💮Warning mengandung unsur 21+ jadi bijak dalam memilih bacaan ya💮
Di tinggalkan oleh orang yang kita cintai tentu sangat berat. Apa lagi dengan hadirnya sesosok makhluk kecil yang di sebut anak. Gerry Ardana seorang pengusaha properti harus menelan kenyataan pahit karena istrinya mendadak meninggalkan dirinya setelah melahirkan putra pertama mereka. Sang istri tak terima melahirkan bayi prematur yang di diagnosa dokter memiliki kekurangan itu. Di sisi lain bayi yang diberi nama Zafa Ardana itu memiliki alergi terhadap susu sapi. Lalu bagaimana nasib baby Zafa? ikuti kisah selengkapnya.
S2. Menceritakan tentang kehidupan percintaan Didi, Aldo dan Arsen. (S2 ini gado-gado kisahnya. Jika suka silahkan lanjut, jika tidak tinggalkan othor disini tanpa kata" yang menyakitkan)
Plagian harap menjauh, kisah ini pure dari hasil Meres otak. Jadi jangan sekali sekali mencontek
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
💮Selamat membaca💮
Flashback on
Beberapa bulan yang lalu.
Pagi itu entah mengapa Didi ingin makan bubur ayam di pinggir jalan, bukan karena ia sedang mengidam tapi memang Didi adalah sosok pria yang tak pernah tinggi Hati. Nama pria itu sebenarnya Ardian Hutapea, pria keturunan Batak - Jawa keluarganya memiliki bisnis food and resto. Namun semua di kelola oleh kakak pertamanya sedangkan Didi memilih bekerja di perusahaan Gerry.
Didi memilih Bubur ayam di sekitar taman dekat komplek apartemennya. Tanpa sengaja dia melihat seorang wanita yang sedang hamil duduk di bangku taman sedang melamun. Sambil menghabiskan bubur ia menikmati paras cantik wanita itu.
"Ah andai kita bertemu lebih awal, cantik." Didi terus memperhatikan wanita itu. Wajahnya nampak sedih. Dengan penasaran yang tinggi Didi duduk di kursi sebaliknya untuk mendengar gumaman wanita itu.
"Sayang, meskipun kita hanya berdua, tapi ibu janji padamu kelak jika kau lahir ibu akan menjagamu dan akan menjadi sosok ayah sekaligus ibu untukmu." Gumam wanita itu sendu, Didi bahkan dapat merasakan kesedihan yang wanita itu rasakan. Rasanya aneh menyebutnya wanita, dia lebih pantas di panggil gadis mungil karena memang tubuhnya kecil. Bahkan orang² pasti mengira jika dia hamil saat belum selesai sekolah.
Didi berpikir bagaimana caranya agar mereka dapat berkenalan, sungguh baru kali ini Didi dibuat penasaran oleh seorang wanita, bahkan wanita itu saat ini hamil, Ya wanita itu tak lain dan tak bukan adalah Dian.
Didi tersenyum setelah sekelebat ide melintas dibenaknya. Didi langsung berteriak memegang kepalanya. Dian terkejut bukan main, ia mengusap air matanya kasar lalu menengok ke belakang, dilihatnya seorang pria tengah membungkuk dan memegang kepalanya, dengan takut Dian mendekat.
"Tuan, apa yang terjadi padamu?" tanya Dian, Didi tersenyum senang. tapi ia tetap harus berakting.
"Entahlah kepalaku mendadak pusing. Mungkin aku belum sarapan." Kata Didi, Dian percaya saja dengan bualan pria itu.
"Apa kau kuat berjalan? aku akan membelikanmu bubur ayam di sana." Kata Dian, Didi menggerutu dalam hati, jika seperti ini ia akan segera ketahuan jika berbohong.
"Kita ke sana yang lebih dekat saja. Aku tak kuat berjalan." Ucap Didi pura².
"Aku akan belikan untukmu, kau tunggulah di sini. Rasanya tidak mungkin aku memapah tubuhmu kesana. Karena aku sedang hamil." Dian pergi meninggalkan Didi, pria itu tersenyum sumringah. Ternyata selain cantik kau juga baik. Apakah kau salah satu bidadari yang turun dari khayangan?" Didi terus melamunkan Dian, tanpa ia sadari wanita itu sudah berdiri di depannya.
"Tuan, ini makanlah," ujar Dian sembari menyodorkan sebungkus sterofoam padanya Didi. Didi menerima sambil meringis karena ia memutuskan tetap berakting hingga ia selesai makan nanti.
"Terimakasih nona, Didi menerimanya dan memulai memakan bubur itu. Dian menatap pria itu intens. Lalu Dian memutuskan kembali ke kontrakan.
"Tuan, maaf aku harus kembali karena ini sudah hampir siang." Kata Dian.
Didi mendongak menatap Dian.
"Siapa namamu? lain kali aku akan mengganti bubur ini." Kata Didi, Dian tersenyum mendengar ucapan Didi.
"Aku Dian tuan, anda tidak perlu menggantinya. Bukankah sesama manusia harus saling menolong?" ucap gadis itu.
Didi tersenyum, "Aku Didi, dan lain kali jangan memanggilku tuan." Dian pun berlalu meninggalkan Didi yang tercenung.
Sejak saat itu kedekatan keduanya terjalin, tetapi saat Didi mendapatkan tugas untuk survei ke luar kota, Dian melahirkan.
Flashback end
"Lo nglamun y bro?" tanya Gerry penasaran, pasalnya sejak tadi ia bertanya pada Didi namun pria itu tak menyahut.
"Eh, Lo ngomong apa Ger?" Didi menggaruk pelipisnya, sambil nyengir tanpa rasa bersalah.
"Ya elah bro, mulut gue sampe berbusa dan Lo ga dengerin gue?" kesal Gerry. Didi terkekeh melihat sahabatnya uring²an.
"Kita ke klub Aldo yuk bro?" ajak Didi, entah mengapa sejak Gerry bilang jika Dian setuju menikah dengan Gerry, membuat moodnya berantakan.
"Sorry engga bisa gue, mamah udah nunggu sob."
Didi pun diam setelah itu hingga Gerry menurunkan Didi di klub milik Aldo, pria itu tetap diam. Gerry merasa aneh dengan sikap Didi. Namun ia segera menepis pikirannya, mungkin sahabatnya sedang bermasalah dengan pacar barunya.
Gerry pun mulai melajukan mobilnya menuju ke rumah. Ia tak sabar ingin segera mendengar langsung kesediaan Dian untuk menikah dengannya.
Setibanya di rumah jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, itu artinya semua orang pasti sudah tertidur, dengan langkah lunglai Gerry naik ke lantai atas menuju kamarnya, dan saat ia membuka pintu kamar, bertepatan dengan kamar Zafa yang terbuka dari dalam. Dan ternyata itu adalah Dian, seulas senyum terbit di bibir Gerry. Dian hanya menunduk sekejap lalu berjalan melewati Gerry. Namun pria itu menarik tangan Dian membuat wanita itu terkejut dan memeluk teko air dengan erat.
"Tuan.. !" suara Dian tercekat di kerongkongan, jantung gadis itu berpacu cepat melihat tatapan mata Gerry yang mendamba.
"Jangan menghindar, aku ingin mendengar langsung bahwa kau menyetujui pernikahan ini." Kata Gerry, ia mengendus aroma shampo dari rambut Dian yang tergerai.
"Tuan, saya .." Dian benar² kehilangan keberaniannya untuk bersuara, saat berhadapan dengan Gerry.
"Dian, apa kau tau sejak tadi aku begitu penasaran ingin mendengar suaramu untuk mengatakan kau bersedia," Gerry terus saja menghimpit tubuh Dian, tanpa ada niatan untuk melepas wanita itu.
"Tuan, saya haus!" Ucap Dian, sungguh ia merasa jantungnya seolah terlepas dari tempatnya.
"Apa sebaiknya kita bertukar Saliva agar kau tidak kehausan." Tanya Gerry, entah mengapa ia senang menggoda Dian, wajah wanita itu yang merona sungguh sangat membuat hati Gerry berdebar².
Saat Gerry hendak mendekati Dian, tiba² terdengar suara baby zafa menangis. Dian langsung menghempas pegangan tangan Gerry yang melonggar karena mendengar suara Zafa.
Gerry tersenyum miring, "Bahkan kau begitu posesif pada ibu susumu nak!" kata Gerry. Ia pun bergegas masuk ke dalam kamar.
Dian masih terus memegang dadanya yang berdetak kencang. Dia mengatur nafas lalu mulai mendekati box Zafa. Untunglah Zafrina tidur dengan lelap. Dian mulai menyusui Zafa, bayi itu begitu rakus minum ASI Dian. Setelah 20 menit berlalu akhirnya Zafa kembali tidur, namun saat di letakkan tiba² Zafrina terbangun. Dengan telaten Dian menyusui Zafrina juga. Setelah Zafrina terlelap, Dian meletakkan bayi itu di samping ranjangnya. Dan Dian pun ikut merebahkan tubuhnya.
Setelah yakin tak ada suara, Gerry mengendap² memasuki kamar bayi lewat pintu penghubung. Ia berjongkok menatap Dian yang tertidur memeluk Zafrina. Sedang baby Zafa pun nampak pulas di box bayinya.
"Seandainya Selena bisa sepertimu yang begitu penyayang." Gumam Gerry, entah mengapa ia masih mengharapkan kehadiran istrinya itu. Dengan perlahan Gerry menyingkirkan anak rambut yang ada di kening Dian, lalu pria itu mengecup dengan lembut kening wanita itu.
Setelah itu Gerry mendekati box baby Zafa dan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Dian. Lalu pria itu mendekati baby Zafrina dan mengelus rambut ikal bayi itu. Gerry menghembuskan nafasnya kasar.
Seperginya Gerry dari kamar baby Zafa, Dian membuka matanya. Sudut matanya basah, hatinya terasa sakit mendengar ucapan Gerry.
💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮
akhirnya bisa up juga, repot repot mo lebaran tapi dititipin bocah, emaknya alias adik ipar mo lahiran jadi othor agak sibuk ini. Tapi di sempet sempetin nulis buat kalian.
Jangan lupa like, komen dan beri aku hadiah sebanyak²nya gaes. 😘😘😘
dengan perjanjian yg dibuat itu dimna apabila anaknya dian cewe dia tak mau mengakui dan kontrak berakhir itu sama aja udah talak,tapi talaknya berlaku pas dian sdh melahirkan... memang kadang banyak yg salah sangka dengan ini.. sama halnya nikah kontrak yg memiliki masa berlaku,apabila sampai masanya dan kedua pihak ingin melanjutkan pernikahan tersebut sebaiknya dilakukan akad nikah kembali... wallahi