NovelToon NovelToon
Lahirnya Sang Kaisar Api

Lahirnya Sang Kaisar Api

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Perperangan
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: DANTE-KUN

Menceritakan kisah perjalanan mc kita bernama shim wol untuk menjadi orang terkuat di murim dan mendapatkan julukan kaisar api

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langkah awal

Setelah menerima informasi dari Sekte Pengemis, seluruh anggota tim berkumpul di aula besar Kastil Cahaya untuk rapat strategis.

Feng Shisui membuka rapat itu dengan berkata, "Sebelum kita mulai, saya ingin setiap anggota memperkenalkan diri. Kita harus memahami kemampuan satu sama lain untuk membentuk koordinasi yang solid."

Proses perkenalan pun dimulai.

Tae Ho, seorang pria berusia 34 tahun dari Sekte Wudang, memperkenalkan dirinya dengan tenang. "Saya Tae Ho, spesialis teknik pedang Wudang. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik."

Jihye, wanita berusia 20 tahun dari Sekte Emei, memperkenalkan dirinya dengan suara dingin. "Jihye, Sekte Emei. Saya akan menjalankan tugas saya dengan maksimal."

Dam Soo Chan, pria gagah dari Sekte Shaolin, berkata dengan percaya diri, "Nama saya Dam Soo Chan. Saya harap kita bisa bekerja sebagai satu tim."

Jegal Hoon, pria muda dari Klan Jegal, memperkenalkan diri dengan singkat. "Jegal Hoon, ahli strategi. Senang bekerja sama."

Namgong Jiwoon, pria dari Klan Namgong, berbicara dengan nada sombong, "Namgong Jiwoon. Tidak perlu khawatir, selama saya di sini, tidak ada yang perlu takut."

Shim Wol memperkenalkan diri dengan tenang, "Shim Wol, seorang pengelana dari desa Shuiyuan. Saya akan memberikan yang terbaik."

Namun, Namgong Jiwoon mengejek, "Pengelana? Cih, bagaimana bisa orang biasa seperti kau masuk ke tim ini?"

Feng Shisui memotong dengan tegas, "Namgong, berhenti mempermalukan dirimu sendiri. Setiap orang di sini dipilih berdasarkan kemampuan, bukan latar belakang."

Pengenalan dilanjutkan dengan:

Moyong Jisoo dan Moyong Seoyon, dua wanita dari Klan Moyong, memperkenalkan diri dengan sopan.

Dang Tejin, pria dari Klan Dang, memperkenalkan diri singkat, "Saya Dang Tejin. Semoga kerja sama kita berhasil."

Feng Mina, wanita dari Klan Feng, menyatakan dukungannya untuk misi ini.

Yeonhwa, dari Sekte Emei, memperkenalkan diri dengan nada lembut namun tegas.

Woo Bin, pria dari Sekte Mount Hua, memperkenalkan diri dengan semangat.

Setelah pengenalan diri selesai, suasana rapat menjadi lebih serius. Semua anggota tim yang dipilih untuk menghadapi ancaman kultus demon berkumpul di sebuah ruangan besar di Kastil Cahaya. Di tengah ruangan, sebuah meja besar terletak di depan mereka, dengan Feng Shisui sebagai ketua tim yang berdiri di depan.

"Semua sudah hadir," kata Feng Shisui, suaranya tegas dan penuh kewibawaan. "Sekarang kita akan mulai rapat untuk merencanakan langkah selanjutnya. Seperti yang sudah kita ketahui, pergerakan kultus demon semakin nyata, dan kita harus bergerak cepat untuk menghentikannya."

Feng Shisui melirik sekeliling ruangan, memastikan bahwa setiap anggota tim mendengarkan dengan seksama. Mereka semua adalah individu dengan kekuatan yang luar biasa, namun kali ini mereka tidak boleh bertindak terburu-buru. Tim ini dibentuk untuk menangani ancaman besar, dan mereka harus menyusun strategi yang matang.

"Informasi yang kita dapatkan menunjukkan bahwa pergerakan kultus demon terdeteksi di sekitar wilayah pegunungan dekat dengan Klan Dang di Sichuan. Kita akan memulai penyelidikan dari sana," lanjut Feng Shisui. "Namun, sebelum kita melangkah lebih jauh, saya ingin mendengar pendapat kalian."

Tae Ho dari Sekte Wudang, seorang pria berusia 34 tahun dengan penampilan penuh percaya diri, berdiri pertama kali. "Kita tidak bisa meremehkan gerakan mereka. Jika kultus ini telah merencanakan sesuatu, kita harus siap menghadapi segala kemungkinan."

Jihye dari Sekte Emei, seorang wanita muda berusia 20 tahun dengan ekspresi dingin, ikut berbicara. "Sekte Emei memiliki keahlian dalam seni bela diri yang berhubungan dengan es. Jika ada pertarungan, kami siap untuk mengambil peran penting dalam menghadapi mereka."

Dam Soo Chan dari Sekte Shaolin yang tampak gagah berusia 25 tahun mengangguk. "Kami dari Sekte Shaolin juga siap memberikan dukungan. Namun, kita perlu memastikan siapa yang benar-benar terlibat dalam kultus ini sebelum mengambil tindakan lebih lanjut."

Ketika tibalah giliran Jegal Hoon, seorang pria muda berusia 18 tahun dari klan Jegal, dia berdiri dengan sikap tenang. "Kami akan melakukan apa yang diperlukan untuk menghentikan kultus demon, tetapi saya setuju dengan Feng Shisui. Kita harus merencanakan langkah kita dengan hati-hati. Jangan sampai kita terjebak dalam jebakan mereka."

Namgong Jiwoon, yang duduk di dekat Feng Shisui, tampak tidak sabar. "Klan Namgong tidak akan tinggal diam jika kita menghadapi musuh seperti ini. Mereka akan merasa menantang jika kita hanya menunggu di sini. Sebaiknya kita langsung bertindak, kita bisa menyerang mereka langsung."

Namun, Feng Shisui langsung memberi peringatan. "Jiwoon, jangan terburu-buru. Kita harus memastikan informasi ini benar dan tepat. Kita tidak bisa sembarangan menyerang tanpa persiapan yang matang. Sekali kita bergerak, kita harus memastikannya dengan teliti."

Shim Wol, yang duduk di ujung meja, mendengarkan dengan seksama setiap percakapan. Tidak ada banyak yang dia katakan, namun perasaan gelisah tetap ada dalam dirinya. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi, sesuatu yang tidak bisa dia abaikan begitu saja.

Setelah beberapa anggota memberikan pendapat mereka, Feng Shisui kembali berbicara. "Kita tidak bisa menyia-nyiakan waktu. Saya sudah memerintahkan untuk mencari informasi lebih lanjut, dan kita akan bergerak ke Sichuan segera. Namun, sebelum itu, kita perlu membahas siapa yang akan memimpin penyelidikan ini."

Tiba-tiba, Namgong Jiwoon menyela, "Saya rasa tidak ada yang lebih pantas memimpin daripada saya. Klan Namgong memiliki kekuatan yang besar, dan saya pastikan kita bisa menyelesaikan misi ini dengan cepat."

Feng Shisui menatapnya dengan tajam. "Kita bukan hanya membutuhkan kekuatan besar, Jiwoon. Kita membutuhkan kecerdikan dan kehati-hatian. Dan itu bukan hanya milik satu orang."

Suasana menjadi sedikit tegang, namun Feng Shisui tetap tenang. "Kita akan bergerak bersama-sama. Tim ini bukan untuk bersaing, tetapi untuk bekerja sama. Klan Dang akan menjadi titik awal kita, dan kita akan memastikan bahwa kita mengatasi ancaman ini dengan strategi yang tepat."

Shim Wol akhirnya berdiri. "Saya setuju," katanya dengan suara rendah namun jelas. "Jika kita tidak bergerak dengan hati-hati, kita akan jatuh ke dalam perangkap mereka. Saya akan melakukan yang terbaik untuk tim ini."

Semua mata tertuju padanya, beberapa tampak ragu, namun tak ada yang mengingkari kata-katanya. Shim Wol, meskipun bukan berasal dari sekte atau keluarga besar, berhasil menunjukkan tekad yang kuat.

Feng Shisui mengangguk. "Baik, kita akan bergerak bersama. Semua anggota harus mempersiapkan diri. Besok pagi, kita akan berangkat menuju Sichuan untuk menyelidiki wilayah pegunungan dekat Klan Dang."

Dengan keputusan yang dibuat, rapat pun berakhir. Semua anggota tim meninggalkan ruangan untuk mempersiapkan perjalanan mereka. Shim Wol, meskipun merasa sedikit cemas, tahu bahwa ini adalah langkah yang tepat. Mereka harus menyelidiki kultus demon sebelum ancaman itu semakin besar.

Cerita beralih ke dalam pertemuan yang berlangsung di markas rahasia kelompok kultus demon. Sebuah ruangan gelap dengan cahaya redup, hanya diterangi oleh beberapa lentera yang terpasang di dinding. Para anggota kultus duduk melingkar, sementara di tengah, sang pemimpin yang dikenal dengan julukan The Masked One berdiri, memimpin rapat. Suasana di dalam ruangan tersebut begitu tegang, setiap orang di sana menyadari bahwa rencana berikutnya akan menentukan arah perjuangan mereka.

Kultus demon kini menargetkan Klan Dang, sebuah klan besar yang terkenal di seluruh Murim. Tidak hanya karena kekuatannya yang besar, tetapi juga karena mereka memiliki koleksi racun paling mematikan yang dapat digunakan untuk memperkuat kekuatan kultus mereka. Namun, meski rencana ini menggiurkan, semua orang di ruangan itu tahu bahwa menyerang Klan Dang bukanlah hal yang mudah. Klan ini adalah salah satu klan terkuat dan paling berpengaruh, yang tidak akan dengan mudah tumbang dalam satu serangan terbuka.

"The Masked One" melangkah maju dan mulai berbicara, suaranya yang dalam menggema di ruangan. "Klan Dang adalah kekuatan besar, kita tidak bisa gegabah. Mereka memiliki pertahanan yang sangat kuat, dan serangan langsung akan sia-sia. Kita harus lebih bijaksana."

Anggota kelompok itu saling memandang, paham akan kesulitan yang ada di hadapan mereka. Setelah beberapa saat, seorang pria bertubuh ramping dengan wajah tersembunyi oleh topeng berbicara dengan suara halus, "Saya akan masuk ke dalam Klan Dang dan mencari cara untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan. Penyusupan adalah satu-satunya cara yang masuk akal."

Dia dikenal sebagai Silk Fang, ahli penyusupan yang terkenal karena kemampuannya menyelinap ke dalam tempat-tempat yang paling terjaga tanpa terdeteksi. Semua anggota kultus tahu, jika ada yang bisa melakukan ini, itu adalah dia.

The Masked One menatapnya dengan tajam, memastikan keseriusan dalam setiap kata yang keluar. "Kamu adalah kunci dalam rencana ini, Silk Fang. Jika kamu berhasil menembus pertahanan mereka, kita akan memiliki kesempatan untuk mengalahkan mereka dari dalam. Tapi ingat, kamu harus tetap tidak terdeteksi."

Silk Fang mengangguk, menandakan kesiapan untuk menjalankan misi tersebut. Tanpa ada kata-kata tambahan, suasana rapat menjadi lebih serius. Semua orang tahu, kegagalan kali ini akan sangat berbahaya bagi mereka. Rencana sudah dibuat, dan sekarang tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan penyusupan tersebut.

DI sisi lain, tim khusus yang dibentuk oleh Aliansi Murim tengah dalam perjalanan menuju Sichuan. Saat mereka melintasi sebuah pegunungan, tiba-tiba mereka dihadang oleh seorang kakek tua. Meskipun identitasnya belum diketahui, energi demonic yang meluap dari tubuhnya langsung terasa oleh setiap anggota tim. Ketua tim, Feng Shisui, segera memberi instruksi untuk bersiap dalam posisi bertarung.

Tidak lama kemudian, kakek tua itu menyerang ketua tim dengan pedang yang dilapisi energi demonic yang sangat kuat. Ketika kedua energi bertabrakan, ledakan angin yang besar tercipta, menyebabkan ketua tim terpental cukup jauh, terhuyung-huyung sebelum akhirnya menginjak tanah dengan keras. Setelah itu Jiwoon langsung menerjang kearah kakek tua itu dengan penuh kepercayaan diri sambil berteriak "bajingan! Berani berani nya kau menyerang kami!." Tetapi serangan nya di tahan dengan sangat mudah oleh kakek tua itu, dan menyerang balik menggunakan tangan kirinya dengan cara memukul jiwoon dengan pukulan yang dilapisi demonic energi, Jiwoon terpental sangat jauh dan dia langsung tidak sadarkan diri. Setelah itu, ketua tim dengan sigap memberikan instruksi agar mereka segera melakukan serangan gabungan. Dam Soo Chan, Jihye, dan Jegal Hoon segera bersiap untuk menyerang. Dam Soo Chan menggunakan teknik tinju Buddha, Jihye melancarkan teknik pedang berbunga, sementara Hoon mengeluarkan teknik pedang petir.

Ketiga serangan itu bersatu, menghasilkan ledakan energi yang kuat. Namun, kakek tua tersebut tidak goyah. Dengan tenang, ia mengaktifkan teknik barrier qi demonic untuk menahan serangan mereka. Meskipun begitu, serangan gabungan itu cukup kuat, dan terjadilah benturan energi yang sangat besar.

Setelah menahan serangan itu, kakek tua tersebut langsung membalas serangan mereka. Tujuan serangannya kali ini adalah Jihye. Pedang yang dilapisi energi demonic meluncur dengan kecepatan luar biasa ke arah Jihye. Namun, tepat sebelum pedang itu mengenai dirinya, Shim Wol dengan cepat mengalihkan arah serangan menggunakan pedangnya yang berselimutkan api.

Dengan Sword Qi yang memperkuat pedang api tersebut, terjadi tabrakan hebat yang menimbulkan ledakan energi. Angin dari ledakan itu membuat Jihye terhempas mundur, tetapi untungnya dia tidak terluka parah.

Kakek tua dan Shim Wol terus beradu pedang, setiap kali pedang mereka bertemu, ledakan angin yang kuat mengguncang sekelilingnya. Setelah beberapa kali beradu, kedua pihak mundur. Kakek tua itu tersenyum tipis dan berkata, "Kau lumayan hebat, nak. Aku jadi teringat dengan seseorang ketika melihat pedang api milikmu."

Shim Wol terdiam sejenak, lalu bertanya, "Apa kau pernah melawan seseorang yang menggunakan teknik yang sama denganku?"

Kakek tua itu mengangguk pelan. "Aku tidak melawannya secara langsung, hanya melihat rekanku yang melawan seseorang yang menggunakan teknik serupa."

Dengan itu, kakek tua itu mulai terbang mundur, siap untuk pergi. Sebelum ia pergi, ia berkata, "Kita pasti akan bertemu lagi. Ada hal penting yang harus aku lakukan, jadi aku mundur untuk sekarang."

Shim Wol, yang merasa ada sesuatu yang belum selesai, berteriak, "Tunggu!" Namun, kakek tua itu tidak menghiraukannya, dan dalam sekejap, ia terbang pergi dengan cepat seperti elang yang terbang tinggi di langit.

Setelah tim membuat keputusan untuk melanjutkan perjalanan, mereka segera berangkat menuju Sichuan, meninggalkan Jiwoon di bawah perawatan tabib. Meskipun mereka merasa berat hati, mereka tahu bahwa menghentikan rencana jahat kultus demon jauh lebih mendesak.

Dalam perjalanan menuju Sichuan, suasana tim terasa tegang. Masing-masing anggota berpikir keras tentang langkah berikutnya, terutama tentang bagaimana menghadapi ancaman yang semakin besar. Ketua tim Feng Shisui memimpin dengan tenang, namun jelas terlihat ketegasan dalam setiap langkahnya.

Di sisi lain, Shim Wol merasakan perasaan campur aduk. Meskipun dia berfokus pada misi, pikirannya terus teringat pada Jiwoon yang terbaring lemah. Namun, dia tahu bahwa tak ada pilihan lain. Mereka harus menghentikan kultus demon yang semakin mengancam, atau semuanya akan terlambat.

Di tengah perjalanan menuju Sichuan, angin dingin berhembus di sekitar mereka. Semua orang melangkah dengan serius, kecuali Jihye, yang tampaknya sedikit lebih gelisah dari biasanya. Dalam sebuah perjalanan singkat menuju desa kecil untuk mencari persediaan, saat anggota tim berhenti untuk beristirahat, Jihye terlihat sedikit canggung dan menghindari tatapan Shim Wol yang sesekali mencuri pandang ke arahnya.

Shim Wol, yang merasa aneh dengan sikap Jihye yang agak berbeda, kemudian mendekatinya dengan hati-hati. “Ada yang mengganggumu?” tanyanya, suara rendah dan tenang.

Jihye mendongak, wajahnya sedikit memerah. “Ah, tidak ada apa-apa,” jawabnya terburu-buru, mencoba menghindari tatapan langsung. Namun, matanya yang berbinar tak bisa menyembunyikan perasaan yang sedang bergejolak di dalamnya.

Shim Wol tersenyum tipis, meskipun ia merasa sedikit bingung dengan reaksi Jihye yang tidak seperti biasanya. "Kamu tidak terlihat seperti biasanya. Ada yang ingin kamu bicarakan?"

Jihye, yang semakin merasa malu, meremas tangannya. “A-aku hanya... merasa sedikit canggung. Karena... karena waktu itu, kamu menolongku...” Jihye tak bisa menyelesaikan kalimatnya, wajahnya semakin memerah, dan ia segera menundukkan kepala.

Shim Wol, yang biasanya tak terbiasa dengan situasi semacam ini, hanya tersenyum lembut. “Tidak perlu malu. Itu hal yang wajar. Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan.”

Namun, respons Jihye tidak terhenti di situ. Ia merasakan perasaan yang lebih dalam dari sekedar rasa terima kasih. Sesuatu yang baru saja ia sadari sejak pertemuan mereka beberapa waktu lalu. Sambil menatap tanah, ia berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah. “Terima kasih, Shim Wol.”

Shim Wol merasa terkejut, namun ia hanya mengangguk dengan lembut, berusaha tidak membuat suasana menjadi lebih canggung. "Kau akan baik-baik saja," katanya, berusaha mengalihkan perhatian Jihye dari rasa malunya.

Jihye kemudian mengalihkan perhatian dengan cepat, mencoba kembali fokus pada misi mereka. Meski dalam hatinya, perasaan itu terus bergolak, sesuatu yang baru mulai tumbuh seiring waktu.

1
Iqbal Bait
ceritanya udah bagus terus kan bg
oh iya tolong bantu karya ku ya bg
terima kasih
Iqbal Bait: oke di tunggu saran dan kekurangan karya ku ya
Dante-kun: Makasih udah mampir bang. Nanti saya mampir bang
total 2 replies
Ignacia belen Gamboa rojas
Kok belum ada update sih thor? Nanti malam aku mau baca pas tidur, pasti bikin tidur nyenyak banget.
awita_llu
Seneng banget nemu cerita sebaik ini, terus berkarya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!