"Panggil Bee aja seperti biasa. Gak ada akan ada yang curiga kan kalau kita in relationship, namaku kan Bilqis keluarga panggil aku Bi."
"We have no relationship."
Samapai kapanpun aku akan mengingat kalimat itu.
>_<
Bahkan hubungan yang aku pahami, lain dari hubungan yang kamu pahami.
Kamu tidak salah.
Aku yang salah mengartikan semua kedekatan kita.
Aku yang begitu mengangumimu sejak kecil perlahan menjelma menjadi cinta, hingga salah mengartikan jika apa yang kamu lakukan untukku sebulan terakhir waktu itu adalah bentuk balasan perasaannku.
Terima kasih atas waktu sebulan yang kamu beri, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku merasakan layaknya seorang kekasih dan memilikimu.
Tolong jangan lagi seret aku dalam jurang yang sama, perasaanku tulus, aku tidak sekuat yang terlihat. Jika sekali lagi kamu seret aku kejurang permainan yang sama, aku tidak yakin bisa kembali berdiri dan mengangkat kepala.
This is me, Bee Ganendra.
I'm not Your Baby Bee Qiss anymore
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan
Otakku benar-benar tidak bisa diajak berfikir positif, aku lebih sering menginap di rumah Bang Aslan dan pergi kearea balap hanya demi menenangkan pikiranku.
Tidak ada yang aku lakukan di area balap, aku hanya duduk menonton anak-anak balapan, memperhatikan semua orang yang terlihat bagitu bahagia seakan bisa melepas beban yang mereka pikul seharian. Aku ingin seperti mereka, sejenak saja melepas beban, tapi kenapa begitu sulut bagiku.
"Hai Bi."
Kupejamkan mataku sejenak, suara itu suara yang aku rindukan beberapa hari ini.
Setelah Sakura siuman dari pingsan saat bertemu Ayah kandung Elio hari itu, dia langsung pulang. Kami tidak sempat berbicara berdua walaupun hanya say hai.
Aku tidak tahu apakah Sakura mengingat Ayah Elio atau tidak, jadi aku memilih utuk bersikap biasa saja. Siapa tahu Sakura tidak mengingat Ayah Elio, sehingga Sagara tidak tahu tentang kebenarnya.
"Hai" balasku dnegan singkat sembari membuka mata, kembali menatap lurus kedepan.
"Gue sering kelapangan basket di kampung, tapi lo gak pernah ada. Gak nyangka malah ketemu lo di sini."
Aku tersenyum segaris, entah kenapa bahagia mendengar kalimat yang diucapkannya, yang menggambarkan seolah-olah dia sering mencari keberadaanku.
Gunakan waktu sebaik mungkin.
Kalimat itu kembali terngiang di benakku.
Aku menoleh kesamping, posisi kami ternyata cukup dekat.
Kali ini tidak lagi menutupi kegugupanku dan kebahagiaanku yang meluap-luap, aku tersenyum lebar membalas tatapan matanya. Tidak seperti beberapa bulan lalu yang akan membuang muka dan sibuk sendiri menenangkan debaran jantungku.
"Lo sendiri yang menghilang setelah mengajak pacaran" ucapku sembari memiringkan kepala.
Dia terkekeh kecil, "karna sibuk belajar jadi hacker biar bisa bantu Elio.
"Kan ada gue, kenapa belajar lagi?."
"Karna gue gak mau lo terlibat dalam bahaya."
Deg ...
Jantungku semakin menggila, kuterima perasaan ini dnegan senyum lebar, menunjukkan pada Dia jika aku bahagia mendengar kalimat itu.
Kepalanya sedikit menunduk, mensejajarkan tinggi badannya dneganku. Wajah kami hanya berjarak dua jengkal, aku bahkan bisa melihat jelas iris matanya yang ternyata coklat, bukan hitam gelap.
"Lo aneh" ucapnya sembari menatapku dalam, seakan menelisik apa yang menurutnya aneh.
"Kenapa?."
"Lo banyak senyum" gumamnya, "apa berarti cukup untuk menyandang kata dekat?."
Senyumku semakin lebar mendengarnya.
Ternyata dia masih mengingat aku yang selalu mengatakan kita tidak sedekat itu, membuatku merasa bersalah saja.
"Emangnya ada orang ngajak pacaran sama orang yang gak dia kenal dekat?."
"Ada, gue."
Aku tertawa lepas mendengarnya, "itu mah lo yang aneh."
"Tapi lo emang keliatan aneh Bi."
"Bukan aneh" bantahku, "Gue hanya lebih terbuka dan menunjukkan perasaan gue aja."
"Maksudnya?" Tanyanya denhan kening mengerut.
Aku hanya tersenyum lebar, berdiri tegak melangkah mendekat sehingga dia ikut berdiri tegak kembali. "Gue gak akan ngizinin lo manggil gue Bi, kalo gak ngaggep lo ada, atau ngebolehin lo masuk dalam hidup gue."
"Gue gak manggil lo Bi, tapi B.e.e ... Bee."
*-*
"Bi, kamu pacaran sama Sagara?."
Itu pertanyaan pertama Bang As saat aku keluar kamar.
Langkahku terhenti, berbalik badan dan menatapnya dengan kening mengerut, menebak-nebak kenapa dia bisa berfikir begitu.
"Semalam Abang liat kamu diantar dia meski dia gak masuk" Bang As mengerti arti tatapanku mulai menjelaskan. "Hari ini kamu dijemput dia, dia di bawah, katanya mau ngajak kamu jalan."
"Jalan?."
Bang As menganggukkan kepala.
Aku terperangah dan buru-buru menuruni tangga mencari keberadaannya, semalam kami tidak janjian, kenapa tiba-tiba dia datang malah ngajak jalan?.
Langkahku terhenti di depan teras, ternyata sedang menemani tukang kebun Bang As.
"Saga" panggilku.
Dia menoleh dan tersenyum lebar padaku, berjalan mendekat padaku yang berdiri di depan teras rumah.
Apa aku bisa kembali melihat senyum lebarnya ini setelah dia tahu semua tentang Elio dan Sakura nanti?.
"Ayo jalan" ajaknya.
"Kemana?."
"Kemana aja" ucapnya sembari membenarkan rambutku yang diterbang angin dan menutupi sebagian wajahku.
Ku tangkap tangannya, meski ingin menggunakan waktu sebaik mungkin, aku juga membatasi diriku agar tidak terlalu meresapi moment dengan Dia, karna aku sudah tahu endingnya bagaimana. Jika perasaanku semakin dalam dari sekarang, aku tidak yakin bisa mengatasi patahnya.
"Kemana?" Tanyaku, "lagi bosan, gak ada yang bisa diajak spend time. Jadi seperti biasa, gue akan ..."
"Gak gitu" potongnya, "ini cara gue untuk gunain ayo jalanin aja waktu itu."
Aku terkekeh kecil, "ok kalo gitu ayo."
Kulangkahkan kakiku kearah motornya sembari mencepol rambutku.
Tidak mendengar langkah dia yang mengikutiku, aku menoleh kebelakang, dia ternyata masih berdiri di tempat yang sama menatapku dengan kening mengerut.
"Kenapa?."
"Yakin gak ganti baju?."
Dia malah balik tanya membuat keningku mengerut lalu menunduk melihat penampilanku saat ini.
Baju one set bahan baby teri berwarna biru yang aku beli di toko online orange, dengan gambar taddy bear besar di depan. Memangnya ada yang salah?.
Kembali kutatap dia dan menatap penampilan dia dari atas kebawah.
"Kenapa?, gak cocok ya sama penampilan lo?" Tanyaku. "Kalo gitu gue ganti ba ..."
"Enggak gitu."
Dia melangkah lebar dan mencegah langkahku.
Keningku semakin mengerut, semakin tidak mengerti sebenarnya apa maunya.
"Kalo lo nyaman pakek baju beginian ya ayo."
"Ya udah ayo."
Dia tersenyum lebar lalu tertawa kecil.
"Ih .. Kenapa ..." rengekku sembari menghentak-hentakkan kaki.
"Ya ... Gue kembali amazed aja ...." ucap dia sembari menggenggam pergelangan tanganku, "biasanya kan cewek kalau mau jalan perlu waktu dandan, penampian harus on point, ja ..."
"Oh ... Penampilan gue gak on point ya, ya udah gu ..."
"Inti ucapan gue gak gitu Bee" keluhnya, kembali menghadang langkahku. "Lo beda aja, jadi gue merasa amazed."
Kuhentakkan tanganku agar terlepas dari genggamannya dan melipat kedua tanganku di depan dada.
"Gue gak suka disamain sama cewek lain" tekanku, "lagian lo cuma ngajakin gue jalan, bukan kencan."
"Memangnya apa perbedaannya jalan dan kencan?, sama-sama keluar berdua bukan?."
"Beda" bantahku.
Aku kembali melanjutkan langkahku menghampiri motornya dan mengambil salah satu helm.
Tampa menoleh kebelakang aku menjelaskan versi pemahamanku, "kencan hanya digunakan orang yang benar-benar pacaran. Kalau jalan ya berarti hanya jalan, bisa sesaman teman atau ..." aku menggantungkan kalimatku dna berbalik badan menghadap dia dengan senyum lebar. "Hanya hubungan jalani aja dulu seperti kita, ayo jalan."
Aku dengan tekatku untuk menggunakan waktu sebaik mungkin, dan dia dengan ajakannya jalanin aja dulu akan aku gunakan sebaik mungkin sampai sampai pada akhir cerita nanti.
*-*
.
Mohon untuk komen ya guys 😇 gimana alur cerita ini 🤗
Terima kasih sudah mampir 🙏
Lope you 😘
Unik_Muaaa💋