Rain : Losing Us

Rain sangat senang bisa berkumpul kembali dengan Nick dan juga Andrew, namun dia juga merasa sedih saat mereka harus berpisah setelah ini.

"Astaga, aku tidak ingin tinggal di sini." Keluh Rain, wanita itu akan bersikap manja pada kedua teman nya itu.

Bahkan kini Rain menangis di depan mereka, "Kau tahu, tubuh yang ku tempati ini sangat jelek. Huhuhu..." Rain merapatkan jaket yang dia kenakan, awal nya saat di toko tempat dia berganti pakaian tadi. Dia hanya akan mengenakan croptop dan juga jeans saja, tapi saat berkaca dia melihat sebuah bekas luka yang berada di perut, bahu bahkan punggung nya, dan itu sangat lah besar yang membuat dia memilih menggunakan jaket untuk menutupi tubuhnya.

"Bercerai saja dari pria itu," Sahut Nick yang menenggak minuman nya.

"Ah benar juga, mengapa tak terfikirkan dari awal." Ucap Rain yang menyetujui pernyataan Nick.

"Ku rasa tidak akan sesederhana itu," Ucap Andrew yang sedari tadi terdiam.

Rain menjatuhkan kepala nya ke atas meja, "Ya, kurasa juga tak akan semudah itu." Ucap nya yang lagi-lagi menyetujui ucapan Andrew.

"Kenan akan kembali dari Moskow, dia akan sangat marah jika mengetahui kau mati." Ucap Andrew tiba-tiba, Nick yang sedang menggoda seorang wanita segera menoleh ke arah pria itu dengan mata membola.

Sedangkan Rain langsung menegakkan kembali tubuh nya, "Mengapa kau baru mengatakan itu pada ku." Ucap Nick yang meninggikan suara nya.

"Dia baru memberi ku pesan." Jawab Andrew yang memperlihatkan pesan yang dikirimkan oleh Kenan pada nya.

Rain tersenyum, "Ouh, malang nya nasib kalian." Ucap nya pura-pura prihatin.

"Hey, apakah kau tak akan membantu kami." Ucap Nick pada Rain.

"Andai aku bisa ikut dengan kalian, mungkin aku akan membantu kalian lepas dari amukan Kenan." Jawab Rain seolah meminta pertolongan pada kedua sahabat nya untuk lepas dari suami Rain asli.

🦋🦋🦋

Disisi lain, Maximilliam tengah mengerjakan pekerjaan nya di ruang kerja pria itu. Tak lama Morgan datang dan melaporkan sesuatu pada pria itu.

" Ada apa Morgan?" Tanya pria itu tanpa melihat asisten pribadi nya.

"Tuan, kasino yang berada di Italia di serang oleh beberapa orang tak dikenal. Tapi setelah Wise menyelidiki nya, orang-orang tersebut berasal dari mafia asal sana." Ucap pria itu yang membuat Max menghentikan kegiatan nya sejenak.

"Apa yang mereka inginkan? Bukan kah kita tidak pernah mengganggu mereka?" Tanya Maximilliam pada Morgan.

"Kita lakukan penerbangan ke sana malam ini." Lanjut Maximilliam yang bangkit dari kursi kerja nya.

Morgan langsung mengabari rekan nya untuk menyiapkan helikopter yang akan di gunakan Max, Morgan ikut dalam perjalanan kali ini. Dia akan selalu ada di sekitar pria itu ketika Max mengerjakan pekerjaan utama nya.

🦋🦋🦋

Rain kembali ke rumah saat pagi menjelang, wanita itu kembali setelah seharian menghabiskan malam bersama kedua sahabat nya. Selain itu, dia juga mencari cara bagaimana dia lepas dari Maximilliam, apalagi dia mengetahui alasan mengapa Rain bisa menikah dengan Max.

"Kau pergi dari malam hari dan baru kembali pagi?" Langkah kaki Rain berhenti saat mendengar suara seseorang yang tengah menyindir nya, meski dia tak merasa tapi dia yakin orang tersebut tengah berbicara pada nya.

Karena tak mendapat kan sanggahan dari Rain, orang tersebut semakin menjadi dia merasa Rain tetap lah Rain. Wanita itu tak akan bisa melawan siapapun yang berada di rumah ini tanpa bantuan orang lain, " Apakah kau kini sudah mulai menjual tubuh mu di luar sana karena tak mendapatkan uang bulanan dari tuan? Sangat menyedihkan." Ucap orang tersebut.

Rain kini berbalik ke arah orang yang sedari tadi terus berbicara, dia melihat dari pakaian yang di kenakan oleh orang tersebut sama dengan pakaian yang di kenakan oleh pelayan yang ada di rumah ini. Hanya saja ada sedikit perbedaan dari pakaian yang dia kenakan.

Rain melipat kan kedua tangan nya di depan dada, dia menatap angkuh pada orang tersebut dan menjatuhkan semua belanjaan nya di bawah kaki nya. " Tolong ulangi apa yang kau katakan barusan?" Tanya Rain yang memajukan sedikit kepala nya dengan telinga yang mengarah pada orang tersebut.

Orang tersebut mendengus dengan senyum sinis yang tercetak di bibir nya, " Kau membeli Itu semua setelah menjual tubuh mu di luar sana, bukan? Sayang sekali tuan harus terjerat dengan jalang seperti mu." Ucap nya sambil menatap semua belanjaan yang berada di bawah kaki Rain.

"Hahahah..." Rain malah tertawa mendengar ucapan pelayan itu, bahkan kini pelayan itu menatap Rain yang tengah menertawakan nya dengan tatapan jijik.

"Hah... Dengar lah pelayan, pasang kuping mu dan buka lebar-lebar. Aku, Rain Angello. Uang ku tidak pernah habis bahkan untuk membeli harga diri mu yang tak seberapa, uang dari tuan mu?... Aku tidak membutuhkan nya." Ucap nya men-skakmat pelayan itu.

Kini wajah pelayan itu berumah merah padam, dia menatap Rain dengan marah." Berani-berani nya kau... "

" Shuttt.. " Rain menaruh telunjuk nya di bibir nya untuk membuat pelayan itu diam.

" Apa yang harus aku takutkan dari seorang pelayan seperti mu? Apa kau ingin membunuh ku?..." Rain tersenyum tapi matanya menatap pelayan itu datar.

" Maka lakukan lah, dan jika kau gagal. Maka aku yang akan membunuh mu." Tatapan dingin Rain begitu menusuk, bahkan senyuman wanita itu turut menghilang saat dia mengatakan itu.

Karena tak ada lagi urusan yang penting, Rain mengambil kembali barang belanjaan nya dan berbalik menuju ke kamar nya. Namun belum sempat wanita itu melangkah, sebuah tangan menarik rambutnya dari belakang hingga dia mendongak.

"Kau... Kau mengancam ku, hah!..." Ternyata pelayan itu lah yang menjambak rambut Rain, pelayan itu kini seolah tengah merealisasikan apa yang di katakan oleh Rain tadi.

"Sialan!!" Geram Rain, wanita itu berusaha melepaskan tangan pelayan yang masih menjambak rambut nya.

Karena tak kunjung lepas, Rain tak memiliki cara lain selain melawan nya. Wanita itu memutar tubuh nya dengan cepat, kaki nya terangkat bertujuan untuk menendang pelayan itu.

Bugh....

Brukkk...

Tendangan Rain sangat kencang dan tepat pada sasaran, pelayan itu terjerembab karena tendangan keras Rain.

"Argghh..." Teriak nya karena merasakan rasa sakit di dada nya.

"Pelayan tetap lah pelayan, tak menutup fakta jika aku adalah nyonya di rumah ini. Meski kau pelayan senior yang telah mengabdi pada keluarga Maximilliam, aku tidak perduli. Jika kau tetap mengganggu ku, aku tak akan segan-segan mematahkan tangan mu saat itu juga. " Rain berbalik setelah memberikan ancaman pada pelayan itu, dia mengambil kembali barang belanjaan nya yang terjatuh.

Tanpa dia sadari, para pelayan dan juga seorang wanita menatap perkelahian antara dirinya dan juga pelayan senior tadi.