Rasa bersalah karena sang adik membuat seorang pria kehilangan penglihatan, Airi rela menikahi pria buta tersebut dan menjadi mata untuknya. Menjalani hari yang tidak mudah karena pernikahan tersebut tak didasari oleh cinta.
Jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti istri, karena bagiku, kau hanya mata pengganti disaat aku buta - White.
Andai saja bisa, aku rela memberikan mataku untukmu - Airi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Ryu duduk termenung didepan Juliet Florist sambil menatap ponselnya. Berjam-jam dia mencoba mencari jejak Airi melalui sosial media namun gagal. Sudah seminggu dia pulang ke Indonesia, tapi belum juga bisa bertemu Airi. Keluarga Airi benar-benar menutupi keberadaan wanita itu darinya. Entah apa salahnya, kenapa Airi tak mau bertemu dengannya.
Ryu kembali teringat obrolan terakhirnya dengan Airi beberapa bulan yang lalu.
"Aku ingin kita putus, Bang." Ucapan Airi terdengar seperti petir yang tiba-tiba menyambar. Bukankah tak ada masalah, tapi kenapa minta putus.
"Kamu jangan becanda Ai, ini sama sekali gak lucu."
"Ai gak lagi becanda Bang. Hubungan kita harus berakhir." Nada suara Airi yang terdengar serius membuat Ryu makin gelisah.
"Tapi apa alasannya? Apa aku bikin salah sama kamu?"
"Enggak, bukan Abang. Abang gak salah apa-apa. Tapi sepertinya kita memang tidak berjodoh." Ryu bisa mendengar suara Airi yang terputus-putus, seperti menahan tangis.
"Apa maksud kamu tidak berjodoh? Kamu mau nikah Ai? Apa ada yang melamar kamu?"
"Sekali lagi maafin Ai Bang. Hubungan kita sampai disini saja. Abang orang baik, Ai yakin Abang akan dapat pengganti yang jauh lebih baik dari Ai."
Bruk
Ponsel yang dipegang Ryu terjatuh saat seseorang tiba-tiba merangkul pundaknya dari samping. Seketika, lamunannya tentang kejadian beberapa bulan yang lalu langsung buyar.
Ryu melotot melihat siapa yang melakukannya.
"Kamu itu apa-apaan sih Love?" sentak Ryu sambil memelototi Lovely. Menunduk untuk mengambil ponselnya yang terjatuh dan mengecek kondisinya apakah baik baik saja. Untung masih bisa nyala dan gak ada yang rusak.
"Lagian kamu bengong aja dari tadi, sampai aku dateng aja gak lihat. Jangan bilang kalau lagi mikirin Airi?" Sinis Lovely sambil melipat kedua lengannya didada. "Ayolah Ryu, move on. Ngapain sih, masih mikirin Airi yang jelas-jelas udah ninggalin kamu. Lebih baik mikirin aku," lanjutnya sambil mengedipkan sebelah mata.
"Kamu ngapain kesini?" tanya Ryu yang tampak tak suka dengan kedatangan Lovely.
"Pertanyaan bodoh macam apa itu. Rugi perusahaan papaku ngasih beasiswa ke kamu kalau masih bodoh kayak gini," gerutu Lovely. "Aku dateng kesini karena kangen sama kamu." Lovely kembali memeluk Ryu tapi buru-buru pria itu melepaskan diri.
"Gak usah peluk-peluk."
"Galaknya gak ilang-ilang sih," desis Lovely. "Tapi gak papa, itu yang bikin aku makin terlove-love sama kamu."
"Aku lagi pengen sendiri Love," usir Ryu secara halus.
Lovely menutar kedua bola matanya malas sambil membuang nafas kasar. "Sampai kapan sih kamu mau kayak gini Ry? Airi itu udah nikah. Ayolah, move on dari dia. Kamu cuma buang-buang waktu aja mikirin dia."
Seketika, Ryu memberikan tatapan tajamnya. "Sama, lebih baik kamu move on dari aku. Kamu cuma buang-buang waktu aja ngejar-ngejar aku."
"Ya jelas bedalah," sungut Airi. "Kamu belum nikah, bukan milik siapapun. Tapi Airi, dia udah nikah. Dia udah bahagia dengan suaminya yang kaya raya itu, pewaris tunggal perusahaan besar. Dia gak layak kamu pikirin kayak gini. Dia_"
"Stop Love," bentak Ryu. "Stop ngejelekin Airi. Dia gak kayak yang kamu omongin. Dia itu hanya terpaksa menikah dengan pria buta itu." Ryu mencengkeram pinggiran kursi karena mulai emosi.
Lovely tersenyum getir. "Stop jadi pria naif Ryu. Airi gak terpaksa. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Airi jalan dimall dengan suaminya. Mereka bergandengan tangan mesra. Aku bahkan tak melihat sedikitpun raut terpaksa atau tertekan diwajah Airi."
Ryu memijit pelipisnya. Saat ini, dia lebih percaya pada Abian yang mengatakan jika Airi terpaksa menikah dengan pria itu. Lagian, Airi tak mungkin meninggalkannya demi pria kaya. Dia tahu seperti apa Airinya.
"Gak usah ngarang cerita. Kamu mau mencoba mencuci otakku dengan mengatakan jika Airi cewek matre yang ninggalin aku demi pria kaya?"
"Memang seperti itu kenyataannya," sahut Lovely cepat. Dari yang dia lihat hari ini, Airi dan suaminya tampak baik-baik saja, bahkan terkesan mesra.
"Jahat banget sih kamu Love. Aku gak nyangka kamu kayak gini." Ryu yang kesal segera masuk kedalam. Tapi Lovely, si gadis pantang menyerah itu segera mengikutinya.
"Kamu bilang aku jahat Ry?" Lovely menarik lengan Ryu. Berdiri tepat didepannya sambil menatap Ryu dengan mata berkaca-kaca. "Tega kamu nilai aku kayak gitu. Dulu, meski kamu lebih milih Airi, apa pernah aku berusaha nikung kamu? Apa pernah aku berusaha merusak hubungan kalian? Aku selalu bersaing secara terbuka dengan Airi, tanpa pernah melakukan sedikitpun kecurangan. Bertahun-tahun aku ngejar kamu. Bahkan aku yang lebih dulu kenal dengan kamu, tapi kamu malah milih Airi, tapi aku, apa pernah aku mencoba merusak hubungan kalian? Aku gak jahat Ryu, aku gak jahat. Apalagi sama kamu," Lovely tak kuasa menahan air matanya. Dia bisa terima siapapun menilainya jahat, tapi tidak dengan Ryu.
"Jangankan mau jahat sama kamu Ry, ngeliat kamu digigit semut aja aku gak tega. Sesayang itu aku sama kamu Ry." Lovely memegangi lengan Ryu sambil sesenggukan.
Mama Rere yang baru turun dari lantai atas, tak sengaja mendengar obrolan mereka.
"Aku hanya mengatakan apa yang aku lihat, tanpa ingin memfitnah siapapun." Lovely melepaskan lengan Ryu lalu pergi dari sana.
Ryu membuang nafas kasar. Apa dia sudah keterlaluan pada Lovely? Dia dan Lovely bersahabat sejak kecil. Dan yang bikin dia gak habis pikir, Lovely sudah menyatakan cinta padanya saat acara kelulusan SD. Dia pikir hanya cinta monyet, tapi nyatanya, sampai detik ini, Lovely tak pernah berhenti mengejarnya.
"Jangan terlalu keras sama Love." Ryu langsung menoleh mendengar suara mamanya. "Pada dasarnya, semua hati wanita itu lembut dan rapuh, mudah retak. Tapi melihat perjuangan Lovely selama ini, Mama jadi heran, terbuat dari apa hatinya, bisa-bisanya pantang menyerah sekali mengejarmu meski berkali kali kamu patahkan hatinya." Mama Rere lanjut menuruni tangga. Mengambil kursi lalu duduk didepan kumpulan bunga mawar putih.
"Jadi sekarang, Mama mulai berpihak pada Lovely?"
"Bukan begitu," Mama Rere menggeleng. "Mama pernah bilangkan, siapapun wanita pilihan kamu, mama akan setuju, tapi dengan catatan, dia bukan istri orang."
"Tapi Airi menikah karena terpaksa Mah."
Mama Rere membuang nafas kasar sambil merangkai satu persatu bunga mawar putih. Dia tahu saat ini Ryu masih sangat terguncang, masih belum bisa menerima kenyataan. Tapi dia yakin putranya itu pria yang baik. Dia pasti bisa mengambil sikap yang bijak.
"Ry, hari ini Musa gak kerja. Kamu mau kan, bantu Mama nganter bunga ini?" Ryu melihat Mamanya membuat buket mawar putih dengan ukuran yang sangat besar.
"Berapa tangkai Mah, kayaknya banyak banget?"
"100 tangkai mawar putih dijadikan satu buket. Bantu Mama nganter ya?"
"Iya Mah," sahut Ryu sambil mengangguk.
/Whimper//Whimper/
ai semoga selalu di beru kuatan
semangat ai