"Penting kah pak?" Tanya Hana dengan suara yang datar, berusaha biasa saja.
Pak Arman menganggukkan kepala.
"Sebentar saja, saya mohon" lirihnya.
Hana yang tanpa respon dianggap Arman menyetujui permohonan nya.
Arman dengan sigap menunjuk sebuah meja panjang yang terletak persis di samping pintu keluar kafe.
"Disini ya..." Ucap nya.
Hana mengangguk dan kembali duduk meletakkan tas ranselnya.
Sebelum duduk, Pak Arman terlihat seperti memberi kode kepada pelayan di dalam, seperti nya sedang memesan sesuatu.
Mereka duduk berdampingan menghadap jendela.
"Jadi gini Hana.. saya ingin kamu menjadi istri saya.." ucap pak Arman tanpa basa-basi sedikit pun.
"Apa! Istri?" Dengan suara yang agak keras melengking, Hana di buatnya kaget bukan kepalang.
Suaranya membuat orang - orang di sekelilingnya menoleh ke arah mereka.
"Iyaa istri" kata Arman kembali mengulang kata istri dengan lembut sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yani_AZM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Seperti Ada Rahasia
Sore hari yang sejuk, Gita berkunjung ke rumah Hana, dengan ransel selempang nya.
Di depan rumah Hana, ada ibu Maria sedang menyiram tanaman.
"Halo bude, assalamualaikum, ada Hana ngga?" Tanya Gita sambil mencium tangan bude Maria.
"Waalaikumsalam, masuk saja git, ada di kamar nya"
"Oke deh bude.." jawabnya santai.
"Kok bawa ransel git?" tanya bude Maria
"Biasa bude, mau belajar bareng" katanya lagi sambil cengengesan.
Gita yang sudah seperti saudara, langsung saja memasuki rumah Hana dengan santai dan masuk ke kamar Hana.
Tanpa mengetuk pintu, Gita menerobos kamar kawannya itu.
"Dorrrrr" Gita melompat ke kasur persis di atas Hana yang sedang rebahan.
"Aduh Gita, berat banget kamu ya ampun!" gerutu Hana.
Gita bangun dan duduk tepat di samping wajah Hana yang sedang rebahan, ia menyenderkan tubuhnya di dipan.
"Hehe sorry.. Oiya Han, ada yang aneh ngga sih sama pak Arman tadi? Masa tiba - tiba ramah begitu dan minta nomor kamu lagi.. Jangan - jangan pak Arman suka sama kamu?" tanya Gita.
"Hus enak aja!" jawab Hana sebal.
"Tapi iya sih aneh, masa minta nomor WA ku untuk apa ya... Eh tapi biar deh.. Gak usah di pikirin. Oiya git, udah selesai belum pr matematika untuk besok? besok pelajaran pertama loh!" saut Hana.
"Ya Belum lah, aku datang kesini kan mau nyontek sama kamu hana! Takut besok ngga keburu nyalin hehe" sambil menunjukkan tas ransel yang di panggul nya.
"Deh, dasar pemalas banget deh kamu git! Aku kira kamu mau main loh" Hana berdiri dan mengambil buku matematika di dalam ransel sekolah nya.
"Ayo dong belajar Gita, jangan nyalin aja.. rugi loh kamu kalo ngga belajar"
"Iya Bu guru..." Gita mesem - mesem meledek.
Gita adalah sahabat karib Hana sejak kecil, ibu Gita dan ibu nya bersahabat sejak lama.
Tidak heran Gita dan Hana sangat akrab, bahkan mereka sengaja di masukkan kesekolah yang sama sejak TK sampai SMK.
Jadi Hana sangat hafal dengan kemalasan Gita.
..........
Pagi hari telah tiba..
Hana dan semua teman sekelasnya sudah berada di dalam kelas, padahal bel masuk masih 5 menit lagi untuk berbunyi.
Semua murid di dalam kelas, sudah paham betul dengan konsekuensi nya jika mereka telat masuk saat pelajaran matematika.
"Triinngggg"
"Triinngggg"
Betul saja, bel belum selesai berbunyi pak Arman sudah datang tepat waktu memasuki kelas.
"Selamat pagi anak-anak" sapa pak Arman dengan raut wajah yang datar.
"Pagi pak.." saut anak - anak serempak.
"Apakah kalian bahagia dan siap belajar" sapaan khas milik pak Arman.
"Bahagia pak.."
"Bagus lah.. sekarang kumpulkan pr kemarin ke
depan sesuai absen ya"
Nama dengan huruf awalan A dan seterusnya sudah mulai berdiri dan memberikan pr nya di atas meja guru.
"Bahagia apa nya, setiap pelajaran dia saja kita tegang" bisik Gita pada Hana.
Hana cekikikan sambil mengeluarkan buku pr nya.
"Kita liat nih git, apa aku lagi yang akan maju kedepan.. sampe bosan aku" gumam Hana.
"Ah, kamu mah pinter han.. setiap maju aja kamu bisa kan..!" Ujar Gita.
Hana mengernyitkan kan keningnya, dan bagian sudut bibirnya sedikit turun.
Mereka berdua berdiri berdampingan saat maju kedepan, karena di absen namanya juga berdekatan.
Begitu terus sampai semua murid selesai mengumpulkan pr.
"Baiklah anak - anak.. sambil saya menilai pr kalian, kalian kerjakan soal halaman 37" kata pak Arman.
Anak - anak serempak membuka buku paket, semua mengerjakan dengan kondusif.
Jam terus berputar, pelajaran matematika kali ini pun berakhir, hana lolos dari mengerjakan soal di papan tulis.
"Han, Tumben pak Arman ngga nyuruh kamu ke depan?" Tanya Gita
"Syukur lah git.. besok besok mungkin kamu hehe" balas Hana.
"Oh tidak! Aku lebih milih keluar kelas saja deh han kalau begitu hahahaha"
Hana dan Gita tertawa terpingkal-pingkal, mendengar Gita yang sudah menyerah sebelum berperang.
........
Bel pulang sekolah sudah berbunyi.
Anak- anak pulang kerumah masing-masing.
Sampainya dirumah, Hana tertegun melihat mobil putih pak Arman sudah terparkir di halaman rumah nya.
"Loh itu kan mobil pak Arman, ngapain pak Arman datang kerumah" langkah kakinya melambat.
Terlihat juga ada mobil bapak yang terparkir.
"Loh ada mobil bapak juga, tumben bapak pulang cepet" Hana bergumam dalam hati.
Rasa penasaran nya memuncak.
"Ada apa ya?" katanya dalam hati.
Langkah kakinya mulai di percepat, pintu rumah yang terbuka membuat Hana leluasa masuk.
"Assalamualaikum Bu.. pak.."
Sambil berjabat tangan, Hana langsung saja bertanya "Loh kok ada pak Arman.. ada apa ya pak? Apa ada yang salah dengan nilai - nilai saya?" Tanya Hana.
"Oh ngga ada apa - apa kok, pak Arman hanya datang silahturahmi.. katanya kemarin mau mampir tapi ngga jadi" jelas ibu menginterupsi pertanyaan Hana.
Pak Arman hanya senyum - senyum saja, senyumannya manis sekali. Senyuman itu sudah dua kali di lihat, kemarin saat mengantar pulang dan hari ini.
Hana mencoba duduk di sebelah ibu.
Sebenarnya muncul banyak pertanyaan di benak Hana.
Tapi melihat gelagat pak Arman yang sudah mau pulang, Hana mengurungkan pertanyaan nya.
Pak Arman memandang gerak - gerik Hana yang mulai tidak nyaman.
"Ngga ada apa - apa kok hana, saya hanya ingin kenal orang tua mu. Oiya Bu kalau begitu saya pamit pulang ya Bu" kata pak Arman.
Hana mulai kebingungan "kok sudah mau pulang saja, selama apa dia disini?" Tanya nya dalam hati.
"Oh iya nak silahkan, lain kali datang lagi ya.. jaga silaturahmi kita" jawab bapak Malik, bapaknya Hana.
"Hah? Nak?" Hana mengernyitkan kening nya, Hana heran dengan panggilan nak kepada pak Arman.
Ibu dan bapak terlihat sangat terbuka dan ramah atas kunjungan pak Arman.
Setelah pak Arman pergi, Hana pun langsung bertanya kepada ibu Maria " Bu.. pak Arman ngapain sih kesini?"
Ibu yang sedang membereskan minuman sisa tamu tadi menjawab "main aja, silaturahmi.." jawab ibu singkat.
"Masa cuma main.. kok aku ngga percaya ya" tanya Hana lagi.
"Halah, dari pada kamu banyak tanya, mendingan kamu bawain gelas ke dapur deh" jawab ibu yang kerepotan mengangkat gelas.
Bibir hana yang manyun melebihi tinggi hidungnya, di colek oleh bapak.
"Manyun aja, yang ikhlas bantu ibu" kata bapak.
"Wleeeee" Hana menjulurkan lidah nya ke arah bapak meledek, dan bergegas membantu ibu membereskan meja tamu.
Dalam benak Hana mulai tertimbun banyak tanya, tapi dia berusaha untuk tidak berfikir macam-macam.