperti biasa Lian memasak berbagai macam sayuran dan lauk untuk anggota keluarganya, ia memasak dengan penuh cinta. Pekerjaan memasak menjadi cepat selesai karena bantuan dari zidan.

"Yang berulang tahun" ucap rangga menghampiri dan melepas celemek yang dipakai zidan.

"Ya, kenapa" tanya zidan.

"Pergilah mengobrol dengan bibimu, biar aku yang menbantu ayah membuat makanan" perintah Rangga sambil mengenakan celemek tersebut.

"Kenapa harus aku, aku, belum selesai memotong buah, aku juga tidak tahu harus berkata apa padanya, selain itu, bukankah Jihan sudah bersamanya" ucap zidan sedikit menolak bertemu dengan ibunya.

"Yang keponakannya itu kamu bukan jihan, pergilah, temui bibimu" perintah rangga.

"Plis, biarkan aku disini, aku benar-benar tahu harus berkata apa dengan bibiku" pinta zidan memohon.

"Temui bibimu" perintah rangga.

"Bibimu datang khusus untuk merayakan hari ulang tahunmu, kalau tidak ada yang ingin kamu bicarakan dengannya, cukup temui saja dia" ucap Lian.

"Baiklah ayah" jawab zidan sambil menunduk.

"Ambil piring, suguhi buah, yang ada dikulkas" perintah Lian.

"Baik" jawab zidan kemudian melangkah pergi mengambil apa yang diperintahkan ayahnya.

"Itu sudah selesai tinggal mencuci saja" ucap ayah Lian pada Rangga yang mengambil alih apa yang dilakukan zidan sebelumnya.

Setelah menyuruh zidan menemui ibunya rangga mengambil alih apa yang dilakukan zidan sebelumnya.

"iya, ayah" jawab Rangga mencuci sayuran tersebut.

Diruang tamu, jihan menemani bibi Hana, sambil melukis dengan menggunakan cat warna.

"Nduk". Panggil bibi Hana.

"bibi bisa memanggil saya jihan saja" sambung Jihan cepat.

Wanita itu tersenyum ramah melihat lukisan Jihan yang begitu indah.

"Jihan" panggilnya lagi.

"Ya, ada apa bibi" tanya jihan sambil terus melukis.

"Apakah dengan melukis, tidak menggangu belajarmu" tanya wanita itu sedikit gugup, takut salah bicara.

"Tidak, karena aku lebih suka melukis dari pada belajar, nilai ku tidak begitu baik disekolah" jawab jihan apa adanya.

"Bibi" panggil zidan menghampiri mereka berdua.

"Ya" jawab bibi Hana.

"Jihan ini pesan dari ayah kamu harus banyak makan buah" ucap zidan memberikan piring berisi buah hanya pada jihan.

"Ya, letakkan saja dimeja" jawab jihan sambil terus melukis.

"Bibi ambillah, buah ini masih segar" ucap jihan menawarkan pada bibi Hana sambil mengambil satu potong buah dengan tangan yang sedikit kotor karena terkena tinta.

"Plak" zidan memukul tangan jihan yang hendak mengambil buah.

"Tanganmu kotor, gunakan tusuk gigi, atau atau sendok garpu" perintah zidan.

"Iya, maaf" jawab jihan kemudian menggambil buah dengan menggunakan sendok garpu.

"Lihat meja tamunya, jadi kotor, bersihkan sendiri nanti, aku tidak mau membantu" ucap zidan kemudian duduk di kursi tidak jauh dari jihan dan bibinya.

"Iya-iya aku tahu, bawel" jawab jihan.

Bibi Hana menepuk tangan zidan, meletakkan jarinya di depan mulutnya, memberi isyarat agar zidan diam lalu mengajaknya berbicara dalam kamar zidan.

"Bibi kalau mau bicara kenapa tidak diluar saja, kenapa harus dikamar" ucap zidan bertanya.

"Duduk" perintah bibi Hana.

Zidan menurut dan duduk di kursi belajar.

"Kenapa kamu bicara seperti itu dengan jihan!" Tanya bibi Hana.

"Apa maksud bibi, Aku tidak mengerti, aku bicara dengan Jihan biasa saja, bibi jangan bersikap berlebihan dengan jihan, dia itu adikku dan aku kakaknya" ucap zidan santai.

"Pokoknya, caramu bicara dengannya itu tidak benar, kamu hidup dan makan gratis di rumah mereka, dan ayahnya yang membiayai pendidikanmu, spa salahnya bersikap sopan, dan membantu membersihkan meja yang kotor, sudah berapa kali, bibi mengingatkanmu, kamu harus mengalah dan bersikap baik dirumah ini" ucap bibi Hana menasehati.

Zidan menghela nafas panjang, merasa bosan dengan nasehat dari bibinya, yang meminta zidan menjadi anak yang penurut, bersikap baik, dan melakukan apapun yang diperintahkan jihan dan ayahnya.

"Aku tahu, kamu tidak suka, bahkan mungkin sudah bosan mendengar bibi mengatakan hal ini, karena kamu tidak sama dengan rangga, papanya rangga memberikan uang pada Lian untuk biaya hidupnya, jadi kamu harus tau diri selama tinggal di rumah ini, kamu mengerti kan!" Ucap bibi Hana dan dijawab dengan anggukan oleh zidan.

"Makanan sudah siap ayah" ucap rangga yang menata makanan bersama dengan Lian.

"Mana papamu, bisa-bisanya jam segini belum juga pulang" ucap Lian.

"Papa tadi menelepon, katanya mau cari kue ulang tahun dulu" ucap rangga.

"Oh, begitu, ya sudah mungkin sebentar lagi, juga pulang" ucap Lian.

1
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca.
Ditunggu komentarnya.
Idar
Selamat Membaca.
Idar
Selamat Membaca
Idar
Selamat Membaca /Good/
Idar
Selamat Membaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!