Cerita ini mengisahkan tentang diri seorang pendekar muda bernama Lin Tian. Seorang pendekar pengawal pribadi Nona muda keluarga Zhang yang sangat setia.
Kisah ini bermula dari hancurnya keluarga Zhang yang disebabkan oleh serbuan para pendekar hitam. Saat itu, Lin Tian yang masih berumur sembilan tahun hanya mampu melarikan diri bersama Nona mudanya.
Akan tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak kepada pemuda itu. Lin Tian terpaksa harus berpisah dengan sang Nona muda demi menyelamatkan nyawa gadis tersebut.
Dari sinilah petualangan Lin Tian dimulai. Petualangan untuk mencari sang Nona muda sekaligus bertemu dengan orang-orang baru yang sebagian akan menjadi sekutu dan sebagian menjadi musuh.
Kisah seorang pengawal keluarga Zhang untuk mengangkat kembali kehormatan keluarga yang telah jatuh.
Inilah Lin Tian, seorang sakti kelahiran daerah Utara yang kelak akan menggegerkan dunia persil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adidan Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Bebas!!
Akhirnya setelah tujuh orang itu mainkan formasi yang bernama Barisan Singa Kelaparan, Lin Tian mulai terdesak dan pergerakannya menjadi terbatas.
Ia berniat untuk mencabut pedangnya sebelum tiba-tiba terdengar sebuah suara dari ruangan yang pintunya telah dijebol oleh Lin Tian itu.
"Sepertinya seru sekali ya..."
Seketika wajah para pengeroyok itu menegang dan menjadi pucat. Hal ini membuat pergerakan mereka melambat dan langsung dimanfaatkan oleh Lin Tian untuk menggempur mereka.
"Dess-dess"
Dua orang terpental dari formasi setelah menerima pukulan telapak tangan Lin Tian. Setelah berkelojotan sebentar, mereka tewas seketika.
"Suara itu...jangan-jangan-" ucapan ini tidak bisa terselesaikan karena kepalanya sudah ditendang oleh seseorang yang langsung membuat orang itu tutup mulut selamanya.
Ternyata pria malang itu adalah pendekar bertongkat yang menyerang Hu Tao.
"Mereka bebas??" kata pendekar berpedang terkejut seraya melihat kearah ruangan.
Dari dalam ruang itu, satu-persatu muncul beberapa orang yang berjumlah kurang lebih empat puluhan. Mereka inilah para pendekar dan tetua yang masih setia terhadap keluarga Hu.
"Kalian ini makin lama makin sombong ya?" kata salah seorang yang keluar dari ruang itu dengan pengerahan tenaga dalam, sehingga membuat suaranya bergema sungguhpun orang itu hanya berucap perlahan.
"T-tetua pertama!!" ucap pendekar berpedang dengan wajah pucat.
"Mundur...!! Munduuuurrr....!!" teriak salah seorang pengeroyok Lin Tian dengan panik.
Setelah mendengar teriakan ini. Mereka semua lalu langsung melompat pergi dari sana tanpa berani menoleh lagi.
"Sungguh naif, kematian sudah di depan mata dan kalian hendak lari? Hmph...bodoh sekali!! Hajar mereka!!!" kembali seorang pria tua berumur lima puluh tahun yang tadi dipanggil tetua pertama berkata memberi perintah.
Kemudian secepat kilat, beberapa orang dari rombongan itu langsung mengejar para penyerang yang sudah lari lumayan jauh dari sana.
"Aaaahhhh!!! Waaaaaa!! Ampuni akuuuuu!!" terdengar teriakan-teriakan menyanyat hati dari para pengeroyok itu.
Mendengar ini, tahulah Lin Tian jika mereka semua telah dibantai habis-habisan oleh para pendekar tahanan itu.
Tiba-tiba, datanglah empat pelayan setia Hu Tao dan langsung berlutut di depan Tuan mudanya.
"Kami sudah melaksanakan perintah, Tuan!!" ucap salah satu dari mereka.
Hu Tao tidak menjawab perkataan itu. Pemuda ini hanya memandang dengan pandangan berkaca-kaca karena terharu melihat para tahanan dan tetua itu akhirnya bisa bebas.
Serentak, puluhan orang itu juga langsung berlutut memberi hormat kepada Hu Tao.
"Hormat kami Tuan muda!! Semoga anda selalu panjang umur dan sehat selalu!!" ucap mereka serempak.
Beberapa pengejar tadi ternyata sudah kembali dan langsung melakukan hal yang sama seperti lainnya.
Mendengar salam hormat mereka, makin terharulah Hu Tao. Dia tak menyangka jika mereka semua benar-benar masih memandang muka dan setia kepadanya. Awalnya pemuda itu berpikir jika para tetua dan pendekar di sana juga akan menganggapnya sebagai pengkhianat seperti Hu Kai.
Akan tetapi dia salah. Ternyata mereka semua masih menghormat dirinya dengan tulus. Hal ini terlihat jelas dalam salam hormat mereka yang diucapkan dengan sungguh-sungguh sepenuh hati.
Hu Tao kemudian menjura memberi hormat kepada mereka semua, lalu berkata singkat, "Maafkan aku karena baru bisa datang sekarang."
Sontak orang yang dipanggil tetua pertama tadi langsung menjawab, "Jangan begitu Tuan muda, justru kamilah yang harus minta maaf karena sudah menyusahkan anda."
"Tidak-tidak, aku lah yang salah di sini. Aku tidak bisa berbuat apa-apa semenjak kematian ibu. Sungguh, aku adalah Tuan muda yang tidak becus." Hu Tao berucap dengan posisi masih menundukkan badan.
"Tidak!! Anda sudah menyelamatkan kami yang rendah ini, bagaimana mungkin hal itu disebut tidak becus? Tuan muda, hanya andalah satu-satunya harapan kami dan keluarga Hu saat ini. Jadi tolong jangan bersikap seperti itu Tuan muda." kembali tetua pertama menjawab pernyataan Hu Tao.
"Terima kasih Tetua."
"Hm...jadi ini para pendekar yang kau katakan itu. Bagus, dengan bantuan mereka, aku yakin kau pasti akan bisa merebut kembali keluargamu." kata Lin Tian tiba-tiba yang sudah sampai di sana.
Para tahanan yang baru bebas itu terkejut mendengar bahwa Lin Tian berkata kepada Tuan mudanya tanpa rasa hormat sedikitpun. Kemudian salah satu dari mereka berseru keras, "Siapa kau!?? Berani-beraninya berkata pada Tuan muda tanpa hormat seperti itu!!?"
"Tenang...tenang...dia ini bernama Lin Tian, saudara angkatku." jawab Hu Tao seraya memperkenalkan Lin Tian kepada mereka.
"Karena dia adalah saudara angkatku, mulai sekarang kalian juga harus memanggilnya Tuan muda." kembali Hu Tao berkata mengingatkan.
Semua orang langsung membolatkan mata terkejut. Kemudian orang yang membentak Lin Tian tadi langsung berkata meminta maaf, "Maaf Tuan muda Lin, saya sungguh tidak tahu jika anda adalah saudara angkat Tuan muda Hu."
"Hah...." hanya helaan nafas yang keluar dari mulut Lin Tian. Pemuda ini merasa sangat tidak nyaman dengan panggilan "Tuan muda" itu.
...****************...
"Begitulah tetua..." ucap Hu Tao setelah mengakhiri ceritanya.
"Sialan!! Keluarga Hu hendak bergabung dengan keluarga Xiao!?? Tentu saja hal ini akan dianggap sebagai tindak pemberontakan oleh kaisar." kata tetua pertama dengan nada marah.
"Apa yang sebenarnya ada di pikiran ayah anda Tuan muda? Hah...." kata pula seorang tetua keempat.
"Karena itulah, aku ingin minta bantuan kalian semua untuk melawan dan menyadarkan ayah. Bagaimana pun juga beliau adalah ayah kandungku, aku tak bisa sampai hati untuk membunuhnya. Yang harus kita lenyapkan adalah setan kembar itu!"
"Hah.....walaupun kami sangat membenci dia, akan tetapi jika itu kemauan anda kami akan mengikuti." ucap tetua keempat dengan hormat.
"Soal ayah, serahkan saja padaku. Kalian hanya perlu mengurus yang lainnya."
"Baiklah Tuan muda."
Setelah itu, terjadi keheningan untuk beberapa saat. Kemudian tiba-tiba terdengar Hu Tao berkata,
"Kalian semua kenapa masih mempercayaiku? Aku adalah anak kandung dari orang yang paling kalian benci, tapi mengapa?" tanya pemuda albino itu kepada semua orang yang ada di sana.
Mereka tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Tak lama kemudian tetua pertama menjawab mewakili yang lainnya, "Kami percaya sepenuhnya kepada Tuan adalah karena kami yakin jika anda bukanlah orang jahat. Memang benar, disaat perang saudara waktu itu Tuan sama sekali tidak memihak kami, akan tetapi Tuan juga tidak membantu pihak pemimpin baru. Hal itu sudah cukup untuk menyakinkan kami kalau anda sungguh orang baik."
"Lalu saat ini, Tuan datang dan menyelamatkan kami. Bagaimana mungkin kami bisa tidak percaya kepada Tuan. Semua yang Tuan lakukan sudah cukup bagi kami untuk memberi alasan agar terus bersetia terhadap anda dan keluarga. Karena itu jangan anda ragu, kami telah disumpah untuk terus setia kepada keluarga Hu serta pemimpinnya. Dan bagi kami, Tuanlah orang yang paling cocok untuk menempati kursi pemimpin." ucap tetua pertama memberi penjelasan.
Sedetik kemudian terdengar suara sorak sorai dari orang-orang yang ada di sana.
"Hidup Tuan muda!!!"
"Hidup keluarga Hu!!"
"Hancurkan pengkhianat...!!"
Hu Tao yang melihat semua ini tanpa sadar meneteskan dua titik air matanya saking terharu dan bahagia.
"Kalian....terima kasih....terima kasih semuanya..."
Sedangkan untuk Lin Tian, pemuda ini hanya tersenyum kecil di balik topengnya.
"Sungguh, seorang Tuan muda yang luar biasa. " Gumamnya dalam hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
BERSAMBUNG