Married With Duda

"Sejak kita masih di bangku SMA, Aku sudah menyukai mu. Saat itu Aku ingin mengatakannya pada mu tapi aku tidak memiliki nyali dan sekarang perasaan itu masih sama, Aku masih menyukai mu. Aku mencintai mu. Maukah kamu menjadi kekasih ku?" ujar Darren dan membuat ku terpaku di tempat duduk ku.

"Sarah..hei.." panggil Alex membuyarkan lamunan ku.

"Ehh..itu..Aku.."

"Tidak usah menjawabnya sekarang kalau kamu belum siap" ucap Alex pada ku.

"Alex, Aku tidak menyangka kalau kamu menyukai ku. Terima kasih karena menyukai ku. Tapi..Aku....Aku..hanya menganggap mu sebagai teman ku tidak lebih dari itu. Maaf jika aku tidak bisa membalas cinta mu. Aku sudah memiliki seseorang yang Aku cintai di hatiku" ucap ku padanya. "Meskipun Aku tidak tahu apakah dia mencintai ku" batin ku. Aku langsung berterus terang pada Alex. Aku tahu jika Alex sekarang pasti sakit hati karena Aku menolak pernyataan cintanya. Tapi Aku harus berterus terang demi kebaikan bersama. Aku tidak ingin memberi Dia harapan dengan mengulur waktu untuk menjawabnya. Karena pada akhirnya kami tetap tidak bisa bersama.

"Sekali lagi Aku minta maaf Lex, Aku yakin suatu saat nanti kamu akan mendapatkan seorang wanita yang tepat untuk mu, bahkan lebih dari ku" ucap ku padanya dengan sedikit rasa bersalah.

"Heii...tidak apa-apa kok. Jangan terlalu diambil ke hati. Aku juga tidak ingin memaksakan mu yang penting aku sudah mengatakan apa yang selama ini tersimpan di lubuk hati ku. Masalah kamu menerimanya atau tidak itu urusan belakangan. Setidaknya sekarang Aku tahu perasaan mu pada ku. Aku juga jadi tahu jika kamu sudah memiliki seseorang di hatimu. Apa itu Devano?" ucap Alex dan membuatku merona.

"Hmm..tanpa kamu jawab Aku sudah bisa tebak" lanjutnya lagi meskipun sebenarnya Ia patah hati mendengar jawaban Sarah. Namun Ia tidak ingin menunjukkannya.

"Apa setelah ini kita masih tetap berteman?" tanya ku padanya. Aku tidak ingin hanya karena kejadian ini membuat kami semakin renggang. Aku ingin kami tetap berteman seperti biasanya.

"Tentu saja, kamu adalah teman terbaik untuk ku" ujar Alex.

"Drrtt...drrrttt..." tiba-tiba ponsel ku bergetar.

"Siapa?" tanya Alex.

"Darren" bisik ku. Darren diizinkan oleh Devano untuk menggunakan ponselnya hanya disaat keadaan penting saja. Ia tidak ingin anak-anaknya kecanduan terhadap ponsel sehingga lupa dengan pelajarannya.

"Halo..ada apa sayang" ujar ku.

"Mom, Damien demam, Dia menangis terus memanggil nama mommy. Ayah sudah membujuknya untuk meminum obat dari dokter tapi Ia tetap tidak mau" ucap Darren membuat ku khawatir.

"Oke..mom akan segera ke sana" ucap ku lalu mematikan ponsel ku.

"Ada apa?" tanya Alex.

"Damien sedang Demam. Aku harus kesana untuk melihatnya. Maafkan aku" ucap ku.

"Aku akan mengantar mu, ayo" ajak Alex. Lalu kami pun membayar tagihan kami dan pergi menuju rumah Devano.

"Terima kasih karena sudah mengantar ku, maaf karena sudah mengacaukan pertemuan kita" ujar ku setelah aku turun dari mobilnya.

"Tidak apa-apa, titip salam buat anak-anak. Aku pergi dulu" ucapnya.

Aku langsung masuk ke dalam rumah Devano setelah satpam membukakan gerbang.

Note: jangan lupa bintang 5 dan juga like nya ya. trims