Janda Kesayangan Tuan Alan

Linda menerima uluran tangan Davin. Namun, pria itu tidak membiarkan Davin menyentuh tangan istri nya meski hanya secuil. Tentu saja hal tersebut membuat Davin kesal, ini sebuah penghinaan bagi Davin.

"Bergaya sekali kau, istri mu ini bekas suami ku. Apa untung nya kau menikah dengan dia?" kata-kata Helen benar-benar memancing emosi Alan namun pria tersebut bisa menguasai diri nya.

"Tidak apa bekas suami mu, lagian suami mu dulu belum pernah menyentuh istri ku," ujar Alan langsung membuat wajah Helen masam.

"Kau hanya dapat bekas ku tuan Davin, kau kaya dan tampan lalu kenapa memilih barang bekas?" tanya Davin malah membuat Alan terkekeh geli.

"Barang bekas bagaimana?" tanya Alan, "Kalian hanya menikah empat puluh hari dan kau tidak pernah tidur dengan nya. Istri ku ini janda bersegel!" ucap Alan membungkam mulut Davin.

"Seharusnya kalian berpikir dulu sebelum berkata." tegur Linda yang sama sekali tidak terpancing emosi.

"Ayo sayang, kita kembali ke hotel. Kau harus istirahat untuk acara malam ini," ajak Alan langsung menggandeng tangan istri nya.

Satu persatu keluar dari gereja, begitu juga dengan Helen dan Davin. Melihat penampilan Linda hari ini, Helen merasa kalah saing.

"Sewaktu kita menikah, kau tidak memberi ku gaun bertabur permata dan mahkota berlian. Kenapa malah perempuan sialan itu yang mendapatkan semua?" gerutu Helen membuat pusing kepala Davin.

"Kurang mewah apa pernikahan kita, aku sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk mu," sahut Davin semakin kesal dengan sikap Helen.

"Aku jadi penasaran, semewah apa pesta malam ini. Kita harus datang!" ujar Helen.

"Aku tidak mau!" tolak Davin.

"Kenapa, apa kau sekarang berbalik menjilat ludah mu sendiri?" tanya Helen membuat Davin bingung ingin menjawab apa.

"Tidak, aku tidak seperti itu," kilah Davin.

"Jika tidak, lalu kenapa kau menolak. Bukan nya dulu kau sangat senang menghina mantan istri mu itu?"

"Aku hanya lelah, jadi aku tidak ingin datang!"

"Jika kau tidak datang, kau akan di anggap tidak move on dari Linda. Apa kau tidak malu jika semua orang balik menertawakan mu?" tanya Helen langsung di iyakan oleh Davin.

Malu juga rasa nya jika orang-orang balik menertawakan Davin. Padahal benar dalam hati nya jika sekarang Davin sangat mengangumi mantan istri nya.

Sementara itu, Linda sedang beristirahat sebelum acara nanti malam di mulai. Tidak bisa berduaan, karena Melan terus menempel pada kakak ipar nya. Alan yang duduk di sofa terus menatap adik nya dengan sorot mata tajam namun Melan yang cuek tidak peduli akan hal itu.

"Kau belum makan siang kak, sebaiknya makan dulu," ujar Melan yang melihat makanan masih utuh.

"Tidak usah, nanti malah melar lagi." tolak Linda.

"Aku tidak suka dengan kata-kata mu. Jangan membuat ku khawatir, cepat makan!" ucap Alan namun tetap saja Linda menolak.

"Kau tidak akan gendut lagi kak, pola hidup yang sehat dan makan yang seimbang tidak akan membuat mu gemuk," jelas Melan namun Linda hanya melirik makanan tersebut.

"Geser!" titah Alan pada adik nya, Alan mengambil piring yang berisi makanan lalu menyuapi istri nya.

"Suka sekali memaksa ku!" ucap Linda geram.

"Semakin gemuk semakin empuk. Tidak usah lagi menggunakan kasur!" ujar Alan.

"Ehem,...ehem...masih di bawah umur," ujar Helen yang paham maksud kakak nya.

"Kau sudah bangkotan, apa nya di bawah umur?" tanya Alan, "Di bawah sumur kali,"

Melan mendengus kesal, Linda hanya tertawa. Cukup lah bertiga mereka sudah bisa saling tertawa. Di mana Gian, jangan di tanya. Laki-laki itu masih sibuk mengurus dan mengatur acara resepsi agar bisa berjalan dengan lancar malam ini.