Broken Queen

Sedangkan itu di Kekaisaran Riyue, serangan dari para makhluk aneh telah dimulai sejak awal musim gugur. Nampak jauh berbeda dari beberapa tahun sebelumnya, dimana para warga akan bersembunyi di dalam gua.

“Tuan, pelindung ini sungguh luar biasa. Tak ada binatang buas yang berani masuk ke wilayah ini, bahkan para makhluk aneh itu sendiri tak dapat masuk.” Ucap seorang warga pada Count Kutra yang kini merasa sangat berterimakasih pada Permaisuri.

“Benar, ini berkat kebaikan hati Yang Mulia Permaisuri. Suatu hari kita tak boleh melupakan semua jasa yang beliau berikan pada kita.” Ucap Count Kutra dengan senyuman tuanya.

Sedangkan itu di Istana Kekaisaran Riyue, para menteri banyak orang yang kini merasa cemas, para monster aneh kini telah mulai memasuki ibu kota Kekaisaran. Namun sang Kaisar tampak belum melakukan tindakan apapun.

“Ada apa mereka?” Tanya Glory pada Aslan memperhatikan para Menteri yang tampak sangat kecewa setelah rapat disenggarakan.

“Mungkin mereka mendapatkan ketidakpuasan, dengan harapan mereka.” jawab Aslan tak ambil pusing, sedangkan Nana yang kini sudah terbiasa dengan percakapan antara Permaisuri dan tukang kebun tersebut hanya dapat tersenyum lembut.

Nana tak pernah menyangka akan mendapatkan sosok majikan yang begitu baik, bahkan Permaisuri tak pernah membuat dirinya dalam kesulitan selama berada di Istana tersebut.

“Nana, tolong ambilkan saya daun teh dari dapur.” Ucap Glory pada pelayannya, Nana menunduk dan masuk ke dalam istana untuk melakukan perintah yang diberikan oleh sang majikan.

“Aku ingin memberikan sedikit tugas untuk anda, tolong anda ke wilayah Utara dan temukan Kaelus.” Ucap Glory, dadanya kala itu bergetar cukup kuat. Entah mengapa, dia seolah telah merasa bila Kaelus telah berada di dekatnya.

“Bagaimana dengan anda?” Tanya Aslan yang merasa cemas, Glory mengangguk meyakinkan.

“Saya tahu apa rencana mereka, keberadaan anda dan Nana disini hanya akan menghambat apa yang ingin saya lakukan, Paman. Tolong bawa juga Nana bersama anda,” Pinta lagi Glory, Aslan tertegun menatap sorot mata Glory yang penuh dengan keyakinan itu.

“Baiklah bila itu yang anda inginkan, saya akan pergi ke wilayah Utara dan menemukan Kaelus dengan cepat.” Ucap Aslan meyakinkan, Glory mengangguk dan tak lama kemudian Nana kembali membawakan daun teh yang di pesan oleh Glory.

“Nana, saya ingin anda menemani Aslan ke wilayah Utara.” Ucap Glory memasukan teh yang di bawa Nana ke dalam teko dan memasaknya Dengan begitu hati-hati.

“K-ke wilayah Utara?” Gugup Nana, memang tidak menjadi rahasia lagi bilamana di wilayah Utara terdapat monster dan makhluk aneh yang kabarnya nampak begitu mengerikan.

“Anda tak perlu takut Nana, aku yakin bila Asaln pasti akan melindungi mu.” Glory meyakinkan, Nana yang sudah mendapatkan perintah dari majikannya tak dapat membantah atau menolak.

“Adakah hal yang anda inginkan Yang Mulia?” Tanya Nana, Glory mengangguk.

“Carilah Kaelus Altair secepatnya.” Ucap Glory dengan sangat hati-hati.

“T-tuan Duke?” Cicit Nana, Glory menjawab dengan anggukan.

“Aku yakin bila Aslan pasti dapat melindungi mu, dan segeralah kembali bila kalian sudah melaksanakan tugas kalian.” Ucap Glory, Nana mengangguk patuh.

Pada akhirnya malam itu Aslan dan Nana mulai berkemas, Glory menyerahkan beberapa emas dan benda sihir sebagai bekal untuk Nana. Sedangkan untuk Aslan, dia tak memberikan apapun kecuali doa. Karena kemampuan Aslan sudah tak perlu diragukan lagi.

Waktu dini hari tiba, keduanya berangkat dan diantarkan oleh Glory sampai depan gerbang Istana, hal itu dilakukan untuk mengurangi kecurigaan para pengawal Istana. Karena kini di tas mereka membawa banyak barang berharga.

Bila mereka di geledah, mungkin mereka akan dalam masalah besar. Oleh sebab itu Glory sendiri yang mengantarkan mereka sampai gerbang Istana.

“Berhati-hatilah,” Ucap Glory tersenyum kepada keduanya, para Penjaga gerbang Istana menunduk melihat Glory dan membiarkan Aslan dan Nana pergi begitu saja.

“Maaf Baginda, namun saya hanya ingin mengerjakan tugas saya sebagai pengawal Istana. Atas keperluan apa kedua orang yang bekerja pada anda itu keluar Istana?” Tanya penjaga itu, dia memang hanya sekedar mengerjakan tugasnya untuk membentuk laporan keluar masuknya tamu Istana.

“Mereka akan menikah, bukankah imut sekali mereka ini?” Kekeh Glory, para pengawal Istana mengangguk faham dan membiarkan mereka keluar dengan sangat mudah.

‘Sekarang, aku hanya tinggal menunggu rencana besar yang tengah mereka rencanakan.’ Ucap Glory dalam hati, dia sudah cukup bersiap dalam berbagai hal kali ini.

Dia akan membuat onar dan menghancurkan siapapun yang menghalanginya, mewakili Kaelus untuk balas dendam dan membuat Kekaisaran Riyue berada di tangan yang semestinya.

‘Berani sekali mereka merencanakan hal licik seperti itu padaku, mereka melakukan kesalahan bila harus mencari masalah denganku.’ Glory kembali masuk ke Istana Kekaisaran dan masuk ke Istananya, benar saja apa yang dipikirkan Glory.

Kaisar nyatanya mengetahui bila tukang kebun di Istananya bukanlah orang biasa, kini di hadapan Glory tampak sang Kaisar yang selama pernikahan mereka tak pernah mendatanginya sekalipun.

“Salam kepada yang mulia Kaisar, adakah sesuatu yang membawa anda sampai hadir di tempat saya ini?” Tanya Glory dengan senyuman yang tampak begitu berwibawa.

“Apa perlu sebuah alasan khusus, suami mendatangi istrinya sendiri?” Tanya Kaisar, Glory sebisa mungkin menyembunyikan wajah kesalnya.

“Saya tak berani menyangkal kebenaran tersebut Yang Mulia,” Glory mempersilakan Kaisar bertamu ke dalam Istananya hingga dapat berhadapan.

‘Aku tak menyangka, bila gadis buruk rupa yang sering dirumorkan itu ternyata seorang wanita jelita.’ Gumam Alfaso dalam hati, sebagai seorang pria dia merasa bergetar melihat wajah cantik Glory.

“Saya datang kemari untuk menyerahkan seluruh hak anda selama ini, saya sudah berusaha menyusunnya ulang.” Ucap Alfaso menyerahkan berkas yang dibawa oleh bawahannya, dengan sekali lambaian tangan. Bawahan Alfaso itu meletakan berkas dan data keuangan Istana.

“Apa saya juga memiliki hak mengatur ulang tempat tinggal, di Istana?” Tanya Glory menatap ke arah kertas itu dengan sudut matanya tanpa menyentuhnya.

“Tentu saja, anda memiliki hak itu kecuali orang di Istana ku.” Ucap Alfaso, memperingatkan Glory bila Glory tak boleh menyentuh wanitanya sama sekali yaitu Krisan.

“Saya tak pernah berminat untuk mengganggu tamu anda Yang Mulia.” Ucap Glory menampar kembali ucapan Alfaso, bilamana seorang tamu tak berhak untuk di akui sebagai orang dalam Istana.

“Anda begitu cerdas rupanya, namun bila anda menggunakan kecerdasan anda dengan benar. Anda pasti tahu apa yang seharusnya dan tidak seharusnya anda katakan.” Alfaso tentu saja merasa tersindir dengan ucapan Glory tersebut.

“Saya sudah melakukan itu dengan cukup baik, adakah kesalahan dari ucapan saya Yang Mulia? Tanpa status yang jelas seseorang tak akan berhak di akui sebagai penghuni Istana.” Ucap Glory kian menegaskan kata-katanya, bukan lagi dalam bentuk sindiran.

“Anda melakukan kesalahan dengan mengatakan itu Permaisuri, dia lebih berharga dari apapun!” Tegas Alfaso merasa sangat tersindir.

“Syukurlah, karena saya yakin kedepannya anda juga akan menyerahkan tahta anda pada anak haram dari wanita itu bukan? Entah saya yang salah atau tidak, namun menurut apa yang saya pelajari selama di sini, seorang rakyat jelata yang memiliki anak dari Kaisar, tak akan pernah mendapatkan berkah dari tahta yang dia miliki.” Mata Alfaso terbelalak mendengar ucapan tegas dan penuh arti dari Glory.

Anak haram yang di maksud Glory tentu saja bukan hanya anak yang ada dalam kandungan Krisan, melainkan Alfaso itu sendiri. Meski Ibu Alfaso adalah seorang bangsawan, namun gelar itu tidak resmi dan darahnya bukan keturunan darah biru seperti para Bangsawan lainnya.