Dina, seorang janda muda, mencoba bangkit setelah kehilangan suaminya. Pertemuan tak terduga dengan Arga, pria yang juga menyimpan luka masa lalu, perlahan membuka hatinya yang tertutup. Lewat momen-momen manis dan ujian kepercayaan, keduanya menemukan keberanian untuk mencintai lagi. "Janda Muda Memikat Hatiku" adalah kisah tentang cinta kedua yang hadir di saat tak terduga, membuktikan bahwa hati yang terluka pun bisa kembali bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Menyongsong Harapan Baru
Pagi itu dimulai dengan hangat. Suara burung yang berkicau di luar jendela memberi nuansa cerah dalam rumah kecil mereka. Dina terbangun lebih awal, seperti biasanya, meskipun semalam Rara terjaga beberapa kali karena perutnya yang lapar. Sekarang, Rara sudah tidur dengan nyenyak di tempat tidur bayi yang terletak di samping tempat tidur mereka.
Dina menatap Arga yang masih tertidur di sampingnya. Sejak kelahiran Rara, mereka berdua sering terjaga pada jam-jam yang tidak menentu, dan tidur mereka semakin terbagi. Namun, setiap kali Dina melihat Arga, ia merasa bahagia. Arga selalu mendukungnya dan menjadi pasangan yang penuh perhatian.
Terkadang, Dina berpikir tentang masa depan mereka—tentang bagaimana mereka akan menghadapinya bersama. Tentu saja ada kecemasan tentang apa yang akan datang, tapi satu hal yang pasti: mereka memiliki satu sama lain.
Dengan lembut, Dina meraih tangan Arga dan menggenggamnya. Ia ingin menyentuhnya, merasakan kehadirannya. Meskipun hari-hari terasa penuh dengan tantangan, ada ketenangan yang didapat Dina hanya dengan merasakan kehangatan tangan Arga.
Arga membuka matanya perlahan, merasa sentuhan lembut itu. Ia tersenyum begitu melihat wajah Dina yang penuh kasih.
"Selamat pagi, sayang," kata Arga dengan suara serak karena baru bangun tidur.
Dina tersenyum, lalu membalas dengan lembut, "Selamat pagi, kamu. Aku kira kamu masih tidur nyenyak."
Arga mengangguk sambil mengerjapkan matanya. "Ya, tapi rasanya tidak ada yang lebih indah dari bangun dan melihat kamu di sini."
Dina tertawa kecil. "Kamu ini, Arga. Selalu bisa membuatku tersenyum."
Arga meraih wajah Dina dengan kedua tangannya, kemudian mencium keningnya dengan lembut. "Aku merasa sangat beruntung punya kamu di hidupku, Dina."
Dina merasakan hangatnya ciuman itu, dan hatinya berdebar. Kata-kata Arga selalu berhasil membuatnya merasa dicintai, bahkan pada saat-saat yang paling sederhana sekalipun. Meskipun hidup mereka kini penuh dengan kewajiban sebagai orang tua, cinta mereka tidak pernah pudar.
"Aku juga merasa sama, Arga. Aku beruntung memilikimu." Dina memandang Arga dengan penuh kasih.
Mereka terdiam sejenak, hanya menikmati kebersamaan itu. Sejenak dunia terasa tenang, tanpa ada gangguan atau kekhawatiran. Hanya ada mereka berdua dan bayi mereka yang tidur nyenyak di samping mereka.
Namun, kesunyian itu tak lama, karena Rara tiba-tiba terbangun dan mulai menangis pelan. Dina segera bangun dan menggendongnya dengan lembut, sementara Arga duduk di tepi tempat tidur, tersenyum melihat mereka.
"Sepertinya Rara sudah lapar," kata Dina, mengusap-usap punggung Rara dengan penuh kasih.
Arga berdiri dan berjalan mendekat. "Aku akan menyiapkan sarapan untuk kita. Kamu kasih makan Rara, ya?"
Dina mengangguk sambil tersenyum. "Iya, terima kasih, sayang."
Arga pergi ke dapur, sementara Dina tetap duduk di tempat tidur, menyusui Rara dengan penuh kasih. Melihat putrinya yang kecil dan rapuh itu, Dina merasa bersyukur dan terharu. Ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Rara dan Arga. Mereka berdua adalah kebahagiaan yang sempurna dalam hidupnya.
Setelah beberapa saat, Arga kembali dengan sarapan yang sudah siap. "Aku sudah buatkan roti panggang dan telur. Kamu pasti lapar, kan?"
Dina tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Arga. Kamu selalu tahu apa yang aku butuhkan."
Mereka duduk bersama di meja makan, menikmati sarapan pagi sambil bercakap-cakap. Rara yang sudah kenyang kembali tertidur dengan tenang di tempat tidurnya.
"Pagi yang sempurna," kata Arga, menatap Dina dengan senyuman penuh arti.
Dina mengangguk, merasa sangat bahagia. "Iya, aku merasa sama. Meskipun hidup kita berubah banyak sejak Rara lahir, aku tetap merasa sangat bersyukur."
Setelah sarapan, mereka berdua memutuskan untuk mengajak Rara ke luar rumah. Mereka sudah merencanakan untuk berjalan-jalan ke taman lagi hari itu, karena cuaca sangat bagus. Dina mempersiapkan stroller dan Arga membawa tas berisi perlengkapan bayi.
Sesampainya di taman, mereka berdua mulai berjalan santai sambil mengobrol. Dina menyandarkan tubuhnya pada bahu Arga, merasakan kedamaian yang hanya bisa didapatkan dari kehadiran orang yang kita cintai. Mereka berbicara tentang masa depan dan hal-hal kecil yang membuat mereka bahagia.
"Apa yang kamu bayangkan untuk masa depan kita, Arga?" tanya Dina, sambil menatap Arga dengan penuh harapan.
Arga tersenyum, lalu memandang Rara yang tidur di stroller mereka. "Aku hanya ingin kita tetap bersama, Dina. Kita akan terus tumbuh bersama, mendidik Rara dengan cinta dan perhatian. Aku ingin memberi yang terbaik untuk keluarga kecil kita."
Dina merasakan ketenangan mendalam dari kata-kata Arga. "Aku juga ingin begitu, Arga. Aku ingin kita selalu menjadi keluarga yang penuh kasih."
Setelah beberapa waktu, mereka duduk di sebuah bangku taman, menikmati udara segar dan pemandangan sekitar. Arga merangkul Dina, dan mereka duduk bersama dalam diam, hanya mendengarkan suara angin yang berhembus pelan. Kehidupan mereka terasa lebih penuh dengan setiap hari yang mereka lewati bersama.
"Terima kasih, Arga," kata Dina dengan suara lembut. "Terima kasih sudah selalu ada untuk aku dan Rara."
Arga menatap Dina dengan mata yang penuh cinta. "Aku berjanji akan selalu ada untuk kamu, Dina. Aku akan selalu menjaga kalian berdua."
Dina tersenyum, merasa sangat diberkati. Di tengah kesibukan hidup yang semakin padat, ia tahu bahwa Arga adalah orang yang akan selalu ada untuknya, dan itu membuatnya merasa aman dan dicintai.
Mereka melanjutkan hari itu dengan tawa dan kebahagiaan yang tak ternilai. Kehidupan mereka yang penuh dengan tanggung jawab dan tantangan justru membuat hubungan mereka semakin kuat. Setiap momen yang mereka bagikan adalah kenangan yang akan bertahan selamanya.
Malamnya, setelah Rara tidur nyenyak, Dina dan Arga duduk di sofa, berbicara tentang berbagai hal, mulai dari pekerjaan hingga rencana masa depan mereka. Kehidupan mereka mungkin tidak sempurna, namun mereka tahu bahwa selama mereka memiliki satu sama lain, mereka akan selalu mampu menghadapinya.
Arga memegang tangan Dina dengan lembut. "Aku tahu kita akan menghadapi banyak hal bersama. Tapi aku yakin kita bisa melewatinya, asal kita tetap bersama."
Dina menatapnya, tersenyum. "Aku juga yakin, Arga. Aku tahu kita bisa melewati segala rintangan bersama."
Mereka berdua saling menatap dalam diam, merasakan kedalaman cinta yang ada di antara mereka. Terkadang, kebahagiaan datang dari hal-hal kecil yang kita lakukan bersama orang yang kita cintai. Dan Dina merasa sangat beruntung karena ia memiliki Arga di sampingnya.