Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman(2).
Yin Mue terkejut mendengar pengakuan anaknya, Pangeran Kesembilan, Luo Yan, yang menegaskan bahwa dirinya memiliki tubuh dewa naga.
Di dunia persilatan, seseorang dengan tubuh dewa dipastikan akan menjadi figur yang besar di masa depan—bahkan mampu menentukan nasib dunia itu sendiri.
Dengan cepat, Yin Mue berdiri dan mendekat untuk mengecek langsung dengan matanya. Dia tidak bisa mempercayai perkataan Luo Yan. Namun, setelah merasakan gelombang kehancuran yang berkecamuk di dalam tubuh anaknya, hatinya bergetar ketakutan. Jika gelombang ini diterima oleh orang biasa, mereka pasti sudah mati saat berusia sepuluh tahun.
"Ini adalah konstruksi tubuh milik dewa naga yang sesungguhnya!" teriaknya dalam hati, matanya melotot penuh keheranan.
Ketegangan dalam ruangan meningkat saat Yin Mue mengerahkan segala kekuatannya, berusaha menghancurkan tubuh Luo Yan. Ajaibnya, meski semua tenaga dalamnya mengarah pada bocah remaja itu, tubuh Luo Yan tetap utuh, tak terjamah oleh kekuatannya.
Yin Mue merasa sedikit menyesal; dia seharusnya sudah menyadari dari laporan salah satu anak buahnya bahwa anaknya ini memiliki sesuatu yang tak biasa.
Bahkan Pangeran Tang Zihan menunjukkan ketidaksukaan terhadap Luo Yan, berbeda saat Yin Mue bertemu dengannya. Karena Pangeran mahkota itu merupakan, bangsa garuda. Musuh alami para naga, karena perhatian Tang Zihan, seharusnya sudah cukup untuk menjadi ekstra waspada.
Sekarang, dengan tingkat energi dari pendekar gerbang master, Yin Mue merasa tak berdaya untuk memberikan cacat di tubuh milik Luo Yan.
"Tunggu sebentar…" Yin Mue perlahan tersadar. "Ini bisa jadi kesempatan!" Dia tersenyum sinis, rencana jahat mulai berputar dalam benaknya.
Akan tetapi, saat itu nyaris hatinya tergerak untuk menghancurkan Luo Yan. Namun, sebuah pemikiran mendadak menyadarkannya, dan ia pun memutuskan untuk membiarkan anaknya pergi.
"Untuk sekarang, aku akan melepaskanmu," ujarnya, saat melihat Luo Yan berjalan dengan susah payah keluar dari Istana. Wajah Yin Mue berseri, dan dengan langkah cepat, ia meninggalkan tempat singgasana.
Saat berjalan, ingatan akan harta berharga di ruangan khusus Istana Naga Yin menghantui pikirannya. Tawa kecil menyentuh bibirnya saat dia teringat akan isi ruangan itu.
Ruangan Harta Istana Naga Yin telah ada sejak lama, bahkan sebelum pembangunan istana, dan dijaga oleh leluhur mereka selama berabad-abad.
Yin Mue melirik sebuah artefak yang mencolok perhatian. Artefak itu sebuah tabung kecil berisi cairan, kini telah kosong, dengan bercak merah di dalamnya. Itu adalah tabung yang dulunya berisi darah naga segar.
Keluarga Yin Mue mewajibkan para pewarisnya untuk menengguk setetes darah dari tabung tersebut. Namun, ketamakan Yin Mue menjadikannya menengguk sepuluh kali lipat, darah yang seharusnya cukup untuk sepuluh generasi ke depan.
Inilah alasan mengapa Keluarga Suci Yin selalu memiliki pewaris dengan tubuh dewa naga. Sayangnya, tubuh dewa naga itu hanyalah tiruan, sebuah prototipe yang merepresentasikan setengah dari kekuatan tubuh dewa naga yang asli.
Dengan perhatian yang teralihkan, Yin Mue menemukan sebuah kitab panduan. Begitu dia membalik halaman kitab tersebut, senyumnya meluas menjadi seringaian.
"Aku mendapatkan hadiah yang luar biasa," ucapnya, tawa jahatnya menggema di ruang harta.
Kitab itu berjudul [Kitab Jalur Naga Bengis], sebuah panduan yang selalu menuntun kepala keluarga Yin demi generasi ke generasi, meningkatkan keterampilan bela diri mereka menuju puncak.
Yin Mue membaca halaman terakhir dengan teliti, tertawa jahat semakin keras. Begitu selesai membacanya, tanpa ragu, ia membakar kitab tersebut hingga menjadi abu, tak menyisakan sedikitpun.
Dia sama sekali tidak peduli telah melanggar aturan yang ditetapkan para leluhurnya, yang mewariskan kitab tersebut kepada pewaris sah selanjutnya, yaitu Pangeran Mahkota, Yin Huo.