"
Suatu perkawinan pengganti, mengikatnya erat di sisinya.
Dave adalah pria yang membuat semua orang di kota ketakutan, dia kejam dan bengis, terutama membenci wanita.
Nadia adalah wanita kaya yang diintimidasi oleh orang lain, dan dia sama sengsaranya dengan Cinderella di rumah.
Awal berpikir kalau pernikahan ini akan segera berakhir, dan keduanya akan segera bercerai.
Tanpa diduga, setelah menikah, dia sangat memanjakannya!
""Apakah kamu pikir aku tidak akan tahu jika kamu menyembunyikan identitasmu? Gadis cupu.""
Nadia tampak terkejut, ""Bagaimana kamu bisa tahu?!”"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1. INI TAK ADIL BAGIKU.
Pagi itu di sebuah rumah yang terbilang cukup mewah, seorang gadis muda berkacamata dengan rambut di kepang dua sudah bersiap-siap keluar dari dalam kamar. Nadia, itulah nama gadis belia itu. Walau penampilannya terlihat sedikit cupu, tapi gadis itu sangatlah cantik. Entah kenapa dia menyembunyikan wajah cantiknya di balik penampilannya yang jauh dari kata cantik.
Nadia terus melangkah hingga langkah kakinya harus terhenti setelah melewati ruang makan keluarga. Seseorang memanggil namanya dari arah ruangan tersebut.
"Nadia, jangan pergi dulu sebelum kamu membereskan kamar adikmu. Adikmu agak sibuk soalnya ada pemotretan di studio pagi ini," teriak Yunita ibu dari Nadia.
Sebelum menjawab Nadia melangkah mendekat keruang makan yang saat itu sedang ada Rudy ayah Nadia, mawar adik Nadia dan Yunita Ibunya
"Maafkan Nadia bu, bukanya Nadia tidak mau tapi hari ini Nadia juga sibuk sekali. Banyak pesanan kue pelanggan yang harus Nadia buat. Para pelanggan kue Nadia sudah pada komplain karena waktu yang Nadia janjikan sudah melewati batas seharusnya," Nadia memegang punggung kursi kosong yang ada di depanya.
"Lihatlah bu, mana mungkin si cupu itu mau mendengarkan kata-kata ibu. Dia sudah berani membantah semua perintah ibu. Sejak dia berjualan kue di toko kecinya itu, dia sudah seperti ratu yang sudah tidak mau lagi mengerjakan pekerjaan di rumah," Mawar menambahkan lalu memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.
"Mawar jangan asal bicara!. Apa selama ini Kamu tidak sadar kalau Akulah yang selalu melakukan pekerjaan rumah bersama dengan Bibi Ona. Semua keinginanmu Aku turuti karena hormatku pada Ayah dan ibu. Tapi kenapa tidak sedikit pun kamu menghargai pengorbananku sebagai kakakmu," kini Nadia di penuhi dengan rasa amarah.
"Ibu!, Ayah!," ucap Mawar yang tidak terima dengan perkataan Nadia. Yunita yang mendengar keluhan Mawar segera berdiri.
"Nadia, sekarang kamu benar-benar sudah melawan perkataan ibu. Ingat Nadia, jika kamu keluar dari rumah sebelum kamu membersihkan kamar adikmu maka kamu tidak usah kembali lagi kerumah ini, paham!," bentak Yulita.
"Kenapa ibu tegah sekali pada.Nadia, seolah-olah menomor satukan Mawar dan menganggap Nadia hanya seorang pembantu di rumah ini. Kenapa ibu tidak pernah adil padaku.?," Nadia kini bercucuran air mata.
Rudy yang sedari hanya terdiam sambil menikmati makanan diatas meja ikut angkat bicara.
"Nadia diamlah. Kamu benar-benar sudah tidak mau mendengar kata orang tua. Cepat bersihkan kamar Mawar atau Ayah benar-benar marah padamu dan mengusirmu dari sini!," Rudy berdiri dan menunjuk kearah Nadia. Tubuh pria paruh baya itu bergetar menahan amarah.
Mau tidak mau Nadia terpaksa mengikuti perintah ketiga orang itu. Dengan langkah gontai dan air mata yang tidak berhenti menetes, Nadia menuju ke kamar Mawar.
Sepeninggalan Nadia, Mawar tersenyum. Dia begitu bahagia melihat apa yang baru saja di alami oleh Nadia.
"Nona yang sabar ya!," Bi Ona yang mengikuti langkah Nadia dari arah belakang menuju kamar Mawar.
"Bi, mengapa mereka sekejam ini padaku?, mengapa mereka lebih mengutamakan mawar di bandingkan Aku?. Nadia ini juga kan anak mereka, darah daging mereka, tapi kenapa mereka selalu menomorduakan Nadia. Bi kenapa?," Nadia memeluk erat tubuh Bi Ona.
"Tabahkan hatimu Nona, semua pasti ada hikmahnya. Yakinlah, suatu saat mereka pasti akan menyadari kesalahan mereka dan menerima Nona sebagai bagian dari keluarga ini," Bi Ona membelai lembut kepala Nadia.
"Hanya Bibi satu-satunya seorang yang bisa menerimaku apa adanya. Bila Nadia harus memilih. Nadia lebih baik punya ikatan darah dengan Bibi di bandingkan mereka itu. Bibi masih bisa menghargaiku layaknya anak kandung walau kita tidak sedarah. Terima kasih banyak Bi, Nadia sayang bibi," Nadia mempererat pelukannya pada Bi Ona.
"Sama-sama, Bibi juga sangat menyayangi Nona Nadia. Tapi Nona Nadia tidak boleh berkata seperti itu, bagaimana pun bencinya Nona Nadia pada Tuan dan Nyonya mereka itu adalah orang tua Nona Nadia yang harus Nona Nadia hormati dan juga sayangi. Sudah nangisnya nanti cantiknya hilang loh. yuch mari Bibi bantu bersihin kamar Nona mawar sebelum Nona Nadia berangkat ke toko kue," Bi Ona menghapus air mata yang menetes di pipi Nadia.
Nadia hanya mengangguk dan mengikuti langkah Bi Ona masuk kedalam kamar milik Mawar.
Setelah selesai membersihkan kamar Mawar, Nadia keluar dari dalam sana. Wajahnya masih dirundung kesedihan. kata-kata Ayah, Ibunya dan juga Mawar masih sangat membekas dalam hatinya.
Dia benar-benar tidak mengerti dengan sifat kedua orang tuanya yang selalu pilih kasih terhadapnya.
"Ya Tuhan, apa karena penampilanku seperti ini sehingga mereka tidak menyukaiku. Aku mengerti, bila di bandingkan dengan penampilan Mawar, kami bagai lagit dan bumi. Tapi apa tidak ada sedikit pun rasa kasih sayang mereka untukku,"
Kira-kira begitulah luapan hati Nadia yang terus berjalan menuju kearah toko kue miliknya yang tidak begitu jauh jaraknya dari rumah.
Setibanya di depan toko kue miliknya, Nadia membuka pintu toko tersebut dan tak lupa menutupnya kembali. Rita yang selama ini menjadi karyawannya segera mendekat setelah melihat kedatangan Nadia.
"Selamat siang Nona Nadia," sapa Rita.
Sebelum menjawab Nadia melihat jam kecil yang ada di pergelangan tangannya.
"Astaga ternyata sudah siang, Maaf Rit, Aku terlambat lagi soalnya sebelum kesini Nadia harus beres-beres rumah dulu," balas Nadia sedikit tidak enak hati.
"Kalau begini terus semua pelanggan kita pasti akan kabur Nona. Tadi saja ibu Sarah dan ibu Melinda membatalkan pesanan mereka karena kita terlambat beberapa jam untuk mengantar pesanan kue mereka,"
"Iya Rita, semua ini salahku, sekali lagi maafkan Aku. Ayo kita kemas pesanan kue pelanggan yang lain agar mereka tidak komplain lagi pada toko ini,"
"Baik Nona," balas Rita sambil mengikuti Nadia masuk kedalam sebuah Ruangan.
Nadia dan Rita segera mengemas semua pesanan kue pelanggan dan menyuru seorang kurir untuk mengantar pemesan para pelanggan.
"Capek juga," ujar Rita sembari membunyikan jari-jarinya.
"Iya, Soal sudah beberapa hari ini kita hanya membuat kue tapi belum mengemasnya. Saat menumpuk seperti itu barulah kita kewalahan. Ini bukan salahmu tapi salahku,"
"Sudahlah Nona semua sudah terjadi. Yang harus kita lakukan sekarang yaitu kembali fokus seperti dulu agar para pelanggan kita bertambah dan tidak kabur lagi seperti ibu Sara dan ibu Melinda,"
"Betul katamu. Baiklah, mulai sekarang Aku akan fokus seperti dulu dan tidak akan membiarkan para pelangganku kecewa, semangat!,".
Nadia menyodorkan jari-jarinya kearah Rita dan disambut Rita dengan melakukan hal yang sama.
Keduanya pun tertawa dan menghabiskan waktu mereka bersama hingga tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul tujuh belas sore.
"Nona Saya pulang dulu ya, soalnya langganan ojek Saya sudah sedari tadi menungguiku di luar," Rita mengambil tas kecilnya yang sejak tadi dia letakkan diatas meja.
"Iya hati-hati. Ini ada sedikit rezeki untukmu, gunakanlah untuk kebutuhan sehari-harimu," Nadia menyodorkan sebuah amplop putih kepada Rita.
"Tapi Nona, inikan belum saatnya gajian. Kenapa Nona Nadia begitu cepat memberikan gaji bulanan padaku?," Rita sedikit heran dan tidak berani untuk mengambil amplop tersebut.
"Ini bukan gaji Rita, tapi tanda terima kasihku padamu karena selama ini kamu terus membantu Aku dan menyelesaikan semua pekerjaan di toko ini yang seharusnya menjadi tugasku," Nadia membuka telapak tangan Rita dan meletakkan amplop putih tersebut di atasnya.
"Terima kasih banyak Nona. Tapi Saya tidak bisa menerimanya soalnya belakangan ini toko kue kita sedikit mengalami kerugian. Rita ikhlas kok membantu Nona Nadia," Rita mengembalikan amplop tersebut ke pada Nadia.
"Ambillah Aku ikhlas, sekarang pulanglah. Suami setiamu sudah menunggumu di luar," Nadia membalik tubuh Rita menghadap kearah pintu keluar.
"Apaan sih!, Itu langganan ojek Saya Nona," protes Rita dan melangkah menuju pintu keluar.
Sepeninggalan Rita, Nadia membersihkan semua peralatan yang sempat mereka gunakan tadi dan meletakkanya di tempatnya semua.
Setelah dirasa cukup, Nadia melangkah menuju kearah sofa dan mendudukkan tubuhnya di sana. Rasa penat karena seharian bekerja membuat matanya mengantuk dan terbawa ke alam mimpi.