Siapa sangka, cinta yang dulu hangat kini berubah menjadi api dendam yang membara. Delapan tahun lalu, Alya memutuskan Randy, meninggalkan luka mendalam di hati lelaki itu. Sejak saat itu, Randy hidup hanya untuk satu tujuan : membalas sakit hatinya.
Hidup Alya pun tak lagi indah. Nasib membawanya menjadi asisten rumah tangga, hingga takdir kejam mempertemukannya kembali dengan Randy—yang kini telah beristri. Alya bekerja di rumah sang mantan kekasih.
Di balik tembok rumah itu, dendam Randy menemukan panggungnya. Ia menghancurkan harga diri Alya, hingga membuatnya mengandung tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.”
Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Mampukah cinta mengalahkan dendam, atau justru rahasia kelam yang akan mengubah segalanya?
Kisah ini tentang luka, cinta, dan penebusan yang mengguncang hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Dalam 3 hari ini, keamanan Randy juga orang-orang di sekitarnya sangat diperhatikan. Sedari gugatan itu dikirimkan ke alamat tergugat, ia menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Sengaja tak masuk kerja, Randy juga meminta Nadia dan Raina tak keluar rumah beberapa hari ini. Rumahnya pun sengaja dijaga ketat dan tak ada siapa pun yang diizinkan masuk, termasuk Om Tama. Bahkan, ia juga mengabaikan panggilan dari pamannya itu.
Tak hanya itu, kantor pengacara Pak Rusdiana juga dijaga ketat agar tak ada satu pun yang bisa melakukan intervensi.
Atas koordinasi Randy dan anak buahnya, ia juga mengirimkan beberapa penjaga untuk bertugas di panti asuhan dan sekolah Gio. Bukan hanya untuk menjaga Pak Antonio yang akan menjadi saksi dalam persidangan nanti, tapi juga keselamatan Gio dan Alya yang bisa saja menjadi sasaran. Hal ini dilakukannya, karena Om Tama bisa saja menyuruh anak buahnya untuk melakukan sesuatu yang dapat mengganggu proses hukum ini. Tak mustahil juga jika bisa saja selama ini kedatangan Randy di panti asuhan dan TK Gio pernah dimata-matai.
Hal ini pun membuat Bu Puri, Alya dan Nana bertanya-tanya apa yang terjadi sampai panti begitu dijaga ketat.
"Doakan saja semuanya berjalan lancar. Terutama kamu, Al. Semua ini untuk kamu dan Gio," jawab Pak Antonio tanpa penjelasan lebih lanjut.
"Maksudnya bagaimana, Pak, Bu?" tanya Alya pada pasangan pemilik panti itu.
Bu Puri pun meminta Alya untuk tak banyak tanya dan terlalu dalam memikirkannya. "Sudah, lakukan saja apa yang Bapak bilang. Berdoa."
Hingga tak lama, terdengar suara langkah kaki mendekati pintu panti yang sedang dalam keadaan terbuka itu, seketika mereka pun dibuat khawatir karena seharusnya tidak ada yang bisa memasuki gerbang tanpa seizin Pak Antonio.
"Pak," panggil Bu Puri lirih saat dilihatnya yang datang adalah dua orang lelaki memakai jaket hitam dengan masker dan topi hitam.
"Tidak usah takut," ujar Pak Antonio mendekati mereka untuk mempersilakan masuk, seakan sudah tahu siapa kedua tamu itu.
Mata Alya dan salah seorang lelaki itu pun berpandangan sekian detik, bak ada tarikan magnet. Hingga lelaki itu membuka topi dan maskernya, kedua pasang bola mata ini tetap saling menatap. Bu Puri pun merasa lega kala mengetahui lelaki itu ternyata adalah Randy.
Mengalihkan tatapannya pada Pak Antonio, Randy mengajaknya bicara sebentar hanya untuk menanyakan keadaan panti.
"Kami baik-baik saja," jawab Pak Antonio menepuk bahu Randy.
Randy lalu kembali mengarahkan pandangannya pada Alya yang masih berdiri mematung melihatnya datar. Tersenyum, Randy sedikit bahagia karena Alya tak langsung pergi ketika melihat dirinya. Setidaknya, Alya masih mengizinkan mereka bertemu meski begitu singkat dan berjarak.
Lelaki di samping Randy yang ternyata adalah Geni itu kemudian memberikan sebuah berkas pada Pak Antonio, dan mereka bertiga pun tampak berbicara serius seolah tak membiarkan siapa pun mendengarnya.
Hingga di akhir sebelum mereka berpamitan, Randy berpesan pada suami Bu Puri itu. "Titip Alya dan Gio ya, Pak."
Mengangguk, Pak Antonio tersenyum menoleh ke arah Alya.
Randy kemudian membalikkan badannya bersiap meninggalkan panti, setelah ia memuaskan dirinya melihat Alya.
***
Sementara Om Tama masih terus tak habis pikir dengan aksi Randy itu yang tak bisa ditebak. Ia juga belum dapat menjelaskan semuanya pada anak-anaknya. Hanya sang istri lah yang tahu akan hal ini.
"Mama sudah merasa aneh saat dia tiba-tiba mengundang kita makan malam. Jangan-jangan, rekaman CCTV rumah yang hilang itu juga bagian dari rencananya? Dia menjadikan kesempatan untuk masuk ke rumah ini saat kita tak ada di rumah. Tapi, siapa yang sudah dia ajak kerja sama untuk menghapus rekaman itu? Sugeng dan Teguh saja bilang saat pembantunya ke sini antar makanan, mereka hanya masuk ke dapur. Apa jangan-jangan mereka bohong?" tebak Tante Randy itu.
Istri Om Tama itu juga bertanya-tanya, jika benar rekaman itu sengaja dihapus, lalu untuk apa. "Pasti ada yang sudah dia lakukan di rumah ini. Coba Papa cek apakah ada berkas yang hilang? Mama curiga dia kerja sama dengan Sugeng atau Teguh, apalagi Sugeng, dia punya akses keluar masuk ke kamar kita."
"Tak ada berkas apa pun yang hilang. Papa sudah cek," jawab Om Tama datar.
Menyalahkan suaminya yang tak pernah mau mendengarkannya, mama Alex itu pun marah. "Andai Papa ikut kata Mama untuk tidak menyekolahkannya sampai S2, dia tidak akan sepintar ini!"
Terdiam, Om Tama tampak berpikir keras apa yang sudah keponakannya itu lakukan tanpa sepengetahuan dirinya. “Siapa yang membantunya membongkar semua ini? Aku harus bisa mengajaknya berdamai."
...****************...
alurnya teratur baca jdi rileks banyak novel yang lain tulisan nya di ulang ulang terlalu banyak kosakata aku senang cerita kamu terus deh berkarya walaupun belum juara
Semangat kutunggu Karya selanjutnya Thoor, semoga sehat selalu