Pernikahan yang yang sudah berlangsung selama 2 tahun harus kandas begitu saja ketika Ela mengetahui suaminya Dayu yang mempunyai wanita lain yang dimana wanita itu bekerja sebagai pelayan dirumahnya
Ela meminta Dayu untuk menceraikannya dan ia berencana untuk membalas semua perbuatan Dayu dengan menikah dengan Salman yang tak lain adalah Kakak Dayu.
Apakah rencana Ela akan berhasil untuk membalas perbuatan Dayu atau ia malah akan jatuh cinta kepada Salman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Ela memanggil Tia agar membantunya untuk turun ke lantai bawah.
Tia langsung datang ke kamar Ela dan saat akan memapahnya tiba-tiba Bukit yang baru saja datang langsung membopong tubuh Ela.
"Aku antar ke rumah sakit ya" ajak Bukit yang tidak tega melihat kaki Ela semakin bengkak.
"T-tidak usah Mas, aku..."
"Masih ada aku yang bisa mengantarkannya" ucap Salman yang memotong pembicaraan mereka berdua.
Salman meminta Bukit untuk menurunkan Ela yang sedang dibopongnya.
Bukannya menurunkan Ela, Bukit membawa Ela ke ruang makan dimana ia sudah membelikan sarapan untuk Ela.
"Ela tidak bisa makan seperti itu" ucap Salman menyingkirkan sarapan dari Bukit.
Salman membuka bubur ayam untuk Ela yang masih sakit.
Ela melihat dihadapannya ada nasi campur dan bubur ayam.
"A-aku makan yang ini saja" ucap Ela sambil mengambil sarapan yang dibeli oleh Bukit.
Salman tersenyum sinis dan ia tidak peduli jika Ela tidak memakan bubur ayam yang ia belikan.
"Baiklah kalau kamu tidak mau biar aku yang memakannya" ucap Salman yang akan menghabiskan dua bubur ayam.
Ela memandang wajah Salman yang sedang menghabiskan dua bubur ayam sekaligus.
"Ela kamu yakin tidak mau ke rumah sakit?" tanya Bukit.
Ela menggelengkan kepalanya dan ia meminta Bukit untuk segera ke hotel untuk bekerja.
"Baiklah kalau begitu, Biar aku yang mengantarkan Nadine sekolah" Bukit lekas memanggil Nadine wanita setelah itu mengajaknya berangkat bersama-sama.
Salman bangkit dari duduknya dan membuat secangkir kopi.
"M-mas jangan minum kopi, perut kamu nanti bisa sakit" ucap Ela.
"Urus saja urusanmu sendiri" Setelah airnya mendidih dan ia menuangkannya ke cangkir.
Kemudian Salman kembali duduk untuk menikmati kopi yang Baru saja ia buat dan sambil sesekali melirik kaki Ela yang semakin bengkak.
"Tia apakah kamu bisa mengantarkan aku ke kamar?"
Salman bangkit dari duduknya dan membopong tubuh Ela.
"M-mas aku meminta tolong Tia bukan kamu" ucap Ela.
"Tia sedang ke pasar dan sekarang hanya ada kita berdua di rumah ini" Salman menaruh tubuh Ela ke atas tempat tidur.
Ela meminta Salman untuk segera berangkat ke hotel dimana Salman masih ada jadwal meeting dengan beberapa kliennya.
Salman menggelengkan kepalanya dan ia tidak akan pergi kemana-mana meskipun ada kliennya yang menghubunginya.
Disaat sedang mengobrol tiba-tiba Salman merasakan perutnya yang tiba-tiba mual dan ia langsung berlari menuju ke kamar mandi untuk memuntahkan semuanya.
HUEKKK
HUEEKK.
"Sudah kubilang jangan minum kopi" Ela mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan pelan-pelan menuju ke kamar mandi.
Ia melihat suaminya yang sedang memuntahkan semuanya.
"Jangan kemari biar aku yang membersihkannya" ucap Salman
Ela berjalan menghampiri Salman dan langsung membersihkan semuanya.
Setelah itu ia membantu memapah tubuh Salman yang langsung lemas menuju ke tempat tidur.
"Ela jangan berjalan saja, kakimu bengkak" ucap Salman.
Ela mengambil pakaian ganti dan setelah itu ia meminta Salman untuk melepas pakaiannya yang kotor
Salman menarik tangan Ela agar kembali duduk di atas tempat tidur melihat kakinya yang masih bengkak seperti itu
Ela meminta Salman agar ke rumah sakit untuk memeriksa keadaannya tetapi Salman tidak mau dan dia akan ke rumah sakit kalau Ela juga mau diperiksa kakinya.
"Jangan seperti anak kecil Mas, lekaslah ke rumah sakit"
"Ela, aku...."
Tiba-tiba Salman langsung jatuh pingsan tepat dihadapannya.
Ela yang khawatir langsung mengambil ponselnya dan segera menghubungi rumah sakit agar mengirimkan ambulans ke rumahnya.
"Mas Salman, apakah kamu mendengar suaraku?" Ela menepuk-nepuk pipi Salman yang masih belum sadarkan diri.
Tak berselang lama ambulans datang dan segera membawa Salman ke rumah sakit.
Ela melihat perawat yang sedang memasang selang infus ke pergelangan tangan Salman.
Sesampainya di rumah sakit dokter meminta Ela untuk menunggu di ruang UGD.
Ela sampai lupa tidak memberitahukan kepada Tia kalau dia sekarang berada di rumah sakit.
Ia pun langsung mengirim pesan kepada Tia dan memberitahukan kalau saat ini ia berada di rumah sakit.
"Jangan beritahu Nadine kalau aku berada di rumah sakit" pinta Ela yang tidak mau jika putrinya nanti meminta Tia untuk mengantarkannya ke rumah sakit.
Ela menutup ponselnya ketika dokter keluar dari ruang UGD.
Dokter meminta perawat untuk segera membawa Ela ke ruang UGD.
"Dok kenapa saya yang malah dibawa ke ruang UGD? Bagaimana keadaan Mas Salman?" tanya Ela.
Dokter tidak menjawab pertanyaan Ela dan malah meminta Ela untuk diam.
Ela melihat kearah Salman yang tersenyum tipis saat melihat dokter yang sedang memasang perban elastis ke kaki Ela.
"Dokter kerja sama dengan Mas Salman?" Ela mengira kalau Salman berpura-pura pingsan.
"Kerja sama apa? Saya Dokter dan tidak berani melakukan kerja sama" jawab dokter.
Dokter juga mengatakan kalau setelah memeriksa Salman.
Salman memintanya agar memeriksa kaki Ela yang bengkak karena terkilir.
"Untuk sementara jangan banyak gerak dulu" pinta dokter yang sudah memasang perban ke kaki Ela.
Dokter meminta perawat untuk memindahkan Salman dan Ela ke ruang pemulihan VVIP.
Kemudian perawat memindahkan mereka berdua di kamar yang sama.
"Mas ini pasti akal-akalan kamu kan?" tanya Ela.
"Akal-akalan bagaimana? Bukankah kamu tadi sudah mendengarnya sendiri kalau dokter yang menaruh kita dikamar yang sama" jawab Salman.
Ela menghela nafasnya dan tidak menyangka jika ia akan berada di rumah sakit bersama suaminya.
"Sayang, apakah kamu tidak merindukanku?" tanya Salman.
"Tidak, aku tidak pernah merindukan kamu Mas" jawab Ela yang kemudian membalikkan tubuhnya kearah dinding.
Ela menahan tangisannya agar tidak terdengar oleh Salman yang berada di sampingnya. Tapi ia tidak mengetahui jika Salman tahu kalau Ela sedang menangis.
Salman bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan perlahan-lahan menghampiri Ela.
"Sayang, ada apa sebenarnya?" tanya Salman.
Salman meminta agar untuk mengatakan yang sebenarnya.
"M-maaf Mas aku tidak bisa, aku takut" jawab Ela.
"Apa yang kamu takutkan? Kamu takut aku mati?" tanya Salman dengan suara sedikit tinggi.
Ela malah menangis dan ia tidak bisa menjawab pertanyaan dari Salman.
"Sayang lihat Mas! Kamu nggak kasihan sama aku dan juga Nadine? Kamu sudah memisahkan antara seorang Papa dan putrinya. Jahat kamu sayang" ucap Salman di hadapan istrinya.
Salman tidak bisa menahan kesabarannya lagi dan ia melepaskan selang infusnya.
"M-mas Salman apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini Mas"
"Buat apa aku hidup jika istri yang aku cintai malah berbuat kejam kepadaku. Selamat tinggal Ela" Salman melangkahkan kakinya menuju ke pintu kamar pemulihan.
"Mas Dayu yang mengancam ku agar menjauh dari Mas Salman. Dia memiliki rekaman cctv itu Mas" Ela menangis sesenggukan dan ia takut jika Salman akan masuk kedalam penjara lagi atau bisa juga Dayu akan mencelakai Nadine.
Salman langsung diam mematung dan ia tidak menyangka jika Istrinya sudah menanggung beban seberat itu.
Ia langsung menghampiri Ela yang sedang menangis sesenggukan.
"Jangan melihatku seperti itu Mas, aku tidak mau jika Mas Salman masuk kedalam penjara."
Salman langsung memeluk erat tubuh istrinya dan ia berjanji akan menyelesaikan masalahnya dengan Dayu.
Dari luar pintu kamar pemulihan Bukit berdiri dan mendengar semua percakapan antara Ela dan Salman.
Tia memberitahukan kepada Bukit kalau Ela masuk rumah sakit.
Kemudian Bukit yang tidak mau menganggu mereka langsung keluar dari rumah sakit.
gmn nnti ending nya ya🥺
laah ko bisa kena luka tembak,,,😭
jadi malas bacanya.