NovelToon NovelToon
Aku Lebih Pantas Untuknya

Aku Lebih Pantas Untuknya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Keluarga / Penyelamat / Kekasih misterius
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Tresna Agung Gumelar

Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.

Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.

Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.

Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.

Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.

Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Suasana di dalam kamar.

"Maafin ibu yah Nak, harusnya kamu tak pernah mengalami nasib seperti ini. Gara-gara ibu sakit, keluarga kita jadi berantakan seperti ini." Ucap Bu Lastri kepada Husna sambil membelai rambut indah anaknya itu yang bercampur dengan keringat karena terus menangis.

"Ibu jangan pernah menyalahkan diri ibu seperti itu. Sekarang ibu sudah sehat kembali harusnya kita sekarang sedang bahagia bukan seperti ini. Untuk masalah uang itu, biarkan nanti aku yang bicara sendiri sama Kak Frian. Mudah-mudahan saja dia mau meringankan semuanya." Husna sedikit menenangkan ibunya yang juga sedang menangis di hadapannya.

"Sebenarnya ibu tak pernah setuju dengan perjodohan kalian, ibu tahu kamu tak pernah bisa mencintainya, selain usiamu yang masih terlalu muda saat ini, perjodohan dengan cara seperti itu pun menurut ibu tak pantas karena sekalipun itu terjadi nanti, rumah tangga kalian tak akan pernah benar, pasti selalu ada ungkit mengungkit tentang masalah uang. Ibu nggak mau anak ibu yang satu-satunya ini mengalami hal seperti itu."

Bu Lastri yang tak pernah senang dengan perjodohan itu seperti tahu hal apa yang akan terjadi kedepannya jika semua itu sampai terjadi.

"Ya mudah-mudahan ada cara lain ya Bu untuk menyelesaikan masalah ini. Sebagai anak, aku akan berusaha semampu aku untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Ibu tak perlu khawatir ya, setelah suasananya dingin, nanti kita bicara sama-sama dengan bapak dengan kepala dingin bukan dengan emosi. Aku yakin semua pasti ada jalan keluarnya kok." Husna kembali menenangkan ibunya dengan sedikit senyuman.

"Makasih ya Nak, bersyukur sekali ibu mempunyai anak sepertimu. Ibu janji akan menyelamatkanmu dari Frian dan juga papanya." Sambil memeluk Husna, Bu Lastri mengucapkan syukur karena hanya Husna yang dia punya saat ini yang bisa menenangkan hatinya.

"Iya ibu, makanya ibu jangan sedih lagi ya! Apalagi sampai berantem seperti tadi sama bapak. Aku ingin keluarga kita baik-baik saja seperti dulu. Aku kangen banget sama ibu dan bapak yang seperti dulu yang selalu membangun keceriaan di rumah ini." Sambil menatap ibunya Husna berbicara sambil memberikan senyum ketenangan.

Sampai akhirnya mereka melepaskan pelukan lalu sama-sama berbaring di atas ranjang untuk bersiap istirahat.

"Oh iya, nanti jangan lupa kirimkan permintaan maaf ibu untuk siapa itu nama teman kamu yang tadi? Ibu lupa namanya." Ucap Bu Lastri sambil memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Husna.

"Tama maksudnya?" Tanya Husna yang juga menghadap ke arah ibunya.

"Iya Tama. Dia pasti kapok main ke sini lagi karena sudah di maki-maki oleh bapakmu tadi. Kasihan, padahal dia tak tahu apa-apa." Ucap ibu yang mulai kepikiran kepada Tama dicampur perasaan sedikit khawatir.

"Jangankan ibu, aku saja jadi malu Bu. Aku malu ketemu dia lagi, dia juga pasti malas untuk menemui aku lagi. Padahal dia udah baik sama aku." Saat Husna berbicara, tiba-tiba terdengar suara notifikasi chat dari handphonenya.

"Eh bentar, bentar Bu. Ini dia chat aku tuh!" Ucap Husna sambil menunjukkan layar handphone kepada ibunya.

"Yaudah buka, sekalian kamu balas nanti untuk minta maaf ya! Mudah-mudahan saja dia mau mengerti." Bu Lastri menyuruh Husna untuk segera membuka isi chat tersebut.

Husna pun membuka isi chat itu dan membacanya bersama ibunya.

"Husna, aku ingin tahu kabarmu saat ini. Aku mau memastikan kalau kamu baik-baik saja di sana. Setelah kamu baca chat ini, kamu langsung balas ya! Sungguh aku khawatir Husna kepadamu. Jangan biarkan aku tak bisa tidur malam ini gara-gara memikirkan mu."

Isi chat itu ternyata menunjukkan kegelisahan Tama yang sudah ada di rumahnya, Tama sangat gelisah karena tak ingin Husna ada yang menyakiti sekalipun itu oleh orangtuanya sendiri. Sekalipun Tama sudah di maki-maki oleh bapaknya, tapi dia tidak sakit hati, malah dia semakin takut kehilangan Husna.

"Bu dia khawatir banget sama aku. Gimana ini? Aku malu Bu ih jawabnya." Husna meminta saran kepada ibunya sebelum membalas chat tersebut.

"Dia peduli sekali Nak sama kamu, kamu balas ya beri dia kabar baik, kasihan dia pasti saat ini sedang gelisah memikirkan kamu di sana. Ayo balas!" Bu Lastri menyuruh Husna untuk memberi tahu Tama bahwa Husna baik-baik saja di sini.

Husna pun langsung membalas isi chat tersebut.

"Aku baik-baik saja Tama, kamu nggak usah khawatir ya! Justru aku yang khawatir sama kamu, maafin bapak aku ya Tama, gara-gara aku kamu jadi di maki-maki tadi. Aku malu sama kamu."

Tama pun langsung membalas.

"Syukurlah, kamu tak perlu khawatir sama aku apalagi merasa malu. Tadi sore kan aku sudah berjanji akan terus melindungi kamu dari siapapun itu. Aku tak mau sedikitpun melihat kamu sedih."

Balasan chat Tama membuat hati Husna nyaman sekali, ternyata Tama sepeduli itu saat ini kepadanya.

"Sebenarnya Tama itu siapanya kamu sih Nak? Kenapa dia peduli sekali sama kamu?" Ibu yang mulai curiga ada hubungan spesial antara Husna dan Tama.

"Em, Aku baru mengenalnya seminggu yang lalu Bu, dia itu murid baru Pindahan dari Jakarta, aku juga nggak tahu kenapa sekarang dia makin peduli sama aku. Dia itu misterius, padahal aku belum terlalu mengenalnya secara pribadi, tapi aku merasa seperti sudah lama mengenal dia." Husna menjawab sambil membayangkan wajah Tama di benaknya.

"Kamu jatuh hati ya sama dia?" Bu Lastri kembali bertanya dengan rasa penasaran.

"Nggak tahu Bu, yang jelas baru kali ini aku merasa diperhatikan oleh seorang laki-laki secara tulus. Kalau aku sedang ada di dekat dia, aku merasa diri aku ada yang melindungi, hati aku juga selalu tenang bila dia memperhatikan aku. Dia terasa spesial di hati aku saat ini." Jawab Husna sambil menatap ibunya.

"Hmm. Itu tandanya kamu jatuh hati sayang. Tapi menurut ibu dia anak yang baik, tadi sore saja dia sangat sopan sekali sama ibu. Ibu juga merasa tenang kamu keluar sama dia, beda sekali rasanya bila kamu pergi keluar bersama Frian, perasaan ibu selalu cemas tak pernah tenang." Bu Lastri menjelaskan sambil merapikan beberapa helai rambut Husna di keningnya.

"Ya nggak tahu lah Bu, yang jelas aku tak mau memikirkan masalah hati dulu. Tapi nggak ada salahnya kan Bu kalau aku meminta perlindungan kepada Tama?" Tanya Husna kembali meminta saran kepada ibunya.

"Ya nggak apa-apa sayang, asal kamu selalu jujur sama dia, laki-laki setulus itu jangan pernah kamu bohongi, kamu harus apa adanya sama dia. Jangan buat dia kecewa ya!" Saran ibu sambil tersenyum tenang memandang anaknya yang begitu cantik setelah beberapa helaian rambutnya di rapikan.

"Iya Bu tenang aja, yaudah aku mau lanjut chat dulu ah sama Tama kasihan pasti dia lagi nungguin balasan aku, ibu madepnya ke sana ya sekarang! Soalnya ini urusan anak muda hehe" Ucap Husna sambil menyuruh ibu untuk membelakanginya sambil sedikit tertawa.

"Hmm di cuekin deh ibu sekarang." Ibu pun membalikan wajahnya kemudian tersenyum tenang membelakangi Husna karena saat ini anaknya sedang bahagia dan mulai menemukan cinta sejatinya.

Suasana di rumah Tama.

Tama yang sedang asyik mengobrol lewat chat bersama Husna sambil duduk di meja belajarnya, tiba-tiba di hampiri papanya dari belakang secara mengejutkan.

"Hei." Sahut pak Ghani sedikit mengagetkan Tama sambil memegang pundaknya.

"Astaghfirullah papa bikin kaget aja ah." Tama yang kaget hampir saja menjatuhkan handphonenya.

"Ups sorry sorry, nggak sengaja maaf!" Pak Ghani sedikit meminta maaf sambil menarik salah satu kursi dan langsung duduk di samping anaknya.

"Hmm. Ada apa sih pah ah? Kebiasaan kalau masuk suka nggak ketuk pintu dulu, untung anaknya nggak jantungan." Dengan sedikit kesal Tama bertanya kepada papanya.

"Iya maaf, nggak ada apa-apa sih sebenarnya, gimana sekolah kamu sayang? Pasti bosen ya kamu sekolah di sini jadi nggak bisa banyak main sekarang." Pak Ghani menyangka anaknya tidak sebebas saat tinggal di Jakarta.

"Ah aku betah ko sekolah di sini, barusan saja aku baru pulang main. Memang kenapa Pah? Jangan sampe papa minta pindah ke Jakarta lagi ya. Aku mau tinggal di sini selamanya." Ucap Tama seperti sudah lama tinggal di sini.

"Selamanya? Udah sebetah itu kamu tinggal di sini?" Pak Ghani sedikit heran karena tiba-tiba anaknya begitu yakin. Karena sebelum pindah, Tama sangatlah menolak untuk pindah ke sini.

"Em, ya enak saja ternyata Pah di sini. Selain udaranya sejuk, lingkungannya aman, orang-orangnya juga ramah. Itu sih yang bikin aku betah tinggal di sini." Tama coba memberikan alasan logis kepada papanya.

Padahal sebenarnya yang membuat dia betah di sini adalah kehadiran Husna di hidupnya bukan yang lain.

"Halah, gimana nggak betah pah, anak kamu tuh tadi habis main sama perempuan paling cantik di sekolahnya. Mama yakin yang membuat anakmu betah ya perempuan itu bukan yang lain." Tiba-tiba Bu Yeni menyahuti dari arah pintu sambil membawa setoples makanan ringan dan sebenarnya dia sudah mendengar percakapan Pak Ghani dan anaknya di balik pintu.

"Hmmm. Pantas saja langsung pengen selamanya tinggal di sini. memang secantik apa sih Tam? Kasih tahu papa dong dikit aja!" Sambil menghela nafas, pak Ghani sedikit menggoda Tama.

"Ah apaan sih jadi pada kepo gini hmm." Tama yang sedikit kesal sampai harus menghentikan chatnya dengan Husna. Kemudian dia duduk sedikit tegap setelah menaruh handphone di mejanya dengan wajah sedikit cemberut.

"Eh gimana Tam? Katanya kamu bilang dia lagi ada masalah ya? Kamu udah tanya sama dia masalahnya apa?" Entah kenapa Bu Yeni jadi sangat penasaran dengan sosok Husna karena selama ini dia juga baru pertama kali mendengarkan anaknya bercerita tentang perempuan kepadanya.

"Ribet ah Mah ceritanya, Sebenarnya dia itu sudah di jodohkan dengan seorang guru yang mengajar juga di sekolahku." Tama mencoba sedikit curhat.

"Waduh. Jadi saingan kamu itu seorang guru? Bakalan susah dong Tam?" Pak Ghani sedikit kaget dan kembali memberikan pertanyaan candaan kepada anaknya.

"Dengerin dulu coba hmm! Gini, jadi Husna itu terpaksa di jodohkan karena suatu alasan, dia belum cerita sih alasannya apa, karena kata dia masalahnya itu sensitif tentang masalah keluarga gitu. Tapi yang jelas Husna nggak pernah mencintai guru itu, sepertinya dia juga ingin keluar dari perjodohan itu." Tama menceritakan secara detail.

"Terus kamu mau merebut dia dari guru itu?" Tanya Bu Yeni yang mulai bertanya serius.

"Aku nggak bermaksud untuk merebut Mah, aku cuma nggak mau saja melihat seorang perempuan di paksa seperti itu. Sebenarnya aku juga takut bila masuk ke masalah mereka. Tapi di sisi lain aku nggak mungkin diam saja melihat Husna yang selalu sedih bila sedang aku temui. Kasihan Mah Husna, aku nggak tega." Tama mencurahkan kegelisahannya kepada kedua orang tuanya tentang sosok Husna.

"Hmm. Kamu nggak perlu takut! selagi kamu ada di jalan yang benar lakukan saja Tam, perlahan kamu harus tahu masalah apa yang sebenarnya mereka alami hingga terjadi perjodohan seperti itu, tapi kalau memang terlalu beresiko dan kiranya kamu nggak mampu, bilang sama papa dan mama, kali aja kami bisa bantu perempuan itu." Pak Ghani yang tadinya bercanda kini mulai serius menanggapi cerita anaknya.

"Iya sayang, kamu nggak perlu takut, ada mama sama papa di sini. Mama sih belum bisa kasih kepastian siapa yang salah di antara mereka, yang jelas kamu harus benar-benar tahu dulu masalah yang sebenarnya itu apa." Bu Yeni pun ikut menyemangati Tama dengan mimik wajah sangat serius.

"Iya Pah, Mah, tenang saja aku pasti nggak akan gegabah ko nanti aku coba cari tahu mudah-mudahan Husna mau cerita perlahan tentang masalah yang sebenarnya. Saat ini aku cuma fokus ingin melindungi Husna, karena permintaan dia cuma itu saat ini." Ucap Tama sedikit tenang karena orangtuanya ikut mendukung.

"Yaudah, tapi kalau ada waktu, kenalin dong sama mama, sumpah mama jadi penasaran sama sosok si pelukis pahlawan itu. Baru kali ini loh kamu cerita tentang perempuan sama mama." Bu Yeni yang memang selalu penasaran dengan sosok Husna.

"Hmm. Iya nanti kalau ada waktu aku ajak ke sini deh." Tama sedikit menghela nafas.

"Eh bentar, ko si Pelukis pahlawan sih? Maksudnya apa Mah?" Pak Ghani yang tidak mengetahui bertanya kepada istrinya sambil mengerutkan dahi.

"Jadi Husna itu hobinya melukis Pah, aku pernah lihat hasil lukisannya dari anak kamu tuh. Waktu itu dia melukis salah satu pahlawan. Bagus loh pah mirip banget sama aslinya sumpah. Makanya aku namain dia si pelukis pahlawan, hehe" Bu Yeni menjelaskan dengan sedikit terkekeh.

"Hmm ada-ada saja, tapi ngomong-ngomong papa perlu tuh lukisan buat di kantor papa yang masih polos dindingnya. Kalau memang bagus, kira-kira dia mau buatin nggak ya buat kantor papa?" Pak Ghani jadi berpikiran tentang lukisan di kantor barunya.

"Serius papa butuh lukisan? Berapa lukisan Pah kira-kira, nanti aku coba bilang Husna deh. Kali aja dia mau buatin." Tama yang langsung semangat mencoba melobi papanya tentang lukisan.

"Ya kira-kira lima lukisan sih, tenang saja kalau lukisannya memang benar-benar bagus kantor papa siap bayar mahal deh." Ucap pak Ghani membuat Tama semakin semangat.

"Oke, nanti aku bilang deh sama Husna." Ucap Tama dengan semangat, karena ini juga bisa jadi salah satu alasan untuk dia lebih perhatian lagi kepada Husna.

1
💫0m@~ga0eL🔱
hore, jdi jagoan
TAG: ciat/Hey/
total 1 replies
💫0m@~ga0eL🔱
jangan sampai Husna jadi korban predator
TAG: Amiiin/Smile/
total 1 replies
Raisa267
Wah padahal Frian ganteng ya/Proud/
TAG: tapi jahat/Smile/
total 1 replies
Raisa267
Bisa aja ngejawabnya /Grievance/
TAG: /Smile/
total 1 replies
Raisa267
Cie mau ketemu calon mertua/Facepalm/
TAG: /Tongue/
total 1 replies
Raisa267
Becandanya gak lucu/Smug/
Raisa267
Nggak peka ya Husna, Tama ngajak ngedate itu/Grin/
Raisa267
Jadi curiga sama Frian nih aku/Shame/
TAG: Jangan suudzon dulu/Grin/
total 1 replies
Raisa267
Ih takut ada apa-apa sama Wulan/Scowl//Sob/
TAG: mudah-mudahan gak ada apa-apa /Smile/
total 1 replies
김지호
mampir done
💫0m@~ga0eL🔱
si frian calon suaminya si husna kaaann
TAG: Cuma paksaan/Smile/
total 1 replies
gugun
sudah mampir kak, semangat
KangHalu
Hay Thor..ikutan gabung baca ya? semoga aja cerita nya bikin aku betah,salam kenal dan semangat buat Author nya 🥰
TAG: Silahkan dengan senang hati/Smile/
total 1 replies
Aulia Nur
mas Tresna aku mampir mas 😊
TAG: siap /Smile/
total 1 replies
Raisa267
Si bibi ganggu aja ya/Joyful/
Raisa267
Jangan sombong /Smug/
Raisa267
terbang tuh idung/Proud/
Raisa267
Nah bener juga wkwkwk
💫0m@~ga0eL🔱
ada cowok ganteng nya, kasih 🌹🌹🌹🌹🌹 biar digodain/Chuckle/
💫0m@~ga0eL🔱: /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
TAG: Hei/Facepalm/
total 2 replies
💫0m@~ga0eL🔱
kern banget mama mu Tama /Facepalm/
💫0m@~ga0eL🔱: haruuusss
TAG: Haha iya dong
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!