Bahagia karena telah memenangkan tiket liburan di kapal pesiar mewah, Kyra berencana untuk mengajak kekasihnya liburan bersama. Namun siapa sangka di H-1 keberangkatan, Kyra justru memergoki kekasihnya berkhianat dengan sahabatnya.
Bara Elard Lazuardi, CEO tampan nan dingin, berniat untuk melamar tunangannya di kapal pesiar nan mewah. Sayangnya, beberapa hari sebelum keberangkatan itu, Bara melihat dengan mata kepalanya sendiri sang tunangan ternyata mengkhianatinya dan tidur dengan lelaki lain yang merupakan sepupunya.
Dua orang yang sama-sama tersakiti, bertemu di kapal pesiar yang sama secara tak sengaja. Kesalahpahaman membuat Kyra dan Bara saling membenci sejak pertama kali mereka bertemu. Namun, siapa sangka setelah itu mereka malah terjebak di sebuah pulau asing dan harus hidup bersama sampai orang-orang menemukan mereka berdua.
Mungkinkah Bara menemukan penyembuh luka hatinya melalui kehadiran Kyra? Atau malah menambah masalah dengan perbedaan mereka berdua yang bagaikan langit dan bumi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dewa Penyelamat
"Hentikan!!"
Tangan Sisil yang telah terangkat untuk menjambak rambut Kyra sontak melayang di udara. Ia hafal suara itu, dan sialnya dia selalu datang di saat yang tidak tepat. Sisil menoleh dengan tubuh menahan gemetar karena emosinya tak terlampiaskan.
Sementara itu, Kyra yang meringkuk ketakutan karena Sisil hendak menganiayanya juga ikut tertegun mendengar suara Daniel yang entah bagaimana caranya ia justru datang tepat waktu.
Daniel sendiri, yang sudah diberi pesan oleh Bu Meta untuk mengawasi Kyra, menatap Dwi Cs dan Kyra dengan nanar. Ia menghampiri Sisil dan menepis tangannya yang masih terangkat dan menggantung di udara.
"Kalian ternyata belum berubah," keluh Daniel kecewa, tatapannya tajam menjurus pada Sisil.
"Jangan ikut campur, Niel! Pergilah!" usir Sisil jengah. "Jangan menjadi dewa penyelamat bagi perempuan lain tapi menjadi iblis bagi kami!"
"Iblis?" Kyra bergumam heran. Seganteng dan setenang Daniel dijuluki iblis? Apa kabar Bara yang bar-bar dan suka memaksakan kehendaknya? Mungkin ia lebih cocok dijuluki Paduka Iblis!
"Kalian semua ikut denganku!" Daniel menatap Dwi dan kawanannya dengan tajam sebelum kemudian menarik tangan Kyra dan menyeret gadis itu pergi.
Belum hilang rasa terkejut Kyra atas insiden dengan Dwi dan genk-nya, kini Daniel malah menggandeng tangannya tanpa permisi.
"T-tunggu ... kita mau ke mana?" tanya Kyra kebingungan ketika pria bernama Daniel itu terus saja menarik tangannya.
"Menyelesaikan masalahmu!"
"Masalah apa? Mereka yang berbuat onar dan merundungku! Kenapa jadi aku yang di perlakukan seperti tahanan!"
Daniel terus menarik tangan Kyra hingga akhirnya mereka berhenti di ruangan Ronald, Manajer Produksi. Sebelum mengetuk pintu itu, Daniel memastikan Sisil, Dwi, Lena dan Puji mengikutinya.
Dan setelah hampir setengah jam berdebat tanpa menemukan jalan tengah karena Dwi tak mengakui kesalahan dan tuduhan Kyra. Kedatangan Bara semakin membuat situasi bertambah runyam.
"Siapa yang sudah berani merundung calon istriku!!"
Kyra terbelalak, semua yang berada di ruangan itu juga melakukan hal yang sama. Rasanya Kyra ingin lenyap dari muka bumi saat ini juga. Tak mungkin Bara bermaksud membela Dwi dengan mengakuinya sebagai calon istri, sudah sangat pasti 100% yang ia tuju adalah Kyra seorang. Dan sialnya, Bara mengakui Kyra sebagai calon istri!
Dengan langkah berderap, Bara meringsek masuk dan menghampiri Kyra. Ia menatap empat orang staf wanita yang duduk berlawanan tempat dengan Kyra. Salah seorang diantara wanita itu terluka di hidungnya.
"Beraninya kalian mengganggu calon istriku!" bentak Bara dengan bola mata yang hampir meloncat keluar.
Dwi and the gank sontak panik dan mendadak pucat pasi. Tuduhan mereka memang terbukti benar, tapi mereka tidak menyangka bila lelaki yang dikencani Kyra adalah Sang CEO.
Morgan yang menyadari bila Bara lepas kendali, mendekati Boss-nya itu dengan panik. Ia juga sama terkejutnya dengan yang lain. Padahal tadinya Morgan hampir saja pedekate pada Kyra.
"Pak, sepertinya kita butuh penjelasan dari Ronald." Morgan menggamit lengan Bara dengan cepat.
Tatapan Bara beralih pada Ronald yang masih mematung di pintu dengan wajah syok-nya. Ronald sungguh tak tahu menahu bila Kyra yang ia kenal sebagai Sada, adalah calon istri Boss-nya.
"Maaf, Pak. Kami benar-benar minta maaf karena telah lalai menjaga calon istri anda." Ronald akhirnya menghampiri Bara.
Daniel yang juga masih berada di ruangan itu hanya tersenyum kecut. Ia menelisik wajah Kyra yang seolah tak nyaman dengan pengakuan Bara. Dengan santai Daniel mulai berdiri, tatapannya dan Bara bertemu dan terkunci.
"Jelaskan, Niel. Apa yang terjadi!?" perintah Bara.
Kyra terhenyak, ia bergantian mengawasi Bara dan Daniel. Jadi Bara mengenal Daniel?
"Lain kali awasi dengan baik wanitamu. Bila kamu peka, harusnya kamu menyadari mengapa staf produksi selalu mencari karyawan setiap 3 bulan sekali!"
Bara mengernyit. Ia menolehi Ronald yang langsung menunduk malu.
"Maafkan saya, Pak Bara. Harusnya saja menyadari kejadian ini sejak dulu. Saya akan memberi sanksi tegas pada mereka berempat!"
"Pak, kami nggak bersalah. Lihat sendiri kan, justru Sisil yang terluka karena dia!" elak Dwi tak terima.
Bara mengeratkan kepalan tangannya sekuat tenaga. Andai musuhnya bukan wanita, mungkin dia sudah babak belur di tangan Bara.
"Periksa CCTV!" perintah Bara singkat namun berhasil membuat Dwi dan gerombolannya panik bukan kepalang.
Morgan segera menelepon staf bagian keamanan untuk meminta copy CCTV di ruang produksi yang merekam kejadian satu jam yang lalu. Tak lama, mereka mendapatkan salinan video yang menampilkan dengan jelas perbuatan empat sekawan itu pada Kyra. Karena kubikel Kyra berada di pojok ruangan, kamera CCTV merekam dengan jelas gerak-gerik dan suara mereka beberapa saat yang lalu.
Tangan Bara semakin mengepal dan gemetaran menyaksikan Sisil mencekik leher Kyra hingga gadis itu kesulitan bernapas. Menyadari Bara sangat emosi setelah menyaksikan video itu, Kyra sontak menarik Bara pergi dari ruangan Ronald. Ia menyeret Bara yang masih gemetaran karena merasa sangat marah pada empat wanita itu.
Di tangga darurat tempat mereka biasa bertemu, Kyra mengunci pintunya dan melepas cekalannya di tangan Bara. Ia membiarkan Bara luruh di lantai dengan wajah merah padam menahan emosi yang tak terlampiaskan.
"Aku akan membunuh mereka!"
"Hentikan, Bara." Kyra ikut duduk di depan lelaki itu agar bisa menatap matanya. "Jangan lakukan apapun atau aku akan benar-benar pergi dari hidupmu."
Bara mengalihkan tatapan kosongnya pada Kyra. "Apa aku harus tinggal diam setelah mereka hampir membunuhmu?"
Kini giliran Kyra yang terdiam.
"Bagaimana kalo Daniel tak datang tepat waktu? Bagaimana kalo aku kehilangan kamu? Bagaimana kalo ..." Bara tak melanjutkan kata-katanya karena dadanya mendadak terasa sesak. "Aku bahkan belum membantumu membalaskan dendammu pada Keanu dan sahabatmu itu! Lantas bila kamu mati, aku harus bagaimana??"
"Aku nggak akan mati. Aku bisa menjaga diriku dengan baik. Tuhan masih menjagaku dengan mengirimkan orang-orang baik seperti kalian di sekitarku. Percayalah, aku baik-baik saja, Bara."
Bara menggeleng tak setuju. "Aku akan membalas perbuatan mereka."
"Dan aku akan pergi dari hidupmu," ancam Kyra.
"Mereka harus mendapatkan hukuman, Kyra! Jika dibiarkan, mereka akan melakukan hal itu pada orang lain juga nantinya!"
"Biarkan Pak Ronald yang menghukum mereka. Tidak perlu kotori tanganmu dengan mengurusi mereka." Kyra menggenggam tangan Bara yang masih saja terkepal sejak tadi.
"Berjanjilah, jangan pecat mereka. Dwi punya tiga anak yang harus ia biayai, Lena juga tulang punggung ibunya yang sakit-sakitan. Kalo kamu memecat mereka, lantas mereka akan dapat uang dari mana?"
"Peduli setan! Sudah tahu hidupnya melarat, mengapa harus bertingkah sombong dengan menindas orang lain."
"Itulah mengapa aku memintamu untuk mengadakan psikotes. Karena orang-orang seperti mereka butuh pendampingan. Memecat mereka bukan jalan keluar, mental mereka tak akan sembuh, bekerja di mana pun pasti akan tetap melakukan hal yang serupa pada orang lain." Kyra menjelaskan keinginannya dengan penuh harap agar Bara mau mengabulkan.
Untuk beberapa saat, Bara menarik dan menghembuskan napasnya berat. Ia menatap manik mata Kyra yang berkilauan meski mereka sedang berada di tempat yang temaram.
"Baiklah. Lakukan saja apa yang kamu mau."
Kyra terbelalak. "Benarkah?!" jeritnya tertahan.
Bara mengangguk lemah dan Kyra sontak berhambur memeluknya dengan erat.
"Terima kasih banyak, Bara. Kamu memang yang paling baik di antara yang terbaik!"
...****************...
gengsi aja di gedein pake ga ada cinta
di abaikan dikit udah kesel hahah
wkwkwkwwk