Chen Miao Miao, gadis kaya yang hilang sejak kecil, ditemukan kembali oleh keluarganya di usia 17 tahun. Namun, kebahagiaannya hancur karena kelicikan Chen Xiao Wan, anak angkat yang merebut kepercayaan keluarga.
Dalam kecelakaan tragis, orang tua Miao Miao memilih menolong Xiao Wan terlebih dahulu, karena kelicikannya. ketika kedua orang tuanya kembali untuk menolong Miao Maio, mobil tersebut tiba-tiba meledak.
Mama dan Papa nya meninggal karena kesedihan nya, ketiga kakak nya tewas dengan tragis dan Xiao Wan menikmati harta keluarga mereka.
Takdir membawa Miao Maio kesempatan kedua ketika Papa dan Mama nya menjemputnya dari panti asuhan, membawa ingatan masa depan kematian keluarga nya.
Tanpa sepengetahuan Miao Miao, keluarga dan jodohnya kini dapat mendengar kata hatinya. Dengan kesempatan ini, bisakah ia melindungi keluarganya dan membalas dendam pada Xiao Wan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Shick Shack Shock
Xiao Yan yang baru saja tiba di kantin langsung menuju ke meja makanan. Matanya segera melirik ke arah Miao Miao yang sedang duduk bersama teman-temannya. Saat itu, Miao Miao sedang asyik berbincang dengan Shen Ling dan teman sekelas lainnya. Xiao Yan memandang mereka dengan senyum licik. Ia sudah merencanakan sesuatu.
Dengan cepat, Xiao Yan memesan nasi soto panas dan teh manis. Membawa nampan yang berisi makanan itu, ia menyelinap mendekat ke meja Miao Miao. Nampaknya, dia ingin melakukan sesuatu yang tidak diinginkan oleh Miao Miao.
Sambil tersenyum nakal, Xiao Yan menyusup ke belakang Miao Miao, bermaksud menumpahkan nasi soto dan teh manis ke atas kepala Miao Miao. Namun, tanpa diduga, tepat ketika Xiao Yan mengangkat nampan itu di atas kepala Miao Miao, gadis itu berdiri dengan tiba-tiba.
Akibatnya, nampan yang sudah berada di atas kepala Miao Miao malah tersenggol. Soto panas dan teh manis tumpah dengan deras ke arah Xiao Yan yang berdiri di belakangnya. Xiao Yan berteriak kesakitan, "Aaaagh! Panas!"
Semua mata langsung tertuju pada mereka, beberapa teman Miao Miao terkejut, sementara Miao Miao tersenyum puas, merasa ada sedikit kemenangan di sini. Namun, demi menjaga suasana, ia berpura-pura panik dan buru-buru bertindak.
"Aduh, Xiao Yan! Maaf, maaf! Saya tidak sengaja!" kata Miao Miao, berusaha terlihat khawatir, meskipun senyum kemenangan masih terasa di wajahnya.
Xiao Yan, yang kesakitan dan marah, hanya bisa menggertakkan gigi. "Kamu...!" teriaknya, tetapi tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena rasa sakit yang masih terasa akibat terkena soto panas dan teh manis.
Suasana di kantin menjadi hening sesaat, semua orang memperhatikan aksi kecil antara Miao Miao dan Xiao Yan. Beberapa teman yang ada di meja Miao Miao tertawa kecil, namun tetap merasa sedikit cemas melihat reaksi Xiao Yan yang marah.
Xiao Yan yang masih merasa panas dan kesakitan akibat nasi soto dan teh manis yang tumpah ke tubuhnya, terus berteriak dengan suara nyaring, "Panasss! Panas banget!" Tanpa peduli lagi dengan lingkungan sekitar, ia terus mengeluh, membuat suasana semakin kacau.
Miao Miao yang melihatnya panik, merasa tidak tahu harus berbuat apa. Dalam kegelisahan, matanya melirik ke sekeliling kantin. Pandangannya tertuju pada sebuah ember yang berisi air bekas cuci piring yang masih agak bersih. Tanpa berpikir panjang, Miao Miao segera mengambil ember tersebut dan tanpa ragu menyiramkan isinya ke arah Xiao Yan.
"Aduh!" Xiao Yan terkejut, dan sesaat terdiam. Teriakannya langsung berhenti begitu air bekas cuci piring itu mengenai tubuhnya. Semua orang di kantin terdiam, terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.
Xiao Yan menatap Miao Miao dengan mata menyala-nyala, marah besar. "Kamu sengaja kan?" teriaknya dengan suara menggertak.
Miao Miao yang sebenarnya hanya panik, langsung mengelak. "Enak saja! Aku cuma bantuin kamu biar berhenti teriak-teriak. Kalau kamu terus teriak kepanasan, kan nggak nyaman juga. Lagian itu air masih bersih kok!" jawab Miao Miao dengan nada santai, berusaha menghindari salah paham.
"Dan lihat, kamu sudah nggak teriak panas lagi kan?" tambahnya sambil melirik ke arah Xiao Yan yang kini tampak tenang meskipun masih marah.
Beberapa siswa yang ada di kantin mulai berbisik-bisik, kemudian ada yang mengangguk setuju dengan penjelasan Miao Miao. Mereka menyetujui alasan Miao Miao dan bahkan beberapa dari mereka tertawa kecil. "Benar juga, dia cuma bantuin kamu," ujar salah seorang siswa, membuat suasana sedikit lebih ringan.
Xiao Yan, yang merasa malu karena kejadian ini, terdiam sejenak. Ia mencoba mengendalikan amarahnya, meskipun rasa kesalnya masih terlihat jelas di wajahnya. Namun, saat melihat sikap tenang Miao Miao yang dengan santai menjelaskan, dia akhirnya memutuskan untuk tidak membalas lebih banyak. Tapi, tidak bisa dipungkiri, rasa marahnya masih ada.
Xiao Yan masih kesal dan berusaha menyalahkan Miao Miao, "Gara-gara kamu, makanan dan minumanku tumpah ke aku!"
Miao Miao yang tampaknya santai menjawab, "Kenapa bisa aku?" dengan nada ringan, hampir tidak peduli.
Xiao Yan mendengus, "Karena kamu sengaja berdiri tiba-tiba, makananku dan minumanku jadi tumpah ke aku!"
Miao Miao, dengan senyum kecil di wajahnya, langsung membalikkan keadaan. "Kamu dibelakangku ngapain bawa makanan dan minuman? Lihat, aku duduk di pojokan, nggak ada tempat duduk lain. Di belakangku juga nggak ada kursi yang bisa kamu duduki. Sampingku juga ditempati temanku. Apa jangan-jangan kamu sengaja ya? Mungkin awalnya kamu memang berniat menumpahkan ke aku, tapi karena aku berdiri, akhirnya kena padamu?" ujar Miao Miao dengan santai, seolah-olah mematikan argumennya.
Siswa-siswa yang ada di kantin yang menyaksikan kejadian itu langsung berteriak menyetujui ucapan Miao Miao. "Benar, dia duduk di pojokan! Kenapa juga Xiao Yan bawa makanan sampai ke belakang?" ujar salah seorang siswa yang melihat kejadian itu dengan jelas. Siswa lainnya juga ikut mengangguk dan tersenyum, merasa Miao Miao berhasil membalikkan keadaan dengan baik.
Xiao Yan yang merasa kalah dalam argumen, terdiam sejenak. Rasa kesalnya masih ada, namun ia tidak bisa membantah ucapan Miao Miao yang memang masuk akal. Sementara itu, Miao Miao tetap tenang, tidak terbawa emosi, dan malah tersenyum kecil melihat Xiao Yan yang semakin bingung.
Xiao Yan semakin kesal mendengar ucapan Miao Miao. "Aku akan mengadu ke papa dan mama tentang apa yang kamu lakukan padaku!" teriaknya marah.
Miao Miao tidak terpengaruh dengan amarah Xiao Yan. Dengan santai, dia menjawab, "Tak perlu telpon mereka. Aku dari tadi sudah video call dengan mereka."
Tanpa buru-buru, Miao Miao mengambil ponselnya yang terletak di atas meja, disanggah oleh tempat sendok agar tidak jatuh. Dengan gesit, dia menyalakan layar ponsel hingga maksimal, lalu mematikan mode earphone dan mengaktifkan speaker.
Dia menoleh ke Xiao Yan dengan senyum penuh kemenangan. "Lihat saja," ujarnya sambil mengarahkan ponsel ke arahnya, seolah siap untuk menunjukkan percakapan yang sedang berlangsung pada keluarga.
Xiao Yan menatap ponsel Miao Miao dengan tatapan bingung dan cemas. Dia merasa tidak nyaman karena tahu bahwa dia mungkin sudah terekam dalam percakapan tersebut. Siswa-siswa yang ada di sekitar mereka juga mulai memperhatikan, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Miao Miao hanya menunggu sejenak, memutar ponsel di tangan untuk memberi waktu bagi Xiao Yan untuk meresapi kata-katanya. Tanpa berkata lagi, dia memandang Xiao Yan dengan tatapan santai, hampir menantang.
Xiao Yan terkejut ketika mendengar suara papa dan mama angkatnya dari ponsel Miao Miao yang sedang terhubung video call. Namun, bukannya mendukungnya, kedua orang tua angkatnya terlihat gelagapan. Xiao Yan langsung mengambil kesempatan itu untuk mengadu.
"Papa, Mama, lihat! Miao Miao sengaja menyiramku dengan air kotor! Dia benar-benar keterlaluan!" seru Xiao Yan sambil menunjuk ke arah Miao Miao.
Namun, sebelum Xiao Yan bisa melanjutkan, suara tegas papanya, Chen Changmin, menghentikannya. "Xiao Yan! Kami melihat semua kejadian ini dari awal, dan yang kami lihat justru kamu yang sengaja membawa makanan ke belakang Miao Miao! Apa maksudmu melakukan itu?" nada suaranya penuh amarah.
Fang Hua, mama mereka, menimpali, "Xiao Yan, apa kamu tahu tindakanmu sangat memalukan? Bukannya meminta maaf, malah mengadu dengan cerita yang tidak benar? Kami sungguh kecewa dengan sikapmu!"
Xiao Yan terlihat pucat. Dia tidak menyangka bahwa orang tuanya benar-benar menyaksikan semua ini dari awal. "T-tapi, aku hanya—" Xiao Yan mencoba membela diri, namun terpotong oleh suara tegas papa mereka.
"Diam, Xiao Yan! Kami tidak mau mendengar alasan. Kamu jelas salah di sini!" kata Chen Changmin, suaranya makin berat.
Siswa-siswa di kantin mulai berbisik-bisik, beberapa dari mereka tampak senang melihat Xiao Yan dimarahi di depan umum. Di saat suasana semakin tegang, langkah seseorang terdengar mendekat ke arah mereka.
Ternyata, itu adalah Xiang Yan, kakak ketiga Miao Miao. Dia datang dengan tenang, namun aura dinginnya membuat suasana di kantin semakin tegang.
"Ada apa ini? Kenapa suasananya ramai sekali?" Xiang Yan bertanya dengan nada datar sambil melirik Xiao Yan yang masih basah dan Miao Miao yang terlihat tenang.
Fang Hua berbicara melalui ponsel, "Xiang Yan, tolong urus adikmu, Xiao Yan. Dia benar-benar sudah keterlaluan hari ini."
Xiang Yan mengangguk pelan. "Baik, Mama. Saya akan mengurusnya." Dia menoleh ke Xiao Yan dengan tatapan tajam. "Xiao Yan, kamu ikut aku sekarang. Kita bicara di tempat lain."
Xiao Yan menundukkan kepala, tahu bahwa dia tidak punya pilihan selain mengikuti kakaknya. Sebelum pergi, Xiang Yan menoleh ke Miao Miao dan berkata singkat, "Kamu baik-baik saja?"
Miao Miao tersenyum kecil, "Tentu saja, kak. Terima kasih."
Xiang Yan hanya mengangguk dan membawa Xiao Yan pergi, meninggalkan suasana kantin yang kini kembali menjadi bahan obrolan para siswa.