Bagaimana jika orang yang kamu cintai meninggalkan dirimu untuk selamanya?
Lalu dicintai oleh seseorang yang juga mengharapkan dirinya selama bertahun-tahun.
Akhirnya dia bersedia dinikahi oleh pria bernama Fairuz yang dengan menemani dan menerima dirinya yang tak bisa melupakan almarhum suaminya.
Tapi, seseorang yang baru saja hadir dalam keluarga almarhum suaminya itu malah merusak segalanya.
Hanya karena Adrian begitu mirip dengan almarhum suaminya itu dia jadi bimbang.
Dan yang paling tak di duga, pria itu berusaha untuk membatalkan pernikahan Hana dengan segala macam cara.
"Maaf, pernikahan ini di batalkan saja."
Jangan lupa baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kak Hana
"Hei Ros! Kau beli banyak paha ayam ni nak masak ape? Nak buat ayam guring ke?"
Seorang pria bertubuh pendek berteriak, menilik kantong plastik bening berisi banyak sekali potongan paha ayam di dalam mobil angkotnya.
Dan seketika gadis berkuncir kuda itu menoleh dengan tatapan tajam, lalu berkata dengan sangat kesal.
"Kamu pikir aku emaknya Ipin Upin?
Ayam guring, ayam guring.
Nggak usah pakai bahasa Malaysia segala! Aku di Malaysia cuma satu tahun, bukan seumur hidup.
Masih bisa dan sangat fasih berbahasa Indonesia yang baik dan benar!" Rosa memarahinya.
"Jangan marah lah." dia berucap pelan.
Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia segera turun dan mengangkat kantong plastik tersebut menuju rumah Rosa dengan sedikit kesusahan karena ukuran tubuhnya yang pendek, sehingga kantong plastik itu menjuntai hampir menyentuh kakinya, langkahnya yang kecil tampak begitu cepat.
Diambang pintu, seorang perempuan cantik berkerudung merah muda keluar dengan senyum tipis namun terlihat begitu manis. Dia segera mengambil kantong berisi ayam tersebut dari pria bertubuh pendek itu.
"Terimakasih Abang Jay." ucapnya begitu halus.
"Same-same kak Hana." bang Jay tersenyum senang, tubuhnya yang hanya sebatas dada Hana pun semakin pendek ketika dia membungkuk sopan.
"Same-same, same-same." Pergi sana." Rosa melewatinya, tatapan tajam dan wajah sangarnya membuat pria itu segera pergi.
"Dik, tak baik marah-marah macam tu." Hana menasehatinya dengan suara halus. Mereka berdua menuju dapur.
"Biarin lah Kak. Kalau di baik-baikin, nanti dia betah dan setiap hari menggangu kak Hana."
Hana tersenyum lalu mendesah berat, ia menilik wajah adiknya yang cantik, namun terkadang tampak seperti preman ketika ia sedang marah.
Hana menyibak anak rambut Rosa yg menjuntai, dia memandangi wajah sang adik lebih dekat.
Rosa pun menatap wajah kakak iparnya yang mulai sayu, dia membiarkan perempuan itu memandanginya lama.
"Akak rindu kepada abangmu." bisiknya.
Mata yang selalu indah bersinar penuh kehangatan kini berganti dengan genangan air mata yang nyaris tumpah.
Hana buru-buru menyekanya. Sementara Rosa terdiam sambil menahan sesak di dada.
Sudah tiga tahun berlalu, namun Hana masih saja tak bisa move on dari sang kakak yang sudah meninggal, gugur bertugas dalam sebuah konflik bagian timur Nusantara. Hana menjanda dalam usia pernikahan baru satu bulan.
*
*
*
Empat tahun yang lalu. (POV Ros)
Karena ekonomi keluarga yang selalu kekurangan. Aku yang baru saja menyelesaikan pendidikan SMA ku menerima tawaran pergi bekerja menjadi TKW di negeri Jiran kita, Malaysia.
Aku di terima di sebuah perusahaan Handphone, dan mendapatkan gaji yang lumayan dibandingkan bekerja di PT dalam negeri tercinta ini.
Ya! Sudah bukan rahasia jika standar UMR kita jauh rendah jika dibandingkan di negara lain. Itu kemudian ku sanggupi untuk berpisah dari keluarga, dan kebetulan kala itu Mas Rayan sudah menjadi seorang prajurit TNI, Bintara yang satu tahun lagi masa dinasnya usai. Dia mengantarkan aku pergi ke negeri Melayu itu, memastikan aku tinggal di tempat yang layak, dia juga memberikan sejumlah uang untuk modal ku bekerja sebelum gajian.
Aku begitu senang, tak jauh dari perusahaan tempat ku bekerja terdapat sebuah kos yang bagus, jika ku lihat lebih seperti sebuah apartemen, ada tiga lantai dan semua penghuninya adalah pegawai perusahaan tersebut.
Sayangnya, kost tersebut sudah penuh, bahkan ada yang satu kamar di huni dua, tiga orang. Hingga seorang perempuan yang baru saja pulang menyapa ku.
"Kalau nak, adik boleh satu kamar dengan Akak." ucap Kak Hana ketika itu.
Aku yang baru saja bertemu dengannya sampai melongo memandangi wajah cantik kak Hana.
Dia tipe perempuan yang bertubuh mungil, wajahnya bersih, kulitnya tampak lembut, bibirnya mungil, basah dan pink alami. Bola matanya hitam pekat dengan bulu mata lentik tertata. Dan yang paling membuat aku takjub adalah hidungnya yang kecil, namun ujungnya begitu runcing seperti boneka.
"Halo!" dia mengibas tangannya pelan, menyadarkan aku yang kelewat mengaguminya.
"Ah, aku, ak_" Niat hati aku ingin mengatakan, ingin bertanya kepada Mas Rayan.
Dan ketika aku menoleh, ternyata kakak laki-laki ku itu juga sedang mengagumi boneka hidup di hadapan kami. Kak Hana pun tersipu malu kala itu.
Akhirnya, aku pun menyetujuinya. Aku tinggal satu kamar dengan kaka Hana, yang ternyata dia menyewa satu unit yang lumayan besar, di sana ada dua kamar dan ruang tamu yang cukup luas. Sehingga aku merasa nyaman dan tidak sungkan kepadanya.
Sementara aku sibuk menata pakaian ku di kamar, dua orang yang beberapa tahun diatas ku itu duduk di ruang tamu, berbincang dengan tegang meskipun berusaha untuk tidak memperlihatkannya. Kakak ku menyukai Hana, dan sepertinya, Hana pun demikian, terlihat dari sikapnya yang salah tingkah berbicara dengan Mas Rayan.
Hari-hari berlalu, Minggu dan bulan pun berganti. Aku menikmati hari-hari ku di sana. Dan ternyata hubungan Mas Rayan dan kak Hana semakin dekat walaupun terjalin hanya lewat telepon saja.
Hingga satu tahun kemudian.
Aku memutuskan untuk pulang ke negeri tercinta guna menemui orang-orang kesayanganku. Puasa di negeri orang tidak lah senikmat di kampung sendiri. Suasana sahur dan berbuka membuatku mengeluh rindu akan masakan ibu. Namun kak Hana menghiburku, dia seperti Kakak perempuan bagiku.
"Dik, Abang kau nak datang." ucap kak Hana ketika kami baru saja pulang bekerja. Kak Hana adalah atasanku. Dan baru ku tahu, ternyata dia juga adalah pemilik dari apartemen yang kami tempati, dia bahkan tak mengatakannya.
Ku pikir, mas Rayan hanya ingin menjemputku, mengingat aku adalah adik perempuan satu-satunya yang belum pernah bepergian sejauh ini. Ternyata aku salah, Mas Rayan datang untuk melamar kak Hana, mereka sudah sepakat untuk menikah.
Begitu indahnya, pernikahan yang sederhana, hanya di isi oleh acara ke agaman yang tidak terlalu ramai.
Akhirnya, Mas Rayan membawa sosok tercinta itu pulang ke Indonesia. Tak di sangka pula, kak Hana bersedia meninggalkan pekerjaan dan rumahnya yang nyaman hanya untuk mendampingi sang suami yang baru saja usai masa dinas. Keduanya sibuk mengurus pernikahan mereka hingga usai, dan pulang ke rumah ibu untuk mengadakan syukuran kala itu.
Cinta diambang tugas, begitulah seorang prajurit bahkan hanya mendapatkan waktu beberapa hari untuk menikah.
Tak ada bulan madu, bahkan rasa bahagia karena sudah saling memiliki itu harus tertelan paksa karena tuntutan pekerjaan.
Kak Hana mengantarkan Mas Rayan menuju stasiun kereta api di pusat kota. Aku menjadi saksi bagaimana harunya perpisahan pengantin baru yang baru seminggu itu.
Mas Rayan memeluk kaka Hana begitu erat, menciumi wajahnya dan membenamkan wajahnya begitu lama di pundak kak Hana. Tatapannya sendu namun cinta yang terpancar dimatanya sungguh jelas terlihat.
"Abang hati-hati." ucap kak Hana pelan, tak henti mata beningnya menatap wajah sang suami yang terlihat sangat gagah dengan pakaian khas prajurit, lengkap dengan ransel dan baret di kepalanya.
"Aku mencintaimu, Hana ku." Mas Rayan pun membalas ucapan kak Hana dengan sangat mesra.
Kereta pun berjalan pelan, menyisakan tangan Mas Rayan di ambang pintu yang terus melambai.
Pintu demi pintu terlewati hingga jauh sekali lambaian mas Rayan sudah tak terlihat lagi. Kak Hana menangis dalam diam.
Aku tahu, rasanya pasti ingin berteriak, meraung-raung keras ditinggalkan sang suami selagi hangat-hangatnya. Namun kak Hana bisa menahannya.
_
_
_
Hai, readers... jumpa lagi dalam karya ku... Semoga suka.
Lanjut Bab 2...
💞💞💞💞
#quoteoftheday..