Erik, bos besar yang mempunya kekuasaan dan kekuatan. bertemu dengan seorang gadis muda berusia 19 tahun.
Alessia Carolin, gadis muda berusia 19 tahun. dia adalah gadis yang sangat luar biasa, tak sengaja bertemu dengan seorang pria berusia 30 tahun bernama Erik Regan. seorang pengusaha yang begitu kejam bahkan bisa dibilang bos mafia yang menguasai begitu banyak bisnis.
Sebuah pernikahan terpaksa karena hutang budi, akankah pertemuan dua orang itu mendapatkan sebuah jalinan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shafrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NYONYA
"Haissss..," umpat Caroline.
"Nyonya, saya membawakan makanan untuk nyonya." Vivi datang dengan membawa nampan berisi makanan.
"Kalian ini benar-benar menyebalkan ya."
"Makan dulu, nyonya." dengan lembut Vivi menaruh nampan yang dia bawa.
"Cih.., ngapain sih." dengan kesal Caroline mengomeli Vivi.
"Makanlah dahulu." Vivi mencoba merayu Caroline.
Dalam pandangan Vivi, Caroline seperti adiknya yang telah meninggal karena sakit. pertama kali melihatnya di bawa oleh majikannya.. Vivi bisa melihat adiknya yang telah meninggal, sedikit keras, sedikit kasar saat berbicara dan lain sebagainya.
"Dulu aku mempunyai seorang adik perempuan, dia sakit dan meninggal..,"
Perlahan-lahan Vivi mulai menceritakan mengenai sosok adiknya, gadis kecil yang selalu bermanja padanya.
"Oh begitu ya."
Sejak tadi Caroline terus mendengar cerita Vivi, seorang pelayan yang bekerja di tempat Erik sejak usianya 25 tahun.
"Sekarang berapa usia nyonya?" tanya Vivi.
"Emmm..., sekarang usiaku sudah 19 tahun." jawab Caroline.
"Sama dengan usia adikku jika dia masih hidup."
"Jadi usia adikmu sama seperti ku ya? Kalau begitu sekarang berapa usiamu?" tanya Caroline yang melihat Vivi.
"Tiga puluh lima tahun." jawabnya.
Seperti perkiraan Caroline memang ternyata usia Vivi di atas 30 tahun. setelah bercerita lama tanpa sadar Caroline mulai makan makanan yang dibawa oleh Vivi, mereka saling menceritakan diri mereka masing-masing.
Vivi adalah seorang janda, dia menjadi janda setelah membunuh suaminya. Karena siksaan yang selalu diberikan oleh sang suami membuat Vivi yang waktu itu masih berusia 22 tahun terpaksa mengambil nyawa sang suami. Dia sudah tidak mampu bertahan dengan orang yang selalu menyiksanya, di depan matanya suami Vivi membawa para wanita bahkan melakukan hubungan di depannya.
Hukuman penjara selama beberapa tahun harus dijalani oleh Vivi, salah satu saudara Vivi yang bekerja pada Erik meminta bantuan untuknya. Setelah pengajuan banding berulang kali akhirnya di usia 25 tahun Vivi keluar dari penjarahan. Setelah dia keluar dari penjara dia memutuskan untuk mengabdikan dirinya untuk Erik yang sudah membantunya.
Erik dan Vivi terpaut usia sekitar 5 tahun, dia selalu menuruti apa yang dikatakan oleh Erik. Vivi menganggap Erik adalah penolongnya orang yang telah berjasa pada kehidupannya.
"Kenapa nyonya hendak melarikan diri?" tanya Vivi.
"Kamu tahu kan aku itu menikah dengan buaya berumur itu karena terpaksa, gara-gara orang tuaku yang berhutang banyak aku jadi pelunas hutang. Ya bagaimana lagi, Anggap saja aku membayar jasa orang tuaku yang telah membesarkanku." jawabnya.
Perlahan-lahan Caroline menceritakan mengenai dirinya, dua wanita berbeda usia itu nampak saling tertawa dengan semua masa lalunya.
"Kalau menurut saranku nyonya harus mengenal tuhan besar, mungkin tuan adalah orang yang sangat dingin. Tapi yang dapat aku lihat kalau tuan sangat perhatian kepada nyonya." dengan senyum yang sedikit mengembang Vivi mengatakan hal itu.
Sekitar satu atau dua jam kemudian Erik sudah kembali ke rumahnya, dengan raut wajah yang begitu kesal karena satu mobil kontainer barang yang harusnya dikirim ke salah satu negara ada yang mensabotasenya.
"Lebih baik anda berusaha dahulu, tuan." pinta Kelvin.
Brakk!!
"Bagaimana aku bisa bisa beristirahat, Kelvin. kamu tahu sendiri kan kalau mereka sudah mencuri barang-barang itu! Aku tidak akan membiarkan mereka melakukan hal ini." jawabnya.
Di ruang tengah Erik nampak mencoba untuk menenangkan dirinya, emosinya benar-benar meluap luar biasa. namun ketika lift mulai terbuka sosok Caroline keluar dari tempat itu.
"Nyonya." Panggil Kelvin saat melihat Caroline keluar dari dalam lift.
Mendengar Kelvin menyebut nama Caroline seketika Erik menoleh, dia menatap gadis yang dia nikahi dua hari yang lalu.
seketika emosi yang meluap itu langsung sirna bak tertelan oleh angin.
"Kamu sudah pulang?" tanya Caroline saat melihat Erik sudah ada di ruang tengah lantai 1.
"Kamu mau ke mana?" tanya Erik lembut yang kemudian berdiri mendekati Caroline.
"Sebenarnya aku mau mencari makanan." jawabnya.
"Biar para pelayan membuatkan makanan untukmu, lebih baik kamu beristirahat dulu."
"Nggak mau ah.. lagian aku mau membuat makanan yang ingin aku makan." jawabnya kembali.
"Memangnya kamu bisa memasak?" tanya Erik sedikit penasaran. karena jika dilihat dari sifat bar-bar istrinya itu Erik sedikit meragukan kalau dia bisa memasak.
"Dasar pria tua tidak tahu diri, Kamu mengejekku ya? kamu menghina aku?" ujar Caroline.
"Bukannya aku menghinamu, tapi aku cuma tidak ingin kamu capek saja." jawabnya. Erik menatap sang istri yang sudah berjalan ke dapur yang ada di lantai 1.
Kelvin menatap bosnya yang tiba-tiba langsung berubah sikapnya, tadi dia begitu marah namun sekarang dia nampak begitu biasa seperti tidak terjadi apapun. "Nyonya benar-benar sangat unik." ucap Kelvin dalam hati yang kemudian meninggalkan sepasang suami istri itu.
"Kamu mau masak apa?" tanya Erik kembali.
"Jangan banyak tanya deh, Aku mau masak. Kamu jangan ngikutin aku terus, dasar buaya berumur." dalam setiap perkataannya Caroline selalu mencibir sang suami.
Dengan sabar Erik hanya tersenyum, salah satu kursi menjadi saksi apa yang dikatakan dilakukan oleh Caroline. Erik hanya bisa menatap apa yang dilakukan oleh istrinya, tangan terampil gadis berusia 19 tahun membuat dua bola mata Erik sedikit terpukau.
"Ada yang bisa aku bantu?" Erik kembali berdiri mendekati Caroline.
"Kalau bisa sih tolong dibantu, jangan dari tadi tanya terus seperti orang tidak punya pekerjaan."
Beberapa bahan makanan dikeluarkan oleh Caroline dari dalam almari es yang ukuran sangat besar itu. Bahan makanan yang benar-benar sangat komplit, beberapa lauk juga ada di sana. Namun makanan sederhana yang dipilih oleh gadis itu.
"Mau aku bantu memasak atau mengupas sayuran ini?" tanya Erik yang sedikit bingung.
"Boleh."
Caroline memberikan beberapa sayuran kepada Erik, sedangkan pria itu dia melipat lengan pakaiannya. Kemeja berwarna putih itu nampak sangat cocok di tubuhnya, jas yang dia pakai tadi diletakkan di kursi ruang tengah. Erik memotong sayuran itu seperti yang dikatakan oleh Caroline, setelah selesai memasak nampaknya gadis itu mengambil satu sendok nasi goreng yang dicampur oleh dengan berbagai lauk di dalamnya.
''Apa kamu suka? Bagaimana rasanya?" tanya penasaran Caroline saat makanan itu dikunyah oleh Erik. "Bagaimana?"
Dua bola mata Erik sedikit dimainkan, mulutnya terus mengunyah nasi yang barusan dia makan. "Enak, memangnya kamu sering memasak makanan ini? haa..," Erik yang kemudian membuka mulutnya kembali. Dia meminta Caroline menyuapinya.
"Ya sering sih." jawabnya.
Tanpa sadar Caroline terus menyuapi Erik, namun ketika dia sadar dia malah membanting sendok yang ada di tangannya.
Trangg...
"Kenapa aku malah persis pembantu." ujar Caroline yang kemudian mengambil sepiring nasi untuknya sendiri.
Awal yang tidak akan tahu di bawah ke mana, perbedaan sikap yang ditunjukkan oleh Erik membuat Kelvin menyadari ada sesuatu dalam diri gadis itu.
Setelah selesai makan Caroline berpamitan kembali ke kamarnya, Erik hanya tersenyum kemudian menarik salah satu tangan istrinya. "Aku berharap kamu akan selalu disisiku." ucapnya dengan lembut. Erik memberikan kecupan di kening istrinya, kemudian dia mencium pipinya. setelah melakukan hal itu malah Erik langsung berlari secepat kilat, dia melarikan diri sebelum Caroline menghajarnya habis-habisan.
"He..," Caroline terkejut. "Dasar pria tua tidak tahu diri! beraninya kamu melakukan hal itu padaku!!" seru Caroline dengan sangat keras. dia menyentuh pipi yang sudah dicium oleh suaminya.
**Bersambung**