Demi biaya pengobatan sang ibu membuat seorang gadis bernama Eliana Bowie mengambil jalan nekad menjadi wanita bayaran yang mengharuskan dirinya melahirkan pewaris untuk seorang pria yang berkuasa.
Morgan Barnes, seorang mafia kejam di Prancis, tidak pernah menginginkan pernikahan namun dia menginginkan seorang pewaris sehingga dia mencari seorang gadis yang masih suci untuk melahirkan anaknya.
Tanpa pikir panjang Eliana menyetujui tawaran yang dia dapat, setiap malam dia harus melayani seorang pria yang tidak boleh dia tahu nama dan juga rupanya sampai akhirnya dia mengandung dua anak kembar namun siapa yang menduga, setelah dia melahirkan, kedua bayinya hilang dan Eliana ditinggal sendirian di rumah sakit dengan selembar cek. Kematian ibunya membuat Eliana pergi untuk menepati janjinya pada sang ibu lalu kembali lagi setelah tiga tahun untuk mencari anak kembar yang dia lahirkan. Apakah Eliana akan menemukan kedua anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Kembar Yang Cerdik
Pagi yang sangat damai, tidak terdengar suara teriakan Edwin dan Elvin. Kehidupan seperti itu sudah lama tidak Morgan rasakan. Semenjak dia memiliki kedua putra, dia tidak pernah merasakan pagi yang damai lagi. Morgan membuka matanya, benar-benar pagi yang damai. Apa kedua putranya tidak berisik karena takut dengan ancamannya dan menjadi anak yang patuh? Jika demikian itu sangatlah bagus.
Morgan duduk di atas ranjang, celaka. Akibat terlalu marah karena kenakalan kedua putranya, dia lupa jika Edwin dan Elvin belum makan malam dan membiarkan mereka tidur sebelum makan. Morgan segera beranjak dengan terburu-buru, dia ingin melihat keadaan Edwin dan Elvin.
Suara putranya benar-benar tidak dia terdengar sama sekali saat dia keluar. Morgan melangkah dengan cepat menuju kamar kedua putranya. Pagi yang sunyi, tidak biasanya pagi begitu sunyi seperti itu.
"Edwin, Elvin, apa kalian sudah bangun?" pintu kamar dibuka, Morgan melangkah masuk ke dalam kamar kedua putranya.
Selimut dibuka karena Morgan mengira kedua putranya masih tidur namun yang dia dapatkan hanya dua bantal saja yang sengaja disimpan oleh Edwin dan Elvin.
"Edwin, Elvin," Morgan melangkah menuju kamar mandi, mungkin kedua putranya takut sehingga bersembunyi di sana tapi dia juga tidak menemukan keberadaan si kembar di dalam kamar mandi.
"Boys, jangan sembunyi. Daddy hanya bercanda saja dan tidak akan membawa kalian ke rumah Uncle Peter!" pintu lemari dibuka, di mana biasanya kedua putranya bersembunyi.
Morgan berlari keluar, karena si kembar tidak ada di mana pun. Dia berlari menuju dapur namun kedua putranya juga tidak ada di sana.
"Ke mana Edwin dan Elvin?!" Morgan beteriak, suaranya bahkan memenuhi ruangan.
Dua orang pelayan menghampirinya dengan terburu-buru, mereka tampak menunduk dan terlihat takut.
"Ke mana Edwin dan Elvin?" tanya Morgan lagi.
"Mereka sudah pergi ke sekolah, Tuan," jawab salah satu pelayan itu.
"Apa? Kenapa begitu cepat? Kenapa tidak ada yang mengatakan hal ini padaku?" teriaknya marah.
"Maaf, Tuan. Tidak ada yang mengatakan hal ini jadi kami tidak tahu jika mereka harus pergi lebih pagi. Kami sudah meminta Tuan Muda untuk mengabari anda tapi mereka berkata tidak perlu dan pergi dengan supir."
Morgan mengusap wajah, sial. Dia lupa jika kedua babysitter putranya sudah berhenti. Tapi kenapa Edwin dan Elvin tidak mau mengatakan hal ini padanya? Apa Edwin dan Elvin kecewa padanya karena apa yang mereka inginkan tidak mereka dapatkan ataukah Edwin dan Elvin takut dengan ancaman yang dia berikan sehingga mereka pergi sendiri dan bersikap menjadi anak baik agar dia tidak jadi mengirim mereka ke rumah Peter?
"Lain kali jangan biarkan mereka pergi tanpa aku!" ucapnya seraya melangkah pergi. Nanti siang dia akan menjemput mereka ke sekolah dan berbicara dengan mereka. Mungkin saja kelakuan nakal mereka akan berubah setelah ancaman yang dia berikan.
Morgan tidak curiga sama sekali, dia mandi, sarapan dan pergi ke kantor. Dia tidak tahu jika kedua putranya saat ini tidak berada di sekolah. Edwin dan Elvin mengelabui para pelayan dan supir pribadi yang mengantar mereka ke sekolah. Mereka memang pergi ke sekolah dan masuk ke dalam sekolah sebentar agar sang supir tidak curiga tapi ketika supir yang mengantar mereka sudah pergi, Edwin dan Elvin langsung melarikan diri.
Mereka sedang menyelusuri trotoar sambil berpegangan tangan. Terkadang mereka juga bercanda. Ini kali pertama Edwin dan Elvin berada di luar seperti itu, mereka tidak memiliki tujuan arah namun mereka terlihat senang-senang saja.
"Kakak, aku haus," ucap Elvin.
"Aku juga, ayo kita ke McDonald's" ajak kakaknya.
"Apa Daddy sedang mencari kita sekarang, Kak?"
"Tidak tahu, kita tidak akan pulang sebelum menemukan keberadaan Mommy!"
"Kita mau cari ke mana?" sungguh mereka tidak tahu harus cari ke mana.
"Nanti kita pasti ketemu, ayo," Edwin memegangi tangan adiknya dengan erat, mereka berdua sedang berdiri di Zebra Cross karena mereka akan menyeberangi jalan untuk pergi ke Mcdonald yang ada di seberang sana . Mereka mengikuti orang-orang yang menyeberang jalan sehingga tidak ada yang curiga karena yang mereka ikuti adalah wanita sehingga orang-orang yang melihat mengira mereka mengikuti ibu mereka.
Setelah tiba di restoran fastfood, Edwin pergi memesan makanan sambil membawa uang seratus dolar yang mereka ambil dari dalam dompet ayah mereka. Elvin menunggu kakaknya, dia duduk bersama dengan dua pasangan yang sedang mengobrol untuk mengelabui orang-orang. Walau kedua pasangan itu terkejut namun Elvin mengajak mereka berbincang sehingga mereka tidak curiga.
"Hei, kids. Apa kau datang sendiri?" tanya pelayan restoran karena Edwin sendirian. Bisa jadi anak itu tersesat atau tertinggal oleh kedua orangtuanya.
"Tidak, aku datang dengan kedua orangtuaku dan adikku," Edwin menunduk ke arah adiknya yang sedang berbicara dengan pasangan yang tidak mereka kenal. Untuk tujuan itulah Elvin duduk di antara dua pasangan itu.
"Oh, jadi apa yang kau inginkan?" pelayan restoran itu pun percaya.
"Dua potong ayam goreng, dua burger dengan daging yang tebal untuk dibawa pulang dan dua gelas cola juga dua kotak susu," Edwin memberikan uangnya setelah memesan.
Sang pelayan yang tidak curiga telah dikelabui oleh Edwin yang cerdik melayaninya dengan baik. Edwin membawa makanannya ke meja lain yang tidak jauh dari dua pasangan yang sedang bebicara dengan adiknya agar pelayan tadi tidak curiga.
"Bye Aunty, Bye Uncle. Aku mau makan dulu," ucap Elvin seraya melambai pada dua pasangan yang dia ajak bicara.
Elvin berlari menghampiri kakaknya yang sedang sibuk memasukkan burger yang dibungkus dan dua kotak susu ke dalam tas karena itu adalah bekal mereka untuk mereka nikmati saat mereka lapar dan haus di perjalanan.
"Setelah ini kita mau ke mana, Kak?"
"Ayo cepat makan, setelah ini kita pergi naik kereta."
Elvin mengangguk, entah ke mana mereka akan pergi yang pasti mereka akan berpetualang untuk mencari keberadaan ibu mereka.
Ayam goreng pun dinikmati sampai habis, cola yang mereka beli pun sudah habis. Setelah membersihkan meja, Edwin menggandeng tangan adiknya. Mereka naik bus untuk tiba di stasiun lalu mereka naik kereta meninggalkan tempat itu. Edwin dan Elvin mengelabui orang-orang dengan kecerdikan mereka.
Mereka selalu mengikuti orang dewasa agar tidak dicurigai. Mereka bahkan meminta bantuan seseorang untuk membelikan mereka tiket kereta dengan memberi imbalan. Kedua anak itu pergi melakukan petualangan mereka, sedangkan saat itu ayah mereka sudah berada di sekolah untuk menjemput mereka berdua.
Morgan datang lebih cepat, dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kedua putranya. Walau mereka begitu nakal, namun mereka adalah segalanya baginya.
Selama menunggu, Morgan berbicara dengan Camella yang menghubunginya secara tiba-tiba. Tentu saja Camella ingin hubungan mereka semakin dekat meskipun dia tahu, Morgan tidak pernah menginginkan pernikahan.
"Morgan, bagaimana jika aku datang ke rumahmu untuk makan siang dengan kedua putramu?" tanya Camella. Dia tahu untuk mendapatkan apa yang dia mau, dia harus mendapatkan hati kedua anak itu terlebih dahulu.
"Datanglah, aku rasa Edwin dan Elvin sudah bisa menerima dirimu," ucap Morgan. Dia mengira demikian karena dia yakin kedua putranya bisa menerima kekasihnya itu karena ancaman yang dia berikan.
"Benarkah?" Camella terdengar sangat senang.
"Hm, datang saja!" tatapan matanya tidak lepas dari anak-anak yang sudah keluar dari sekolah. Morgan mencari keberadaan kedua putranya dari anak-anak itu tapi dia tidak melihat keberadaan mereka.
Morgan keluar dari mobilnya dan mengakhiri percakapannya dengan sang kekasih. Kini dia terlihat serius, kedua putranya tidak terlihat padahal anak-anak sudah keluar semua. Morgan berlari, menghampiri seorang guru yang masih melambai pada anak-anak yang hendak pulang. Firasat buruk, dia merasa kedua putranya tidak datang ke sekolah.
"Permisi, apa Edwin dan Elvin datang ke sekolah?" tanya Morgan pada sang guru yang hendak masuk ke dalam.
"Maaf, Tuan. Tadi mereka datang tapi teman-temannya berkata mereka ijin pulang dengan alasan sakit perut."
Morgan terkejut, apa Edwin dan Elvin sakit perut karena tidak makan semalam? Setelah mengucapkan terima kasih, Morgan berlari menuju mobilnya dan pulang ke rumah. Selama ini kedua putranya memang jarang mengeluh sakit, rasa khawatir memenuhi hati. Seharusnya dia lebih memperhatikan kedua putranya.
"Edwin, Elvin!" Morgan berteriak memanggil setelah tiba di rumah.
"Tuan, Tuan Muda belum pulang!" ucap pelayannya.
"Apa?" Morgan terkejut. Belum pulang, lalu ke mana mereka? Morgan berlari ke dalam kamar, panik. Ke mana Edwin dan Elvin saat ini? Dia bahkan memeriksa lemari, semua utuh. Ke mana mereka berdua?