NovelToon NovelToon
LEGENDA PENDEKAR DEWA API ( LPDA )

LEGENDA PENDEKAR DEWA API ( LPDA )

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Ilmu Kanuragan
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

Seorang anak terlahir tanpa bakat sama sekali di dunia yang keras, di mana kekuatan dan kemampuan ilmu kanuragan menjadi tolak ukurnya.

Siapa sangka takdir berbicara lain, dia menemukan sebuah kitab kuno dan bertemu dengan gurunya ketika terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dalam dan terkenal angker di saat dia meninggalkan desanya yang sedang terjadi perampokan dan membuat kedua orang tuanya terbunuh.

Sebelum Moksa, sang guru memberinya tugas untuk mengumpulkan 4 pusaka dan juga mencari Pedang Api yang merupakan pusaka terkuat di belahan bumi manapun. Dialah sang terpilih yang akan menjadi penerus Pendekar Dewa Api selanjutnya untuk memberikan kedamaian di bumi Mampukah Ranubaya membalaskan dendamnya dan juga memenuhi tugas yang diberikan gurunya? apakah ranu baya sanggup menghadapi nya semua. ikuti kisah ranu baya hanya ada di LEGENDA PENDEKAR DEWA API

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 23

Ranu meloncat mundur menghindari tendangan Marni sambil tetap dalam posisi jongkok.

"Ampun Bibi ... aku jangan dihajar!"kata ranu

Karena tendangannya meleset dan merasa pemuda di depannya beruntung, Marni kembali melakukan tendangan mengarah kepala Ranu.

Dengan cepat pemuda itu langsung bersujud hingga tendangan Marni melintas di atas tubuhnya, "Ampun Bibiiiii...!"

"Sialan! dua kali kau beruntung, Bocah!" bentak Marni sambil mengayunkan kakinya ke arah punggung Ranu.

Dengan cekatan, Ranu terlebih dahulu memberikan tendangan menyilang dan mengenai tepat kaki kiri Marni hingga membuat wanita itu terpelanting jatuh.

Ranu langsung berdiri lalu berjingrak-jingkrak sambil tertawa melihat Marni mukanya penuh dengan debu yang menempel.

Marni kemudian bangkit sambil menyumpah tidak karuan. Dia tidak bisa menahan emosinya yang meledak.

"Kadal buduk, tikus got ... kau bisa ilmu kanuragan juga ternyata! Mati kau...!"

Marni bergerak menyerang Ranu dengan cepat. Pukulan yang dikombinasikan dengan tendangan bertubi-tubi membuat Ranu harus ekstra waspada. Dia sadar masih kalah pengalaman dalam hal bertarung jika dibandingkan dengan wanita yang kini menyerangnya.

Ranu masih terus bergerak menghindar sambil mempelajari serangan Marni. Sesekali dia memancing untuk menyerang balik, namun tidak dengan kecepatan terbaiknya agar lawan merasa unggul.

Hal tersebut dipelajarinya dari Surojoyo yang memang seorang pendekar tanpa tanding dan sudah sangat kenyang asam garam dunia persilatan.

Marni semakin merasa di atas angin. Dia melihat kesempatan untuk bisa menghajar pemuda yang sudah membuat riasan wajahnya hancur gara-gara jatuh terpelanting dan wajahnya menghujam tanah.

"Ah, dia selalu membuat celah ketika menyerang!" ucap Ranu dalam hati sambil tersenyum.

Marni masih terus menyerang dengan membabi buta. Statusnya yang sebagai salah satu pendekar mumpuni aliran hitam memang bukan kaleng-kaleng. Semua serangannya ternyata mengandung racun berbahaya. Itu terbukti saat cakarannya mengenai pohon pisang yang tidak bersalah ketika Ranu menghindari serangannya.

Pohon pisang tersebut langsung gosong di bagian yang tercakar dan daunnya layu kemudian mengering dengan cepat.

Ranu bergidik ngeri setelah melihat pohon pisang tersebut. Dia tidak bisa membayangkan jika terkena cakar beracun yang dikeluarkan Marni. Sebab besar kemungkinan pasti dia akan mati mengering.

"Tidak ... aku tidak mau mati dulu! Aku belum kawiiin!" teriaknya dalam hati.

Pemuda tersebut semakin waspada terhadap serangan Marni, terutama cakarannya. Dia kemudian berkelit menghindari kembali cakar yang menyasar kepalanya lalu memberikan pukulan ke pundak kiri Marni yang terbuka.

Wanita tersebut memekik kesakitan ketika pukulan Ranu Menghantam dengan telak pundak kirinya.

"Aaaakh!"

Marni merasa sendi pundaknya hampir copot terkena pukulan tersebut, "Kau tidak akan kumaafkan!" Mata Marni mendelik menatap Ranu yang memonyongkan mulutnya, seolah-olah ikut merasakan sakitnya pukulan yang dirasakannya.

"Dua kosong, hehehe!" ejek Ranu.

Wanita beracun tersebut kemudian menarik pedang yang tergantung di pundaknya. Dia semakin tidak terima karena pemuda di depannya tersebut sudah mengejeknya.

Tanpa menunggu lama, Marni langsung memberikan serangan yang mengarah ke perut Ranu. Pemuda tersebut langsung meloncat mundur, lalu mencoba meraih gagang pedang yang biasa tergantung di belakang punggungnya.

Tangan Ranu terus berusaha meraih gagang pedangnya namun tak juga bisa diraihnya. Dia lalu menengok sekilas ke belakang untuk mencari gagang pedangnya.

"Kakeeek ... mati aku! Tadi aku lupa membawa pedangku!" batinnya berteriak.

Ranu kembali menghindari serangan pedang Marni yang semakin cepat mengancam tubuhnya. Berkali-kali tusukan dan tebasan pedang pendekar wanita itu hampir saja mengukir tubuhnya. Mau tak mau Ranu lalu mencoba menggunakan Ajian Saipi angin untuk meladeni kecepatan pedang Marni, sekaligus memberi serangan balik.

Kecepatan Ranu yang jauh lebih meningkat membuat Marni dibuat tak percaya, "Kecepatannya semakin meningkat, bahkan sekarang sudah di atasku! Siapa pemuda ini?"

Keterkejutan Marni tidak berhenti sampai disitu, bahkan gerak dan langkahnya sekarang sudah dapat dibaca oleh pemuda tanggung di depannya.

"Pukulan Tanpo Wujud!" Ranu meloncat tinggi lalu memberikan pukulan yang mengarah dada Marni. Dengan sigap wanita setengah baya tersebut memasang pertahanannya dengan menyilangkan pedang di depannya.

"Aaaaakh!"

Tubuh Marni terjungkal ke depan dan membuatnya muntah darah, "Tidak mungkin! Sudah jelas dia menyerang dadaku, tapi kenapa punggungku yang kena serangan?"

"Berdirilah, Bi. Ayo kita berolah raga lagi!"

"Setan alas! Aku tidak akan segan lagi membunuhmu!" Marni melotot memandang Ranu yang terus bertingkah seperti lari kecil di tempat.

Diam-diam, Marni mengumpulkan sisa-sisa tenaga dalamnya untuk mengeluarkan jurus pamungkasnya. Ditariknya perlahan pedangnya dan ditancapkan ke tanah sambil mengalirkan tenaga dalamnya.

Sesaat kemudian, pedang tersebut memancarkan aura hijau sedikit keunguan yang menyeruak keluar dari dalam bilah.

"Kau harus merasakan kekuatan Sepasang Ular Beracun! Sedikit sayatan saja akan membuatmu mati keracunan!"

Seusai berucap, Marni langsung mencabut pedangnya dan kembali bergerak menyerang Ranu yang sudah menanti serangannya.

Ranu berkelit menghindar dengan lincah sambil terus mengamati gerakan lawannya. Kali ini, dia dibuat benar-benar kesulitan. Terang saja dia merasa takut juga jika bilah pedang tersebut menyayat kulitnya.

"Mati kau!!!" Marni yang melihat sebuah celah terbuka, langsung memberikan serangan cepat ke titik buta Ranu. Pemuda tersebut terlambat menghindar dan sebuah goresan menyayat pinggang kirinya.

Meskipun hanya sayatan tipis, Namun darah sudah merembes keluar dan mulai membasahi baju Ranu di area sekitar pinggangnya.

Marni nampak kegirangan karena serangan pamungkasnya membuahkan hasil. Meski tidak telak, namun dia yakin jika racun ular hijau telah menyebar di tubuh pemuda di depannya. Dan itu artinya dia tinggal menunggu kematian lawannya.

"Sebentar lagi kau akan mati kering, Bocah gendeng! Racunku saat ini sudah menyebar di dalam tubuhmu. Semakin banyak kau bergerak, maka semakin cepat pula kematianmu!"

glek!

Ranu menelan ludahnya mendengar ucapan Marni.

"Ayah, Ibu, sepertinya aku akan segera menyusul kalian di surga. Jika aku sudah sampai di sana, tolong siapkan makanan yang enak-enak karena aku belum makan saat ini," batinnya sedih.

Jikalau ada Geni bersamanya saat ini, pasti makhluk penunggu pedang pusaka itu akan mengumpatnya habis-habisan. Sudah mau mati tapi permintaannya malah yang aneh-aneh.

Ranu memegangi luka tersebut dengan tangan kanannya. Namun sesaat kemudian terjadi keanehan yang membuatnya tidak percaya.

Telapak tangan kanannya mengeluarkan cahaya merah terang dan kemudian meresap ke dalam luka sedikit terbuka yang dideritanya.

Seketika, asap kemerahan yang bercampur warna hijau keunguan menyeruak keluar dari pinggang kiri Ranu dan luka tersebut menutup kembali seperti sedia kala.

Terang saja Ranu terkejut dan heran dengan kejadian yang dialaminya. Segera dia membuka baju yang menutupi pinggang kirinya. Matanya mendelik dan mulutnya menganga tidak percaya jika luka yang dideritanya telah pulih kembali.

Marni yang melihat hal tersebut pun juga dibuat tak percaya sekaligus takjub. Dia tidak menyangka jika racun terkuatnya menjadi tidak berarti bagi lawannya saat ini.

Kepercayaan diri Marni berangsur turun melihat sesuatu yang diluar nalarnya. Semangatnya langsung kendor, sekendor kulit wajahnya yang tertutupi bedak tebal.

"Ayo kita lanjutkan pertarungan kita!" ucap Ranu dengan mimik muka serius. Pemuda tersebut kemudian bergerak dengan cepat memberikan serangan ke setiap bagian tubuh lawannya yang terbuka.

Rasa percaya dirinya meningkat pesat setelah melihat racun lawannya tidak bisa melukainya.

1
momoy
semangat Thor semoga cepat update nya
🥀⃟ʙʀRos🥀
ijin Thor jgn lama2 update nya,syg cerita sebagus ini gantung di tengah jalan 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀: makasih Thor 🙏🙏🙏
Fikri Anja: soalnya author lagi gak enak badan...insaallah nanti author akan update.ini author lagi nulis biar cerita ranu makin seru...
total 2 replies
🥀⃟ʙʀRos🥀
semakin kece badai cerita nya Thor lanjut 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
makin gokil aja jurus nya Ranu Thor, lanjut tetap semangat 🙏🙏🙏
sadi rimba sikuburan stress
/Grin/
🥀⃟ʙʀRos🥀
berasa makin lama makin pendek chapter nya Thor🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
keren Thor🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
lanjut Thor pokok e kece badai 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
keren Thor lanjut mudah mudahan jangan putus di tengah jalan 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀: semangat Thor🙏🙏🙏
Fikri Anja: insaallah aman
total 2 replies
anggita
lanjut berkarya tulis, semoga novelnya sukses.
anggita
like👍+iklan☝untuk novel fantasi timur nusantara.
anggita
nama jurusnya.. keren👌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!