NovelToon NovelToon
Gadis Bar-bar Dilamar Ustad

Gadis Bar-bar Dilamar Ustad

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:31.3k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

kisah cinta seorang gadis bar-bar yang dilamar seorang ustadz. Masa lalu yang perlahan terkuak dan mengoyak segalanya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 28

"A-ada apa, umi?" Adiba berdiri gemetar di ruang tamu, pikirannya udah melayang jauh kemana-mana.

Nyai Atiyah tersenyum mencoba tetap tenang. Ia tak ingin membuat Adiba semakin cemas, apalagi ia melihat wajah pucat menantunya, matanya terlihat sayu dan khawatir. Nyai Atiyah membuka mulutnya hendak berucap, tapi seseorang tampak bertamu sore ini.

"Nyai, nyai!"

Nyai Atiyah melangkah keluar, di depan tampak orang tua Novi dengan wajah pucat dan gelisah.

"Wa'alaikum salam, ada apa apa Bu Yuni?"

"Nyai, saya dengar Novi dan mas Satria terjebak di desa Wukirsari."

Adiba yang menang sedari tadi merasa cemas dan tak tenang tiba-tiba ambruk begitu saja.

"Novi anakku... masih bersama ustadz Satria di desa terisolir itu," gumam Bu Yuni lirih, suaranya bergetar.

"Insya Allah semua baik-baik saja, Bu. Kita yang tenang, serahkan pada yang kuasa. Kita berdoa di sini bareng-bareng ya?" Nyai Atiyah berusaha menenangkan. "Lagi pula, belum ada kabar pasti tentang mereka, jangan terlalu gegabah mengambil kesimpulan sendiri. Semua pasti baik-baik saja. Insya Allah."

Setelah orang tua Novi tenang dan pulang, Nyai Atiyah melangkah masuk, melihat Adiba yang meringkuk di ruang tengah. Ia mendekat memegang bahu Adiba dengan lembut. "Sabar, Nak. Kita harus tenang dan berdoa," ucap Nyai Atiyah, mencoba menenangkan.

Adiba menatap Nyai Atiyah, matanya berkaca-kaca. "Tapi, Umi... Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada mas Satria?"

"Satria pasti baik-baik saja, Umi ibunya, perasaan ibu selalu kuat pada anaknya. Umi yakin satria baik-baik saja," ungkap nyai Atiyah.

"Mbak Novi, mas Satria sama mbak Novi, umi...Diba takut ada yang terjadi..." suaranya tercekat, tak mampu menyembunyikan rasa cemburu dan ketakutannya.

Nyai Atiyah menghela napas, matanya juga menunjukkan kecemasan. "Umi mengerti perasaanmu, Adiba. Tapi kita harus percaya pada Satria dan Novi. Mereka orang berilmu, mereka cukup tahu batasan. Jangan berburuk sangka begitu."

Adiba mengangguk, meski hatinya masih dilanda kegelisahan. "Adiba ingin ke sana, Umi. Diba harus memastikan semuanya baik-baik saja."

Nyai Atiyah menggenggam tangan Adiba, "Umi tahu kamu khawatir, tapi saat ini akses jalan masih terblokir. Kita harus sabar dan menunggu kabar selanjutnya. Berdoalah, semoga mereka selamat dan segera bisa kembali."

Adiba menundukkan kepala, mengusap air mata yang mulai jatuh.

"Pikirkan juga bagaimana Faraaz jika kamu pergi. Kasihan dia. Abi dan umi-nya tidak ada."

Ucapan Nyai Atiyah membesarkan hati Adiba yang gelisah. Benar, ada Faraaz yang harus ia jaga di sini. Ia tak boleh bertindak egois dengan mengikuti ego-nya.

"Baik, Umi. Diba akan berdoa. Semoga Alloh melindungi mereka berdua," ucapnya, mencoba menguatkan hatinya yang rapuh.

Nyai Atiyah tersenyum mengusap kepala Adiba yang tertutup jilbab bergo hitam itu. "Biar pikirannya teralih, ayo ikut umi ke kajian saja."

****

Malam harinya, Adiba terus menggenggam gawainya dengan perasaan gelisah. Ia terus dilanda perasaan tak tenang. Pikirannya terus tertuju pada sang suami yang belum ada kabar. Ia duduk di bibir ranjang, menatap Faraaz yang sudah pulas. Hanya di samping bocah ini saja Adiba merasa tenang.

"Abimu belum kembali, Raz. Semoga dia baik-baik saja dan segera kembali pada kita." Adiba berucap lirih.

Tiba-tiba saja gawainya bergetar. Lekas ia melihat layar siapa yang manggil. "Nomor siapa ini?" gumamnya, lalu menggeser tombol hijau.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam warahmatullahi wa barokatuh." Suara sahutan dari sana terdengar lirih namun berhasil menggetarkan hati Adiba.

"Mas Satria!"

"Iya, Diba. Maaf mas baru hubungi kamu sekarang. Ini nomor milik pak lurah di sini. Aku hanya hapal nomormu dan nomor Abi. Jadi, hanya kalian yang mas hubungi."

Adiba tak bicara, tak merespon suaminya dengan banyak bertanya, ia tunggu saja Satria memberi kabar, ia tau suaminya yang paling tau apa keresahan hatinya.

"Di sini susah sinyal, kemarin memang ada longsor di daerah dusun ini, kebetulan aku dan beberapa team yang lain lagi di sana. Keadaan sangat kacau, dan handphone mas rusak terendam air dan lumpur pas kasih pertolongan."

Hening sejenak, Satria pun menunggu Adiba bertanya. Namun, istrinya itu tak mengeluarkan sepatah katapun.

"Kamu baik-baik saja kan, di sana?" tanya pria itu lirih.

"Diba mencemaskan mas Satria."

"Mas baik-baik aja, Diba. Besok kemungkinan mas sudahh pulang bersama rombongan. Longsor di sini sudah diatasi dan tugas kami di sini susah selesai."

Hening lagi, gundah di hati Adiba masih melanda, ia menggigit bibirnya sebelum akhirnya bertanya.

"Mas..."

"Heemm?"

"Mbak Novi...."

"Dia baik-baik saja."

"Aku dengar mbak Novi terjebak bersamamu di desa terisolir itu."

"Diba... Apa kamu percaya sama mas?"

Adiba mengangguk, hal bodoh yang jelas Satria tak tau.

"Kamu percaya sama mas?" ulang Satria lagi.

"Diba percaya."

"Alhamdulillah, kami memang terjebak di desa terisolir, tapi, di sana kami tidak sendiri. Ada dua keluarga yang ikut terjebak di sana juga," jelas Satria yang perlahan mengerti kegundahan hati istrinya.

"Mas... Diba... Ucapan Diba waktu itu masih berlaku. Diba, tidak mau ada yang wanita lain apapun alasannya."

****

Hari berikutnya, Satria benar-benar pulang dengan para rombongan. Satria langsung menyalami kiyai Rouf ayahnya, dan Nyai Atiyah ibunya. Satria mengacak rambut Faraz, berjongkok dan langsung memeluk.

"Abi, kok lama banget sih?" protes anak itu cemberut.

"Maaf ya, kalau Abi lama, ada tanah longsor, Raz. Jadi tertahan di sana," jelas Satria tersenyum. Lalu berdiri saat pandangan matanya beradu dengan Adiba yang hanya diam.

"Ini baju kotor mas?" tanya Adiba mengambil tas dari tangan Satria.

"Iya, nggak sempat nyuci." Satria terkekeh.

"Biar Diba bawa ke belakang dulu." Adiba melangkah masuk, dengan membawa serta perasaan yang ia tak bisa jabarkan. Rasanya, semua bercampur begitu saja. Rindu, marah, bersyukur, bercampur di dalam dadanya.

Adiba melangkah, masih dapat ia dengar suara Satria yang sedang bercanda dengan Faraaz dan berbincang dengan kiai Rauf dan sedikit suara Nyai Atiyah. Ia berharap Satria menyusulnya. Tapi, itu hanya harapan.

"Adiba, dunianya bukan hanya seputar kamu saja. Masih ada umi, Abi, dan Faraaz. Jangan egois," gumam Adiba memasukan baju-baju kotor satria ke dalam mesin cuci.

Tiba-tiba saja ia merasakan sebuah tangan menyusup diantara lengannya memeluk dari belakang tubuhnya dengan erat, membuat gerakan tangannya memasukan baju terhenti.

Satria menghirup dalam-dalam aroma tubuh istrinya yang sangat ia rindui. Lama menikmati aroma tubuhnya dalam diam, dalam dekapannya. Adiba tak bergerak, seperti patung. Merasa kaget didekap saat hatinya sedang seperti ini.

"Aku kangen." Lirih suara Satria berbisik di telinga Adiba. Adiba menggerakkan kepalanya, menoleh. "Boleh cium?"

"Boleh..."

Dalam sekejap, kedua bibir itu beradu, saling mengobati kerinduan yang mencabik diri.

"Abi!"

Suara panggilan Faraz di kejauhan membuat mereka menahan diri.

"Abi di sumur!" seru Satria melepas pelukannya.

Tak lama Faraz muncul, menatap dengan mata polosnya.

"Umi cantik di sini juga?"

"Umi lagi ngurusin baju kotornya, Abi, Raz."

"Oh, Abi mau bantu?" Faraaz mendekat.

"Iya, Faraz juga mau bantu?" tanya Satria balik.

Adiba tersenyum, "Nggak usah, ini udah mau selesai kok," tolaknya seraya memasukan baju Satria yang terakhir. Lalu menutup mesin cuci dan memutar mesinnya, "udah, nih."

"Abi, Umi, ayok ke depan!" Ajak Faraz menarik tangan keduanya.

1
yuning
end kah?
Cinta_manis: dua atau 3 bab lagi ka🥰
total 1 replies
Tami Tami
semoga adiba dan faras selamat, selamatkanlah mereka kakak authour jangan pisahkan adiba dan faras kasihan satria
yuning
semoga Faaz dan Adiba tidak terpisah y
yuning
🌷
yuning
semoga Diba cepat dikaruniai momongan
Tami Tami
lebih iklas &sabar lagi adiba serta berdo'a semoga segera hamil
yuning
semoga Diba segera dapat momongan
Tami Tami
Alkhmdullilah satria dan santri selamat ,bencana yang membawa berkah bhai adiba, satria mengungkapkan isi hatinya pd adiba
Cinta_manis: tambah sedikit konflik baru ya😁
total 1 replies
yuning
mereka telah terhubung
Cinta_manis: benar🥰
total 1 replies
yuning
😭😭😭😭😭
Tami Tami
semoga satria selamat beserta para santri
yuning
semoga semua baik baik saja
Tami Tami
semoga tidak ada apa2 semuanya dalam keadaan baik2 saja
yuning
hati hati mas 😁
Tami Tami
semoga bahagia slalu amiin
yuning
makin sweet 😍
yuning
boleh banget,mas 😁
yuning
eleng nov, tobat
yuning: semangat semangat
Cinta_manis: gas ka😆 triple update hari ini💪
total 2 replies
Tami Tami
yang kuat adiba lebih sabar lagi perjuangkan hakmu satria dan faras milikmu
Cinta_manis: nah, betul
total 1 replies
yuning
jangan begitu Diba, Kamu harus jaga anak dan suamimu, pertahankan milikmu
Cinta_manis: harusnya ya begitu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!