Rin yang terpaksa harus merubah penampilannya saat berada disekolah barunya sebagai siswa pindahan, dikarenakan sebuah kejadian yang membuatnya tak sadarkan diri dan dirawat dirumah sakit.
Disekolah baru ini, Rin harus mengalami drama sekolah bersama primadona kelasnya serta dengan adik kelasnya. Serta rahasia dari sekolah barunya, bersama dengan identitasnya yang ingin diketahui teman-teman sekelasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheanzha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada Yang Pindah Lagi
Udara dingin perlahan-lahan mulai memudar, cahaya kebiruan telah muncul di ufuk timur menandakan sang surya akan menampakkan dirinya. Waktu memang terbilang masih pagi, tapi kesibukan telah terjadi di rumah ini.
“Om, yang lainnya kemana?” tanya Rin ke Salman yang duduk di meja makan sambil membawa surat kabar.
“Robi sudah pergi ke kantornya bersama Anton, papanya Nirmala.”
“Mama kemana Pa?” tanya Karin yang muncul di belakangnya Rin bersama dengan Nirmala.
“Mama kamu sudah pulang bersama dengan Mamanya Nirmala, diantar Mamanya Rin, sekalian ngantar Seira ke sekolah.” ujar Salman.
Mereka bertiga yang sudah mengenakan seragamnya, mengambil posisi dimeja makan bersiap untuk sarapan.
“Lalu kak Luna kemana?” tanya Rin lagi.
“Kalau Luna, dia sudah lama perginya, katanya ada sesuatu yang harus diurusnya terlebih dulu dan dia membawa Fifi bersamanya.” jawab Salman sambil menyeruput kopi hangat di tangan kanannya dan surat kabar ditangan kirinya.
“Oh gitu ya, jadi semuanya sudah pada pergi ya.”
“Ya, ayo cepat sarapannya, habis itu kita berangkat juga.”
Mereka segera menyantap sarapan mereka dan setelah itu mereka berangkat ke Akademi Roswaal bersama-sama dalam satu mobil dengan Salman yang mengantarnya.
...***...
Matahari mulai menyingsing, jalan-jalan utama mulai terisi lagi dengan kendaraan-kendaraan pribadi maupun umum. Satu per satu siswa-siswi mulai memasuki pelantaran sekolah-sekolah mereka.
Setiap ruangan kelas di Akademi Roswaal sudah di padati oleh siswa-siswinya, terutama di kelas 2-2 yang mulai diisi oleh siswanya.
“Yo, pagi semuanya.” ujar seorang cowok yang masuk ke kelas itu.
Semua anak kelas itu mengenal pasti suara itu, suara cowok yang super aktif di kelas namun untuk beberapa waktu suara itu tak terdengar di Akademi Roswaal.
“Kemana aja kamu Ar, beberapa waktu ini tidak masuk sekolah.” tutur Tomi ke Ardi yang menghilang tak berkabar.
“Ardi, maafin aku ya atas sikapku ke kamu waktu itu.” tutur Olive yang menghampiri Ardi ketika dia berjalan ke bangkunya.
“Kamu minta maaf buat apa.” tutur Ardi sambil meletakan tasnya.
“Soal kejadian waktu itu, soal sikap aku ke kamu dan juga soal ponselmu.” tutur Olive ke Ardi.
Ardi memasang muka bingung ketika mendengar perkataan dari Olive, melihat tingkah dari Ardi seisi kelas di buatnya bingung. Ardi melirik ke seisi kelas, seperti ada yang berbeda selama dia tidak ada.
“Eh tunggu sebentar, kenapa meja dikelas ini berlebih, apa ada siswa pindahan lagi ya?” tanya Ardi ke anak kelas. “Siapa orangnya?”
“Mungkin aja, soalnya baru hari ini mejanya berlebih, kemarin masih pas mejanya.” tutur Tomi, “memangnya anak surat kabar nggak dapat kabar apa?” lanjutnya.
“Anak surat kabar? Siapa? Aku!” tutur Ardi sambil menunjuk dirinya sendiri, “memangnya aku anak surat kabar ya?”
“Ardi kamu bilang apaan sih, lah kamu memang anak surat kabar, buktinya kamera di tangan kamu itu, dan juga coba cek di grup chat mu juga.” tutur Tania atas pernyataan Ardi tadi.
“Apa kamu benaran masih marah sama aku. Aku beneran minta maaf, Di.” pinta Olive ke Ardi.
“Ada apa sih dengan kalian, kalau soal kamera ini, aku memang suka photography, jadi wajar kalau aku bawa kamera dan apa sih hubungannya dengan surat kabar. Lalu kamu Olive, memangnya apa yang harus aku maafkan, oh ya kamu tadi ada bahas soal ponselku kan, memangnya ada apa dengan ponselku.” tutur Ardi sambil mengeluarkan ponselnya.
“Ardi, ponsel kamu ganti ya.” ujar Tomi.
“Oh iya, soalnya ponsel lamaku kemarin rusak.”
“Maaf ya, karena aku waktu itu ponselmu jadi rusak.” Olive meminta maaf lagi ke Ardi.
“Maksud kamu apa Liv, ponselku rusak karena aku habis kecelakaan waktu itu, seluruh isi tasku berserakan semua, jadi maksud kalau kamu yang membuat ponselku rusak apa?”
“Kamu nggak hilang ingatan, kan, habis kecelakaan itu?” tanya murid yang ada di dekat mereka.
“Nggak lah, hanya ada beberapa tulang rusukku yang patah.” tutur Ardi.
“Kalau kamu benaran nggak hilang ingatan, kenapa kamu lupa kalau kamu itu anggota dari surat kabar dan kamu juga pernah bertengkar dengan Olive.” tuturnya lagi.
“Entah aku juga nggak tahu, kata dokter sih nggak ada apa-apa dengan kepalaku.” tutur Ardi.
Tak ada terlihat kebohongan dari kata-katanya dan juga tatapan matanya.
“Ada apa sih, pagi-pagi kalian sudah ribut begini. Oh Ardi, apa kabar kamu, kenapa kamu nggak ada masuk sekolah?” ujar Karin yang baru sampai di kelasnya.
“Eh, siapa dia.” tutur Ardi ke anak kelas sambil menunjuk ke arah orang yang ada di sebelah Karin saat mereka masuk ke kelas, “dia murid barunya ya.” sambungnya.
“Karin, tumben kamu datangnya siangan, dan juga, kok bisa kamu datang barengan sama Rin, terus ada apa sih dengan kalian, tiba-tiba kemarin izin sekolah segala.” ujar Ami yang nongol entah darimana.
“Tunggu, tunggu dulu, dia Rin?” ujar Ardi sambil menunjuk ke arah Rin dengan ekspresi tak percaya di wajahnya. “Kok kalian nggak ada yang terkejut dengan penampilannya Rin.”
“Kami kemarin terkejutnya.”
Ardi segera menghampiri Rin, dia segera memotret Rin dari segala arah dengan kameranya, sambil dia bergumam, “ulat bulu sekarang sudah menjadi kupu-kupu.”
Melihat sikapnya Ardi mereka tak habis pikir kalau Ardi benar-benar melupakan semua hal.
“Oh ya Karin, kenapa kamu bisa barengan sama Rin, terus yang kemarin bagaimana ceritanya?” tanya Sonya penasaran.
“Kalau itu panjang ceritanya dan juga aku nggak bisa cerita ke kalian, bisa-bisa seisi sekolah bisa jadi gempar kalau aku cerita, jadi jangan ditanya lagi ya.” ujar Karin menjelaskan ke empat sahabat dekatnya itu.
Bel masuk berbunyi anak-anak di kelas kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Ardi menyudahi memotret Rin dan kembali ke bangkunya. Olive sekali lagi meminta maaf ke Ardi dan Ardi memaafkannya karena dia tidak mau mendengar Olive meminta maaf terus ke dia.
Pintu kelas terbuka, guru yang mengajar di kelas itu segera menuju ke mejanya. Formalitas sebelum belajar mereka lakukan, setelah itu suasana di kelas langsung pecah saat Ardi langsung bertanya ke Bu Fani, guru yang mengajar pelajaran pertama mereka. Ibu Fani segera menyuruh mereka agar tenang lalu memanggil murid baru itu agar masuk.
Seisi kelas yang mulai tenang kembali pecah dengan teriakan anak cowoknya, saat mereka mengetahui murid pindahan itu seorang cewek dengan paras dan tubuh yang ideal bagi mereka.
“Apa ....” Rin dan Karin sontak berdiri dengan tangan mereka yang menghentak meja, “kamu kenapa ada di sini.” tutur mereka berdua melihat murid baru itu.
Sikap mereka berdua sontak membuat seisi kelas penasaran dengan hubungan mereka yang tiba-tiba menjadi sangat akrab, tak terkecuali dengan Ami, Olive, Sonya dan Tania.
“Rin, Karin, kalian berdua bisa tenang nggak.” ujar ibu Fani. “Kamu segera perkenalkan diri kamu.”
“Baik Bu, perkenalkan nama saya Firia Argyle, kalian bisa memanggil saya Fifi." tutur Fifi mengenalkan diri.
“Kamu sudah ada yang punya nggak?” tanya anak cowok di kelas itu kepo.
“Aku sudah ada yang punya.” jawab Fifi santai atas penuturannya.
“Siapa dia, pasti orangnya cakep ya.” sambung anak perempuan yang ikutan juga.
“Ya, mereka memang cakep orangnya.” tutur Fifi.
“Mereka ... maksudnya?” tanya mereka bingung.
“Iya, aku miliknya Tuan Rin, Nyonya Althea dan Mala.” tutur Fifi polos.
Rin dan Karin langsung tertunduk dan menghantam meja. Anak-anak sekelas langsung melirik kearah Rin dan Karin, mereka mulai berbisik ‘Tuan, Nyonya’ itulah yang dibisikkan mereka sambil menatap ke arah mereka berdua setelah mendengar ucapan dari Fifi.
“Semuanya bisa tenang.” ucap ibu Fani, “sebelum itu Ibu mau merubah sedikit tempat duduk kalian, ini perintah dari kepala sekolah.” anak kelas langsung heboh. “Tidak semuanya Ibu rubah, Ibu mau Tara, kamu pindah ke tempat duduk yang kosong di sebelah Rin dan Rin kamu duduk di kursinya Tara tadi, dan kamu (menunjuk Fifi) duduk disebelah Rin dan Karin.” murid yang duduk di sebelah Karin langsung pindah ke tempat duduk di belakangnya.
Perubahan tempat duduk itu tambah membuat seisi kelas jadi tambah penasaran dengan hubungan antara Rin, Karin dan Fifi apalagi kepala sekolah juga ikut campur.
“Baiklah kita mulai pelajarannya.”
°
°