"Menikah lah dengan saya Jeslyn! Ini perintah bukan penawaran!"
"A-pa!?"
Menikah dengan boss sendiri!? Jeslyn tak pernah berpikir bahwa Louis akan melamar nya secara tiba-tiba, padahal lelaki itu jelas tidak mecintai nya! Apa yang sebenar nya lelaki itu inginkan hingga memaksa Jeslyn untuk tidak menolak titahan tersebut? Apakah sebuah keterpaksaan dari seseorang? Balas dendam? Atau alasan lain nya? Cukup Tuhan dan Louis yang tau!
Jeslyn yang memang tidak memiliki power apapun pun terpaksa mengiyakan keinginan dari Louis tanpa tau alasan pria itu ingin menikahi nya.
Lalu, bagaimana kehidupan Jeslyn kelak? Akan kah ia mampu untuk meluluhkan hati Louis? Sedangkan lelaki itu memiliki sifat kaku, dingin tak tersentuh, dan temperamental!? Belum lagi, Louis yang masih terbayang-bayang oleh masa lalu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bertepuk12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Tak....
Tak....
Tak....
Suara langkah kaki beralasan mid pump heels hitam memekik indra pendengaran, dipadukan dengan blazer dan rok abu diatas tiga centimeter dari lutut, lalu make-up natural yang terkesan tipis untuk mempercantik wajah paripurna itu.
"Oh God, orang gila mana yang memberi waktu 10 menit untuk mempersiapkan diri!"
"Dimana otak lelaki itu, bagaimana jika penampilan ku bagai orang tak waras alias orang stres yang biasanya nangkring didepan mall?"
"Okay Jeslyn, tenang! Penampilan mu sudah sangat baik walaupun asli nya aku tidak tau bagaimana orang lain memandang ku yang biasa nya berpenampilan baik!"
"Ya Tuhan, perbesar rasa sabar ini please."
Sepanjang perjalanan, Jeslyn terus menggerutu tak ada henti nya, menyalurkan rasa sebal karena tuan nya! Siapa lagi jika bukan Louis, lelaki itu hanya memberikan ia waktu 10 menit untuk mempersiapkan diri.
Dan yeah, nyata nya Jeslyn berhasil, ia hanya make-up dan mengganti pakaian nya selama 7 menit, sekali lagi, 7 MENIT! Rekor tercepat Jeslyn dalam merias wajah dan memakai pakaian formal nya.
Tolong berikan ia applause karena kecepatan dewa ini.
"Hay, tunggu-tunggu Edward!"
Jeslyn berlari kecil saat penglihatan nya menangkap tubuh kurus kering milik seseorang yang ia kenal, ketua devisi produksi, walaupun tubuh nya terbilang stunting karena kurus, namun paras nya jangan diragukan, sangat tampan!
Merasa tengah dipanggil, membuat Edward memutar tubuh nya dan menatap Jeslyn penuh tanda tanya, "Yaa? Kau seperti dikejar setan saja, berlari begitu." Gurau nya terkekeh.
"Aku memang dikejar setan." Jeslyn menjawab perlahan, saat Edward mengatakan kata 'setan' terlintas begitu saja wajah Louis, lelaki itu memang jelmaan setan!
Edward mengerutkan kening heran mendengar ucapan Jeslyn yang terdengar lirih, "Siapa setan itu?"
"Tentu saja atasan mu itu." Jeslyn menjawab julid, lalu berkecak pinggang, "Ngomong-ngomong, bagaimana penampilan ku?" Tanya nya dengan pandangan ingin tau, penasaran bagaimana orang lain melihat nya.
Menatap penampilan Jeslyn dari atas sampai bawah, lalu Edward kembali menjatuhkan netra nya pada wajah rupawan milik Jeslyn.
"Seperti biasa, kau sangat memukau dan jelita, namun kau tak menggunakan parfum vanilla mu itu?" Tanya Edward heran, merasa bahwa indra penciuman nya tak mencium aroma khas milik Jeslyn.
Tentu saja Edward paham betul bahwa Jeslyn selalu menggunakan parfum beraroma vanilla, sudah menjadi ciri khas wanita itu, bukan hanya diri nya saja yang mengangap seperti itu, namun ia yakin seluruh pegawai perusahaan ini juga sama sependapat dengan Edward.
Jeslyn selalu beraroma vanilla, sehingga memberi aroma manis dan candu.
Plak.....
Dengan perlahan Jeslyn memukul dahi nya perlahan, lalu meringis, "Ya ampun, aku lupa menggunakan parfum, sial!" Seru nya dengan ekspresi pias.
"Kau tetap wangi Jes, jangan khawatir." Seru Edward menenangkan, bahkan menepuk tiga kali pundak Jeslyn perlahan.
Helaan nafas terdengar, "Jangan berbohong!" Ketus Jeslyn tak senang, entah mengapa sulit sekali mempercayai kalimat pujian yang terlontar dari bibir Edward.
"Aku tidak berbohong, jika tidak percaya, tanya saja pada pegawai lain." Ujar Edward memutar bola matanya jengah, "Bukan kah kau harus mendampingi Tuan Louis rapat hari ini?"
Jeslyn mengangguk lemah, merasa tak bersemangat bekerja karena merasa ada hal yang kurang, parfum, Jeslyn butuh parfum rasa nya agar penampilan nya kembali prima.
"Tapi kau hampir terlambat, semoga saja gaji mu tidak dipotong, karena seharusnya wakil sekretaris datang bersama pimpinan kan, namun Tuan Louis lebih dahulu datang?" Edward terkikik pelan, lalu ia menatap arloji hitam yang ada di pergelangan tangan nya.
"Gaji ku dipotong? Yang benar saja, tuan mu itu yang membuat ku hampir terlambat!" Jeslyn menjawab dengan intonasi yang terdengar meninggi.
Ah sebenarnya, Jeslyn sempat berganti pakaian formal seadanya didalam almari ruangan pribadi dikantor ini, karena sekian banyak nya pakaian yang Afnan miliki, tak ada pakaian formal satu pun.
Hingga mau tak mau Jeslyn kembali mengganti pakaian dan memoles wajah nya di kantor langsung, dan hanya diberi waktu 10 menit oleh Louis sebelum rapat dimulai.
Sialan sekali tuan nya itu.
"Rapat sudah diundur 1 jam dan 10 menit, sekarang sudah waktu nya rapat dimulai," Beo Edward kecil, lalu ia menatap Jeslyn, "Kau sudah sarapan?" Tanya nya.
Jeslyn menggeleng, membenarkan dokumen hitam yang ia genggam, "Mengapa bertanya seperti itu?"
"Memang nya tidak boleh jika aku bertanya pada mu?" Edward melemparkan pertanyaan dengan kening terangkat heran.
"Eum.... Aku tidak sempat sarapan karena tak ada waktu lagi." Keluh Jeslyn dengan bibir berdecak sebal.
"Ah sama, aku juga belum sarapan."
Oh Lord, Jeslyn pikir Edward akan menawarkan sarapan bersama selepas rapat nanti, namun ternyata? Ia memang terlalu percaya diri, merutuki diri nya sendiri.
"Seharusnya kau selalu sarapan."
Edward menoleh, menatap Jeslyn penuh tanda tanya, "Mengapa begitu? Kau terlalu perhatian Jes." Jawab nya dengan senyuman salah tingkah.
Mengedipkan mata binggung, Jeslyn menatap Edward datar, "Lihat lah tubuh mu yang kekurangan gizi itu, kau harus makan banyak." Selepas mengatakan kalimat menyakitkan itu, Jeslyn segera membuka pintu ruangan khusus rapat internal.
"Selamat pagi, mohon maaf atas keterlambatan saya." Jeslyn tersenyum kikuk, ia melakukan bow setengah badan, diikuti oleh Edward dibelakang.
Louis yang tengah memfokuskan pandangan nya pada IPad langsung menoleh, dan menatap arloji nya dengan datar, "Kau tak terlambat, segera mulai rapat."
Tersenyum lega setelah mendapatkan izin dari Louis, Jeslyn segera mendudukan tubuh disamping kursi milik Zico, "Kau hampir terlambat." Bisik lelaki itu dengan perlahan.
"Benarkah?"
"Satu menit, kau hampir terlambat jika dalam satu menit tidak datang." Jawab Zico dengan intonasi rendah.
Membelak terkejut, Jeslyn meringis kecil, "Bukan kah Dewi Fortuna sedang berpihak pada ku?"
"Itu benar, untung saja kau tak terlambat."
"Ekh-em, fokuskan diri kalian masing-masing, kita akan memulai rapat." Suara bariton milik Louis menginterupsi, hingga kini tak ada suara sedikit pun tak terdengar.
Louis mengedarkan pandangan nya, lantas ia duduk dengan tegap, "Seperti yang kita ketahui, lanskap bisnis saat ini semakin kompetitif. Oleh karena itu, kita perlu merumuskan strategi yang tepat untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan, ada kah yang ingin memberi usulan?"
"Mohon maaf, izinkan saya memberi beberapa usulan terkait peningkatan efisiensi produksi. Salah satunya adalah dengan mengimplementasikan sistem otomasi pada beberapa lini produksi. Hal ini diyakini dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi tingkat kesalahan produksi." Suara Edward menguar dengan tegas sama seperti wajah yang bahkan tak terlihat bercanda.
"Usulan Bapak Edward sangat menarik. Namun, perlu diingat bahwa implementasi sistem otomasi memerlukan investasi yang cukup besar. Apakah sudah ada perhitungan detail mengenai biaya dan manfaat jangka panjangnya?" Raina, wanita berparas cantik itu berseru selaku perwakilan devisi keuangan.
"Tentu, tim saya telah melakukan analisis mendalam, investasi awal memang cukup signifikan, namun kami memperkirakan pengembalian investasi dapat tercapai dalam kurun waktu tiga tahun." Edward menjawab dengan begitu lugas.
Jam terus berdetak sama seperti tugas nya, hingga tak terasa diskusi rapat manajemen strategis ini memakan waktu hampir dua jam lama nya, pun setiap devisi menyampaikan usulan yang sudah Louis maupun Zico tanggapi dan telah Jeslyn catat rapi.
“Hmm, saya cukupkan rapat kali ini, dan saya minta laporan detail dari setiap divisi dalam seminggu ke depan."
Setelah mengucapkan kalimat panjang itu, Louis berdiri, menyalami setiap anggota rapat dan langsung berlalu pergi.