Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 03
Tatapan Afika tertuju pada setiap sudut dinding pagar yang di jaga oleh pria yang mengenakan pakaian serba hitam. Afika menggelengkan kepalanya, karena sejauh ini tidak ada cela sedikit pun untuk dirinya bisa kabur. Padahal Afika ingin sekali kembali ke panti asuhan dan mencari orang tua Rangga dan minta penjelasan mengenai pernikahan yang terjadi. Kenapa dirinya menikah dengan pria yang sama sekali ia tidak kenal, dan kemana perginya Rangga di hari pernikahan mereka.
"Rangga." Lirih Afika saat teringa Rangga. Pria yang akan menjadi suaminya entah kemana perginya. Apakah Rangga mencari dan mengkhawatirkan dirinya di luar sana. Atau malah sebaliknya. Tapi apapun yanh terjadi saat ini Afika benar-benar mengkhawatirkan keadaan Rangga.
Beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka dengan lebar dan dengan sangat keras, sehingga membuat Afika yang berada di dalam sana spontan membalikkan tubuhnya ke arah pintu karena merasa kaget. Afika dapat melihat dengan jelas Nadi masuk ke dalam kamar dengan wajah yang datar.
"Ada apa? Kenapa kau masuk?" Tanya Afika dengan suara tinggi namun bergetar karena mesara sedikit takut melihat ekspresi wajah Nadi. Tanpa banyak kata, Nadi langsung menarik Afika membawa Afika keluar dari kamar. Afika teriak kerena sakit di pergelangan tangannya yang di tarik paksa, namun sekencang apa pun Afika teriak, tak ada satupun orang yang akan membantunya. Kini Afika hanya bisa berpasrah dan menyerahkan semuanya pada yang Maha Kuasa.
Sreettttt... Tubuh Afika di hempaskan di pinggiran kolam di mana kini ada Adrian yang duduk di kursi dengan kaki yang menyilang. Perlahan Afika mendongakkan kepalanya melihat Adrian yang saat ini berada di hadapannya. Adrian tersenyum devil melihat wajah ketakutan dari mainan barunya.
"Apa mau mu? Kenapa kau memperlakukan ku seperti ini? Kau manusia atau hewan?" Tanya Afika dengan suara lantang.
'Hahahahahahaah' Adrian tertawa dengan sangat keras, membuat Afika menatap jengah pada pria yang saat ini berada di hadapannya. Pria yang sudah resmi menjadi suaminya secara hukum dan agama.
"Kau tahu apa mauku?" Tanya Adrian lalu menyesap minumannya. "Aku ingin membuat mu hidup seperti di dalam neraka. Aku ingin membuat mu hidup menderita sampai kau memohon untuk menghilangkan nyawamu sendiri." Kata Adrian sambil memutar-mutar gelas minumannya.
Afika langsung berdiri dan merampas gelas yang di genggam oleh Adrian. Dan dengan sangat beraninya Afika menyiram minuman tepat di wajah Adrian.
"Kau!!" Teriak Adrian dengan sangat tajam dan keras. Lalu tangan kanan Adrian mencengkram kedua pipi Afika dengan sangat keras, sehingga membuat Afika merasakan sakit.
"Le-lepaskan." Kata Afika dengan nada yang terputus-putus.
"Berani sekali kau!" Kata Adrian dengan membulatkan matanya menatap Afika. Tatapan Adrian seakan ingin memangsa Afika.
Karena tak kunjung berhenti mencengkram pipi Afika, kini Afika mulai merasa semakin sakit. Afika berusaha melepaskan tangan Adrian namun sangat sulit yang ada Adrian semakin mencengkram dengan sangat keras, hingga spontan Afika memukul kepala Adrian dengan gelas yang tadi berisikan minuman yang di siram di wajah Adrian, hingga membuat Adrian oleh dan mundur satu langkah. Kepala Adrian langsung mengeluarkan darah segar. Adrian yang melihat darah tersebut membuat amarahnya semakin memuncak
"Maaf, maafkan aku. Aku tidak sengaja. Maaf." Kata Afika yang panik melihat darah, numun bukannya memberikan maaf, Adrian justru mencekik leher Afika dengan sangat keras.
"Berani sekali kau!" Kata Adrian dengan tatapan yang tajam.
"Maaa...." Afika tidak dapat melanjutkan perkataannya karena merasa sakit di tenggorokannya.
Sungguh kejadian apa ini, sepagi ini harus mendapatkan siksaan yang tak henti-hentinya dari pria ini. Afika meneteskan air matanya. Dengan tatapan memohon menatap Adrian agar tangan Adrian terlepas dari lehernya. Hingga beberapa saat kemudian Adrian melepas tangannya, dan membuat Afika terlemas dan terduduk di lantai, dengan keadaan yang batuk-batuk.
Adrian pergi meninggalkan Afika yang saat ini sedang berusaha menghirup oksigen agar dirinya bisa baik-baik saja.
"Apa salahku? Kenapa kau tega." Lirih Afika, membuat Adrian yang mendengar menghentikan langkah kakinya.
"Bunuh saja aku. Bunuh aku jika itu bisa membuat mu bahagia." Kata Afika dengan air mata yang menetes membasahi pipi mulusnya. Adrian tidak menggubris ucapan Afika, dia terus melanjutkan langkahnya masuk ke dalam mension megahnya.
•••
Malam harinya, Afika berbaring di atas tempat tidur dengan menghadap ke samping membelakangi pintu kamar, dan saat mata Afika sudah mulai terpejam tiba-tiba pintu kamar kembali terbuka dengan sangat keras. Afika tidak ingin menoleh sedikit pun karena tahu, pasti yang masuk adalah Nadi, orang yang di tugaskan untuk menjaga dirinya lebih tepat untuk mengawasi dirinya agar tidak bisa kabur dari penjara yang di buat oleh Adrian. Namun, pikiran Afika salah, ternyata yang masuk adalah bi Sri. Bi Sri masuk membawa makan malam dan di letakkan di atas meja.
"Makanlah, dari kemarin kau belum makan sama sekali. Makanlah, karena kau butuh energi untuk bertahan hidup." Kata Bi Sri sambil berjalan keluar, namun langkah bi Sri terhenti kala Afika berkata.
"Bukannya dia ingin membunuhku? Lalu kenapa dia memberikan makanan untukku? Bukan kah dia bahagia jika melihat ku tidak bernyawa?"
Bi Sri tidak menjawab ia langsung keluar dari dalam kamar dan kembali menutup pintu.
Sedangkan Afika yang berada di dalam sana. Ia hanya melihat makanan itu dari atas tempat tidur dan tak sedikit pun niat nya untuk menyentuh makanan yang telah di bawah oleh bi Sri.
"Bukan kah mati lebih baik dari pada hidup di neraka ini." Gumam Afika lalu menutup matanya melupakan sakit perut akibat menahan lapar semenjak kemarin.
salah tulis nama