Elowen, seorang wanita muda dari keluarga miskin, bekerja sebagai asisten pribadi untuk seorang model internasional terkenal. Hidupnya yang sederhana berubah drastis saat ia menarik perhatian dua pria misterius, Lucian dan Loreon. Keduanya adalah alpha dari dua kawanan serigala yang berkuasa, dan mereka langsung terobsesi dengan Elowen setelah pertama kali melihatnya. Namun, Elowen tidak tahu siapa mereka sebenarnya dan menolak perhatian mereka, merasa cemas dengan intensitasnya. Lucian dan Loreon tidak menerima penolakan begitu saja. Persaingan sengit antara keduanya dimulai, masing-masing bertekad untuk memenangkan hati Elowen. Saat Elowen mencoba menjaga jarak, ia menemukan dirinya terseret ke dalam dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan, dunia yang hanya dikenal oleh mereka yang terlahir dengan takdir tertentu. Di tengah kebingungannya, Elowen bertemu dengan seorang nenek tua yang memperingatkannya, “Kehidupanmu baru saja dimulai, nak. Pergilah dari sini secepatnya, nyawamu dalam bahaya.” Perkataan itu menggema di benaknya saat ia dibawa oleh kedua pria tersebut ke dunia mereka, sebuah alam yang penuh misteri, di mana rahasia tentang jati dirinya perlahan mulai terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Two Alpha's And Mate
Di dunia yang tersembunyi dari mata manusia, di mana para makhluk abadi dan kekuatan magis berkuasa, terdapat sebuah kerajaan megah yang berdiri kokoh di antara pegunungan berlapis salju. Kerajaan ini dikenal dengan nama Valthoria, kerajaan yang telah berdiri selama ribuan tahun dan menjadi pusat peradaban para makhluk immortal, para pemimpin yang tak akan pernah menua. Terletak di tengah hutan yang penuh misteri, istana megahnya mencuat tinggi ke langit, dikelilingi oleh tembok-tembok kuat yang melindungi rahasia-rahasia kuno yang hanya diketahui oleh mereka yang berada di dalam lingkaran kekuasaan.
Kekuatan utama kerajaan ini berasal dari keluarga Montgomery, yang dipimpin oleh Harison Montgomery, Raja yang bijaksana namun keras. Marga Montgomery telah berkuasa selama beberapa generasi, dan keluarga ini dianggap sebagai pilar utama yang menjaga keseimbangan antara dunia abadi dan dunia manusia. Harison, sebagai pemimpin, dikenal oleh rakyatnya sebagai penguasa yang adil namun tak segan-segan menunjukkan kekuatannya ketika kerajaan atau kehormatan keluarga tercoreng.
Di dalam istana, para pengawal, penasihat, dan prajurit abadi bekerja tanpa kenal lelah. Namun, di balik kemegahan tersebut, ada peraturan yang keras dan tujuan yang lebih besar dari sekadar mempertahankan takhta—yaitu menjaga ketertiban dan keberlangsungan keberadaan mereka sebagai makhluk yang tak terikat waktu. Semua tindakan mereka terarah pada satu hal: melindungi rahasia besar yang mampu mengguncang dunia abadi itu sendiri.
Di sebuah dataran luas yang dikelilingi oleh pepohonan raksasa, berdiri sebuah tempat yang disebut The Wildfang Grounds, markas besar bagi para Werewolf dari pack Shadowclaw. Dikenal karena kekuatan dan ketangguhan para anggotanya, tempat ini adalah rumah bagi Loreon dan para warrior yang setia, serta tempat di mana mereka dilatih untuk menjaga keseimbangan antara dunia mereka dan dunia manusia. Di bawah langit biru yang cerah, udara segar di pagi hari membawa aroma tanah basah dan rerumputan liar yang tumbuh subur di sekitar markas.
Di lapangan terbuka yang luas, terlihat beberapa anggota pack sedang berlatih, berlari dan bertarung dengan ketangkasan luar biasa, memperlihatkan kekuatan fisik dan kemampuan bertarung mereka yang luar biasa. Ada yang berlatih menggunakan senjata, ada pula yang berlatih dengan teknik bela diri tradisional, masing-masing dari mereka memiliki tujuan yang sama—mempertahankan kehormatan pack dan menjaga peraturan yang telah ada selama berabad-abad.
Di tengah lapangan, Loreon berdiri tegak, matanya tajam menatap ke sekeliling, namun pikirannya jauh dari tempat itu. Di dalam kepalanya, serigala yang ada dalam dirinya, Leon, terus menggeram dan mengumpat dengan kata-kata kasar, memaksanya untuk tetap waspada.
"Dasar bodoh!" suara Leon menggelegar dalam pikiran Loreon, penuh dengan kebencian. "Kenapa kau begitu lambat, Loreon? Kau tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan! Itu adalah kesempatan yang harus kau ambil!"
Leon berteriak keras, wajahnya memerah dengan amarah yang membakar. "Aku benar-benar nggak ngerti lagi kenapa nasibku bisa semenyedihkan ini, harus terjebak dengan he-wolf seprimitif dirimu! Semua yang aku rencanakan hancur hanya karena kebodohanmu!"
"Sialan, mati saja kau, Loreon! Hidupmu hanya membawa masalah!"
Loreon menggigit bibir bawahnya, berusaha menenangkan dirinya. "Kau tidak mengerti, Leon. Aku tidak bisa terburu-buru. Aku harus hati-hati, atau semuanya bisa berantakan."
Namun, Leon tidak bisa dipadamkan dengan kata-kata itu. "Aku sudah bosan dengan alasanmu! Elowen sudah semakin jauh, dan kau malah bertindak seperti pengecut. Apa kau ingin kehilangan semuanya hanya karena ketakutanmu?"
Pertengkaran di antara mereka semakin memanas, dan tanpa sengaja, Loreon meninju tanah di bawahnya dengan keras, membuat retakan besar terbentuk di tanah lapang. Teriakan mereka semakin keras, hingga membuat para anggota pack yang sedang berlatih berhenti sejenak dan menoleh ke arah mereka. Beberapa dari mereka tampak khawatir, namun tak ada yang berani mendekat, tahu betul bahwa perdebatan antara Loreon dan Leon bukanlah hal yang bisa mereka ganggu sembarangan.
"Apakah kau memang ingin aku melakukan segalanya tanpa berpikir?" Loreon berkata dengan suara yang bergetar, jelas frustasi. "Aku tidak bisa gegabah. Jika aku terburu-buru, aku bisa kehilangan Elowen selamanya!"
Leon, yang terlanjur marah, menggeram lebih keras lagi. "Kau tidak paham, kan? Setiap detik yang kau lewatkan bisa jadi kesempatan terakhir! Elowen adalah takdirmu, dan kau malah menunggu terlalu lama!"
Dengan ledakan emosi, Loreon tiba-tiba melepaskan pukulan keras ke arah pembatas lapangan, menghancurkan sebagian besar struktur kayu yang sudah rapuh itu. Suara dentuman keras itu menggema, menyebabkan para warrior dan scouts yang berada di sekitar lapangan berlari mendekat dengan ekspresi terkejut dan khawatir.
"Kenapa... Kenapa harus seperti ini?" salah satu dari mereka bertanya, mendekat dengan ragu-ragu. "Loreon, ada apa denganmu? Kau... tampak sangat kehilangan kendali."
"Kau kenapa, Gamma?" tanya warrior lainnya dengan nada bingung, melihat Leon yang tak seperti biasanya, bahkan seolah tak mengenali dirinya sendiri.
Leon berdiri dengan napas tersengal, masih memegangi tangan yang gemetar akibat amarah yang masih membara. "Dia... dia bodoh sekali. Aku sudah memberi segalanya, tetapi dia malah memperlakukan semuanya dengan santai. Apa yang dia pikirkan?!" Leon menggeram dengan penuh kebencian.
"Loreon, kau tak pernah mengerti betapa rumitnya ini! Kau hanya diam, menunggu, tanpa melakukan apa-apa!"
Loreon hanya diam, merasakan sakit kepala yang semakin tak tertahankan. Dalam pikirannya, serigala itu terus meneriakkan kata-kata kasar dan menyebutnya dengan segala sebutan hewan yang tak pantas. Sejak pertemuannya dengan Elowen, hidupnya memang tak lagi sama. Keinginannya untuk bersamanya begitu besar, namun dia tahu bahwa dia tak bisa gegabah. Semuanya harus dilakukan dengan hati-hati, jika tidak, dia bisa saja kehilangan Elowen selamanya.
Namun, dalam setiap inci tubuhnya, Loreon merasa tertekan. Keinginan untuk segera mengungkapkan semuanya pada Elowen terasa sangat kuat, namun setiap langkah yang diambilnya selalu terasa penuh dengan ketidakpastian. Jika dia melangkah terlalu cepat, semuanya bisa berakhir lebih buruk.
Leon, dengan wajah penuh kebencian, menatap Loreon seolah ingin meledak. "Kau terus berdiam diri, Loreon. Apa yang sedang kau pikirkan? Mengapa kau begitu bingung? Elowen bisa saja melarikan diri jika kau tidak bertindak sekarang juga!"
Loreon menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tahu apa yang harus kulakukan, Leon. Tapi ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dengan gegabah."
"Tunggu saja, Loreon. Jika kau terus seperti ini, Elowen bisa saja menghilang dan tak pernah kembali," kata Leon dengan nada yang lebih datar, namun ada ketegasan di setiap katanya. "Kau tidak mau itu terjadi, kan?"
Loreon memejamkan matanya sejenak, merasakan ketegangan yang semakin meliputi dirinya. "Aku tak bisa terburu-buru. Elowen bukan seseorang yang bisa aku raih hanya dengan satu langkah ceroboh. Aku harus lebih hati-hati."
Leon hanya mendengus, tak menjawab lagi. Dia berjalan menjauh dengan langkah berat, masih terkesan marah dan frustrasi. Loreon tetap berdiri di tempatnya, rasa cemas mulai merayap ke dalam pikirannya. Dia tahu, untuk mendapatkan Elowen, dia harus lebih berhati-hati dan mempersiapkan semuanya dengan sempurna. Jika tidak, semuanya bisa hancur begitu saja.
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏