Adelia Kirani seorang mahasiswi cantik terpaksa menikahi Azzam Prasetyo mantan kekasihnya, karena sebuah jebakan.
Mereka putus karena Azzam terlalu mengekang dan berani bermain api di belakangnya.
Akankah pernikahan mereka berjalan dengan lancar?
Bagaimana cara Adel bertahan dengan sikap Azzam yang tidak pernah Ia ketahui?
Yuk simak terus kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byerlyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Untuk itu, akan ku beritahu nanti setelah kita menikah" ujar Azzam, ia tak ingin Adel mengetahuinya.
Adel hanya menatap dalam manik mata hitam pekat itu, yang selalu berusaha memalingkan wajahnya. Seolah olah Azzam telah menyembunyikan banyak hal darinya.
Sebenarnya Adel sangat bingung mengapa Azzam dulu berbeda dengan yang sekarang.
"Baiklah, ayo ku bantu berpakaian sebelum aku pulang. Dan mempersiapkan pernikahan kita." Ucap Azzam untuk mengalihkan perhatian Adel.
"Iya" jawab Adel pendek, dia sudah pasrah akan hidupnya. Hatinya belum cukup sembuh, banyak yang dipikirkannya. Bagaimana reaksi ayahnya nanti?
Azzam mengambil pakaian ganti Adel, sesuai dengan arahan Adel tentunya. Dia belum mengerti selera berpakaian wanita seperti apa.
Setelah Adel berpakaian, dia juga bersiap siap untuk pulang ke rumah orang tuanya. Memberi tahu bahwa dia akan menikahi Adel secepatnya.
"Aku pergi dulu sayang, jangan banyak gerak" titah Azzam seraya mencium kening Adel, lalu berjalan keluar kamar.
Adel menatap kepergian pemilik punggung lebar itu dengan perasaan tidak menentu. Dia mengambil ponselnya di meja nakas pinggir ranjang, lalu menghidupkannya kembali. Ini pasti ulah Azzam yang mematikan ponselnya sembarangan. Terlihat banyak notif chat dan panggilan dari Sela tadi malam yang menanyakan keberadaannya.
Selaaku
Dimana?
Gue jadi datang Del, lo dimana?
panggilan telepon tak terjawab.
Azzam ngamuk? Gue tahu dari anak anak
Kok bisa tahu lo ada di klub
Del?
Selain dari Sela, banyak juga yang menanyakan kabarnya setelah kejadian malam tadi. Akhirnya Adel membalas satu persatu pesan dari teman temannya. Lalu menaikkan selimut sebatas dada dan kembali tidur, sebelum Ayah dan Ibu pulang.
......................
Seorang pria turun dari mobil, dan menatap pintu rumah bertingkat tiga di depannya. Saat pintu perlahan terbuka, dia melihat seorang maid berdiri di belakang pintu dengan menundukkan wajahnya.
"Dimana papah dan mamah?"
"Di ruang makan den, mereka sedang sarapan." jawab maid kepada tuan mudanya.
Dia tak menjawab apapun, berjalan membawa langkahnya ke ruang makan. Terdengar suara canda tawa kedua orang tuanya disana. Lebih dominan suara papahnya sih.
"Loh Azzam, tidur dimana?" tanya mama Sinta saat melihat putranya masuk berjalan mendekati meja makan. Pakaiannya sudah berbeda dengan yang dipakai kemarin.
"Di rumah Adel" pendek Azzam, seraya duduk dan mengambil sepotong roti. Dia memang belum sempat sarapan di rumah Adel.
Mama hanya mengangguk angguk, sementara papa Juan-papa azzam, memicing matanya curiga menatap Azzam.
"Beneran, cuma sekedar tidur?" tanya papah.
Azzam memutar matanya, malas sekali dengan pertanyaan papahnya ini. Memang lebih sih, tapi biarlah ini menjadi rahasia sampai menikah nanti.
"Nanti malam, temani ke rumah om Adam untuk melamar Adel dan seminggu lagi aku akan menikahinya" ucap Azzam mengalihkan pertanyaan.
"Kenapa tiba tiba sekali? Benarkan, kamu ada macam macam ini yah. Takut Adel sama yang lain."
"Papah apa apaan sih, curiga terus kalau sama anaknya." tegur mamah memukul pundak papah gemas.
"Ya bukan gitu mah, kita sebagai orang tua juga harus jaga jaga. Ya kan Azzam" papah mengedipkan matanya pada Azzam.
"Hem" Azzam hanya berdehem menjawab, dari pada melihat papahnya tantrum seperti anak kecil. Mending di iyain biar cepat selesai.
Papah menatap sebal ke arah Azzam, kenapa hanya di jawab deheman saja, "Anak siapa sih sebenarnya kamu? perasaan papah banyak bengkoknya. Kok kamu lurus lurus aja." cibir papah sinis.
"Jadi papah nuduh mamah macam macam, hah?" mata mamah melotot ke arah papah.
"Bu... Bukan begitu mamah, maksudnya tuh gini awh.." belum sempat Papah menjelaskan, badannya sudah di pukuli menggunakan centong nasi dengan tenaga yang besarnya bukan main.
Sedangkan Azzam yang melihat orang tuanya berantem seperti kucing dan anjing tidak melerai mereka. Baginya hal ini sudah biasa terjadi. Dia tau kenapa mereka berjodoh. Melihat orang tuanya masuk kamar di lantai dasar, sudah dia tebak pasti ujung ujungnya juga masuk kamar.
Azzam Meneguk segelas air putih, dia beranjak berjalan masuk lift menuju lantai atas. Dimana kamarnya berada.
Masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya yang sedikit lengket. Saat sedang di kamar mandi, tiba tiba bayangan Adel melintas di kepalanya. Bagaimana suara lembutnya, kulit yang terasa halus seperti bayi, cara dia berteriak memanggil namanya. Semua terngiang di kepala, bahkan ekspresi wajahnya tak luput dalam ingatannya.
"Bisa gila gue" gumamnya.
Azzam memukul kepalanya pelan, dia jadi tidak fokus dengan apa yang dilakukan saat ini. Bergegas menyelesaikan mandinya, dan membawa tubuhnya di atas ranjang miliknya. Rehat sejenak sebelum kembali menemui ayah Adel.
......................
Ayah dan Ibu baru saja sampai di rumah, setelah perjalanan melelahkan yang mereka lalui. Ibu melenggang masuk meninggalkan Ayah yang sedang mengambil koper di bagasi belakang.
Di lihatnya rumah yang terasa sepi, hanya ada mbak Lina wanita berumur 45 tahun yang biasa bersih bersih di rumah dari pagi hingga sore.
"Adel dimana mbak?" tanya Ibu sembari memindai sekeliling rumah.
"Oh itu nya, nona belum keluar kamar dari tadi. Waktu saya cek, non Adel hanya minta saya antar makanannya ke kamar. Dan ini saya menemukan jas laki laki, mungkin milik pak Adam" jawab Mbak Lina takzim sambil menyerahkan sebuah jas hitam.
Ibu hanya mengangguk pelan, "Ya sudah, jika pekerjaan sudah selesai mbak boleh pulang." mbak Lina pamit untuk kembali ke belakang menyelesaikan pekerjaannya.
Di bolak balik jas itu oleh Ibu, "Ayah memang punya jas seperti ini?" tanya Ibu kepada Ayah yang baru saja selesai membawa dua koper.
Ayah memandang Ibu bingung, "Bukan, jas itu jelas bukan ukuran tubuh Ayah."
"Jadi ini punya siapa?"
Ayah hanya mengangkat bahunya acuh, sebelum dia teringat sesuatu. "Kurang ajar! Pasti punya Azzam." terlihat Ayah mengepalkan tangannya.
Tanpa mendengarkan jawaban Ibu, Ayah berjalan cepat ke arah tangga menuju kamar Adel dan mengetuk pintunya kencang.
"Adel buka! Adel!" teriak Ayah tidak sabaran.
Ibu menyusul di belakang suaminya, "Ayah kenapa sih, jika itu punya Azzam biarkan saja mungkin tadi malam dia menginap menemani Adel."
"Ibu tidak mengerti, mana mungkin hanya sekedar menemani!" mendengar bantahan suaminya Ibu hanya terdiam memikirkan sesuatu.
"Tapi kita bisa bicarakan dengan baik baik. Ibu nggak suka kalau Ayah sampai bentak bentak Adel seperti itu!" balas ibu tajam.
Ceklek
Suara pintu terbuka, sontak saja menghentikan pertikaian Ibu dan Ayah.
Adel yang baru saja bangun tidur terkejut melihat Ayah dan Ibunya sudah berada di depan pintu kamarnya. Tubuhnya terdorong ke dalam oleh badan Ayah.
Ayah menelisik seluruh sudut kamar Adel dan memindai tubuh Adel yang berbalut pakaian santai. Terlihat matanya yang sembab dan bercak bercak merah di sekitar leher.
Menyadari tatapan Ayahnya, sontak membuat Adel menutupi menggunakan tangan dan mulai menangis terisak, "Maaf Ayah"
Tubuhnya merosot ke bawah, bersimpuh di hadapan orang tuanya. Dia sangat terpukul melihat tatapan kecewa Ayah dan Ibunya.
Ayah menendang kasar tangan Adel yang ada di kakinya, sebelum berakhir keluar, menyalakan mesin mobilnya. Entah akan kemana dia.
Sementara Ibu walau dia sangat kecewa, tapi Namanya seorang Ibu dia tidak akan pernah tega melihat putrinya seperti ini dan tetap memeluk putrinya erat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
dan tak membosankan kan sama sekali
oh ya jangan lupa dukungan nya di novel ku judul nya
istri kecil tuan mafia dan juga
dia imam ku Jagan lupa mampir