Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KELUARGA
Affhan pulang, ia sudah lebih baik. Empat kantung darah dari dua orang yang mestinya ia panggil paman.
Virgou tak bisa memberikan darahnya karena tensinya mendadak naik. Tentu saja, keputusannya mengumpan dua anak kembarnya. Nyaris membuat ia kehilangan dua buah hatinya itu.
"Apa kamu marah dengan keputusan Daddy?" tanyanya pada sang putra.
"Nggak Daddy!" jawab Affhan.
"Affhan malah senang jika Daddy percaya pada Affhan!" lanjut remaja tampan itu.
"Daddy kenapa nggak umpanin aku aja sih?" celetuk Kaila.
"Atau Bu'lek Dewi?!" lanjutnya.
"Eh ... kok Bu'lek dibawa-bawa?" ketus Dewi sebal.
"Ila yakin sepuluh preman itu habis tanpa perlawanan!" jawab Kaila.
"Makanya Dad, kami sering-seringlah pergi tanpa pengawalan!" sahut Dimas.
"Heh ... kemarin dikasih pengawal dua aja kalian diserang apa lagi nggak?!" sengit Andoro.
Bart menatap penyesalan di wajah Virgou. Ia sangat paham. Tetapi jika yang keluar adalah Virgou sendiri. Maka penjahat itu tak akan menampakkan batang hidungnya.
"Sudah boy. Ini sudah terjadi, lain kali. Kita ikuti apa kata Remario. Langsung datangi sumbernya jika kita sudah tau tempatnya," ujar Bart menenangkan Virgou.
Zack menatap plester yang berada di wajah Mai. Sekitar plester itu, kulit Mai tampak memerah.
"Gatal," Mai ingin menggaruk luka.
"Baby," Dian mencegah tangan Mai sampai di lukanya.
"Gatel Tinti!" rengek Mai.
"Coba Uma lihat!" ujar Saf.
Ia pun membuka plester. Tampak bekas luka sudah menghitam dan menutup. Wanita itu sangat yakin akan ada bekas luka kecil di sana.
"Baby ... nanti bakalan ada bekas loh di sini," ujarnya lalu memberi salep pada luka yang mengering itu.
"Apa itu berbahaya?" tanya Mai.
"Tidak, hanya saja wajahmu seperti wajah papa Fabio. Ada bekas lukanya," jawab Saf.
"Oh kirain apa. Biar ah. Kan keliatan kalau Mai jagoan!" ujar Mai santai.
"Nggak mau operasi plastik buat ilangin luka Baby?" tawar Haidar.
"Nggak, buat apa!" sengit Mai.
"Masa gara-gara luka gini harus operasi plastik?" tolak Mai langsung.
Kejadian kemarin juga membuat semua perusuh paling junior ribut. Mereka sangat heboh dan membuat kisah sendiri.
"Ata' Mai yan piselan pama benjahat. Tatana mutana judha pisobet Daddy!" sahut Al Bara berapi-api.
"Patai pa'a?" tanya Maryam.
"Batai sipau lah ... basa patai dawun!' sahut Zaa memutar mata malas.
"Peulatalana beunapa syih?" tanya Aaima yang bingung.
"Teunapa Ata' Mai pampai diselan tayat dhitu?" tanyanya kesal.
"Tatana sowotna lada yan suta pama Ata'!" sahut Arsyad entah info dari mana.
"Pati pitolat pama Ata'Mai!" lanjutnya memberitahu.
"Papa podhidal pemana peumua tuh?" tanya Zizam.
"Tan papa Susli pama papa Dido tena judha Paypi!" sahut Chira memberitahu.
"Lutana peuldalah-dalah woh!" sahut Aarav kembaran Chira.
"Ata' ... piyasana Ata' peslalu beulalan Ata' Mai peuldhi?" tanya Fatih pada Harun.
"Kemarin Kak Mai pergi sama Kak Affhan, jadi boleh dong!" sahut Bariana membela Harun.
"Kak Harun juga nggak tau kak Mai pergi sama kak Affhan," jawab Harun juga.
"Pa'a yan seunen Pama Ata' Mai Ata' pahu?" tanya Izzat.
Harun menggeleng, ia benar-benar tak tahu menahu. Hingga terdengar teriakan Affhan jika mereka dikeroyok.
"Kakak rasa ada sesuatu dibalik ini semua," sahut Harun lagi.
"Kakak mau cari tahu nanti!' lanjutnya.
"Udah sih kak!" cegah Della.
"Kak Mai udah nggak apa-apa!' lanjutnya.
"Kasihan Daddy dan yang lainnya jika kita terus-menerus mendesak semua!" lanjutnya memberi pengertian.
Della memang sudah lancar bahasa orang dewasa. Bahkan dia tak cadel lagi. Kepintarannya di sekolah melebihi Lilo dan Seno.
"Udah nggak usah dibahas lagi. Kak Affhan sudah sembuh begitu juga Kak Mai. Kita berdoa agar orang jahat sudah tak ada lagi!" lanjut Della menenangkan semua saudaranya.
"Aypi!" pekik Zora pada Faza.
"peulapah tamuh lali?" tanyanya gemas.
"Ihat sasin anti!" jawab Faza menunjuk binatang yang menggeliat dan masuk ke dalam tanah.
Semua orang tua menoleh. Waktu penghujan berarti tiba. Semua anak diungsikan karena masing-masing rumah tengah melakukan penyemprotan agar tak tumbuh bibit nyamuk.
"Sudah jangan bicarakan yang sudah terjadi. Aku dengar sepuluh preman itu kini sudah dikebumikan," ujar Bart pelan.
Pria itu takut ucapannya didengar oleh para perusuh yang memiliki indera pendengaran super tajam itu.
"Leo dan anak buahnya bersenang-senang Grandpa. Mereka semua akhirnya menyerah dan menghembuskan napasnya kemarin sore," jawab Virgou cuek.
Puspita mengelus punggung suaminya. Janji untuk tidak membunuh lagi rupanya dilanggar oleh Virgou.
"Siapa ketuanya?" tanya Andoro.
Virgou diam tak menjawab. Ia sudah mengunci target melalui bravesmart ponselnya. Andoro berdecak melihat bungkamnya Virgou.
"Kita harus selesaikan bersama Vir!" ujarnya lagi.
"Dia sedang duduk menahan kencing di celana. Kau tak usah khawatir!" ujar Virgou.
"Ah ... sialan kau!" gerutu Andoro.
Virgou menatap tajam mertua dari Nai itu. Andoro menelan saliva kasar. Bart menenangkan cucu kesayangannya itu.
"Boy!"
"Habis dia meledekku sisilan!" sungut Virgou kesal.
"Daddy tan beuman nanat sisilan?" celetuk El Bara.
Semua menoleh pada bayi yang tiba-tiba berada ditengah-tengah mereka. Lidya menghela napas panjang. Entah sifat siapa yang menurun pada salah satu putranya yang super kepo itu.
"Baby!' panggil Lidya pada putranya.
"Sudah lah kak. Mereka hanya anak kecil!' bela Rion.
"Tapi mendengarkan percakapan orang tua itu dilarang baby!" sahut Lidya.
"Salah kita yang bicara di depan mereka!" sahut Rion.
"Mereka terlalu banyak jadi biarlah!" lanjutnya pasrah.
El Bara mendekati suadaranya. Semua orang tua langsung penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan semua bayi.
Mai dan Affhan juga sama. Perban yang membalut lengan Affhan tak dihiraukan remaja itu. Mai menggandeng tangan pria dan meletakkan kepalanya di bahu pria itu, tanpa melihat siapa pria tersebut.
Zack hanya diam, jantungnya berdetak secara menggila. Tetapi ia segera sadar jika Mai hanya menganggapnya sebagai ayah bukan pria dewasa.
"Baby," Virgou mengambil alih Mai dan memeluknya.
"Eh ... Mai kira Daddy," ujar gadis itu menatap Zack.
"Days!" seru El Bara pada semua saudaranya.
"Pa'a?"
"Basa Daddy pidat teulima talaw Daddy nanat sisilan?" lapornya.
"Wah ... teunapa beudithu?" tanya Fathiyya.
"Atuh lasa Daddy suma posan!' sahut Angel.
"Daddy tan pelalu seulin pipandhil nanat sisilan pama wuyuy!" lanjutnya.
Virgou berdecak, sedang Mai sudah terkikik geli. Pria sejuta pesona itu memeluk gemas anak gadisnya. Mereka kembali mendengarkan para bayi yang menggibah orang tua mereka.
"Badahal atuh teumalin seunen ahilna lada nanat sisilan sewet!" sahut Aisya.
"Atuh judha deunel tata wuyuy. Peupuluh sowot teumalin lembubusan papas teulahin!' lanjut El Bara.
"Lembubusan papas teulahin?!' seru semua bayi dengan mata bulat sempurna.
"pupusan babas selahin?' sahut Faza dan Horizon tak mengerti.
"Ipu matanan?" celetuk Xierra.
"Tot matanan?" decak El Bara.
"Bahtan tata Daddy. Meuleta peumuwa budah pidemumitan!" lanjutnya.
"Pa'a ladhi ipu?" tanya Zizam putus asa.
Semua bayi menoleh pada Haidar. Pria itu berdecak kesal.
"Menghembuskan nafas terakhirnya berarti dia sudah meninggal Babies," jawab pria itu.
"Ninalilahi!" seru semua bayi.
"Talaw pidemumitan?" tanya Izzat.
"Dikubur," jawab Haidar.
"Oh ... beudithu!" sahut semua bayi kompak.
Plak! Aduh! Semua menoleh. Faza baru saja menepuk nyamuk di tangan Dita.
"Ata' tuh palu unuh bamut ... pa'a ita lus mumimitan?" tanyanya dengan bangkai nyamuk di tangannya.
"Wah ada nyamuk yang jadi janda!" celetuk Azha.
Bersambung.
Nggak gitu juga kali Azha, Faza?! 🤦
next?
semoga pas bangun gak lupa......🥰
2b continue