NovelToon NovelToon
Kasihku Yang Takkan Hilang

Kasihku Yang Takkan Hilang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Reinkarnasi / Cinta Murni / Bad Boy
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: M. Novri Al-zanni

Demand adalah seorang petarung maniak dan menakutkan di sekolah Giulietta. Pertarungan selalu ada di depan mata, tanpa pandang bulu, hanya ada perkelahian baginya. Sebuah geng ataupun seorang individu, yang kuat ataupun yang lemah, yang memiliki kuasa atau tidak, semuanya akan dimusnahkan.
Rekannya Miller sedang diculik oleh sekelompok geng misterius, tanpa ragu Demand datang seorang diri ke markas geng tersebut. Dalam beberapa saat geng itu dibuatnya tak berkutik dan hancur dikalahkan olehnya.
Namun ternyata seorang wanita cantik terlibat dalam masalah itu dan juga sedang disandera, ia bernama Lasiana. Seorang wanita cantik dengan karakter pemalu dan baik hati itu membuat Demand mengalami cinta pandangan pertamanya. Tapi... siapa sangka hal itu akan membawanya kepada kematian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hati Tidak Berbohong

Setelah melihat mereka bertiga berteman kembali dan saling memaafkan. Sepertinya aku sudah boleh pergi dari sini, aku tidak boleh mengganggu persahabatan mereka yang telah datang kembali. Shania melihat ke arahku dan tersenyum sebagai tanda terima kasih sebelum aku pergi keluar kelas. Aku membalasnya dengan melambaikan tanganku kepadanya.

Setelah itu harus pergi ke atap sekolah dan berharap bisa bertemu dengan diriku yang berasal dari masa lalu dalam halusinasi. Aku berdiri dan bertengger di pagar pembatas sambil menatap sekolah ini dari atas. Aku terus menunggu dan menunggu sampai diriku yang dari masa lalu muncul.

Aku sudah menunggu hampir 2 jam tapi ia tidak muncul juga dan berbicara kepadaku. Karena hari sudah semakin gelap, aku berpikir kakek pasti sedang mengkhawatirkanku karena pulang telat. Jadi aku memutuskan untuk pulang karena sepertinya diriku yang berasal dari masa lalu tidak muncul.

Namun sebelum pulang aku pergi mengecek kelas 3B terlebih dahulu. Ternyata Shania dan teman-temannya tidak ada di kelas, sepertinya mereka bertiga sudah pulang. Jadi aku merasa tenang dan bisa meninggalkan sekolah dan kembali ke rumah untuk bertemu dengan kakek dan menemani kakek.

Sesampai aku di rumah dan masuk ke dalam, aku melihat Shania sedang mengobrol dengan kakek di meja makan. Mereka berdua terlihat sangat asik membicarakan sesuatu berdua. Melihat kedatanganku mereka berdua berhenti mengobrol dan Shania datang ke arahku untuk menuntunku duduk di meja makan. Entah kenapa perlakuan seperti ini terasa seperti seorang suami dan istri.

Saat melihat kakek aku jadi teringat untuk menjelaskan semua yang terjadi sebelumnya agar kakek tidak salah paham.

"Oh ya kakek, soal kemarin ..." Ucapku yang tiba-tiba Shania memotong pembicaraanku.

"Kau tidak perlu menjelaskannya Demand, aku sudah mengatakan semuanya kepada kakek tentang apa yang terjadi kemarin" ucap Shania dengan lembut kepadaku dan tersenyum manis.

"Oh ya? Syukurlah kalau begitu" ucapku yang akhirnya bisa menghembuskan nafas dengan lega.

"Ngomong-ngomong apakah kalian sedang berpacaran?" Ucap kakek dengan tiba-tiba.

Lantas aku menjawab pertanyaan kakek, "Tidak!" Ucapku, yang tanpa sengaja membuat  wajah Shania menjadi sedih.

Aduh?! Sebenarnya apa yang harus kulakukan, kalau aku jawab iya, artinya aku mengkhianati diriku untuk Lasiana. Tapi jika aku jawab iya, Shania malah menjadi sedih, aku benar-benar bingung dengan keadaan ini sehingga aku berkata tidak tanpa pikir panjang.

"Benar kami belum berpacaran" ucap Shania dengan wajahnya yang murung.

"Belum?" Kata kakek yang membuat Shania harus mengatakannya lagi.

"Maksudku ... Kita tidak berpacaran" ucap Shania sambil menundukkan wajahnya.

Aku sangat paham mengenai perasaan Shania saat ini. Aku bisa merasakan kesakitan hatinya saat seorang pria yang dicintainya berkata tidak kepadanya. Tapi mau bagaimana lagi, seandainya ingatan masa laluku di cabut saat mengulang kehidupan, mungkin aku akan jatuh cinta kepadanya.

Tapi aku yakin jika ingatan masa laluku di cabut, aku akan mengulangi hal yang sama. Tidak akan ada perubahan yang terjadi dan hanya melakukan kesalahan yang sama. Bahkan sepertinya aku tidak akan pernah mengenal Shania sama sekali seperti sebelum dan sebelumnya.

Aku tidak ingin membuatnya sedih, jadi aku diam-diam menggenggam tangannya. Shania terkejut dan langsung melihat ke arahku dengan malu-malu. Sementara itu kakek melihat kami dengan wajah heran.

"Oh iya, sepertinya kalian menungguku. Karena aku sudah pulang, ayo kita makan bersama" ucapku sambil tersenyum lebar.

Setelah itu kami makan bersama hingga puas, aku tak menyangka kalau Shania makan banyak sekali. Bahkan porsinya lebih dariku, tapi bagaimana bisa dia memiliki badan yang ramping dan bagus seperti itu?. Apakah dia berolahraga diam diam? Bahkan Lasiana makan tidak sebanyak itu.

"Kakek ... Apakah masih ada ikannya lagi?" Ucap Shania yang terlihat masih lapar.

"Apa?! Kau sudah makan banyak sekali? Memangnya kau tidak makan di rumahmu?" Ucapku yang tidak menyangka dia masih kuat untuk makan.

"Hahahaha! Hahahaha!" Tawa kakek terbahak-bahak melihat kelakuan kami.

Aku dan Shania terlihat kebingungan melihat kakek tertawa, tapi kami merasa senang melihat kakek bisa tertawa lepas seperti itu. Rasanya sangat menenangkan, sepertinya Shania merasakan hal yang sama sepertiku. Terlihat dari senyuman tipisnya dari wajahnya.

"Dasar kalian ini, membuat kakek teringat masa lalu ..." Ucap kakek yang entah kenapa raut wajahnya menjadi serius dan kakek terlihat ... Sedikit sedih.

"Masa lalu? Memangnya masa lalu seperti apa yang kakek ingat?" Ucap Shania yang mulutnya tidak bisa dihentikan dan sepertinya dia tidak bisa melihat kondisi.

"Kakek teringat ... Kedua orang tua Demand. Setiap kali mereka mengunjungi rumah ini, mereka selalu bercanda di meja makan. Banyak suasana yang telah terjadi di meja makan ini sepanjang kakek hidup" ucap kakek dengan nada yang berat.

Kemudian aku dan Shania terdiam mendengar kakek berbicara seperti itu. Mendengar kakek berbicara seperti itu, aku jadi membayangkan seperti apa kedua orang tuaku bercanda saat di meja makan. Apakah saat itu aku sudah lahir? Sejak dulu aku tidak bisa mengingat momen saat bersama kedua orang tuaku.

Padahal orang tuaku meninggal saat aku berumur 6 tahun, tapi setidaknya selama 6 tahun itu seharusnya aku bisa mengingat sedikit momen bersama dengan orang tuaku. Tapi aku benar-benar tidak bisa mengingatnya sampai sekarang. Apa yang terjadi padaku saat kecelakaan itu terjadi? Apakah kecelakaan itu membuat ingatanku tentang mereka hilang?.

Saat aku terlalu larut memikirkan tentang kedua orang tuaku, tiba-tiba saja Shania mengelus-elus kepalaku dengan lembut. Aku melihat wajahnya terlihat ikut sedih bersamaku, sepertinya aku telah membuatnya sedih karena aku terlalu larut memikirkan masa lalu

"Terima kasih, Shania ..." Ucapku kepadanya dengan tersenyum.

"Ehem ... Baiklah kalau begitu kakek pergi ke dapur untuk memasak ikan lagi untuk Shania " ucap kakek yang pergi dari meja makan dan berjalan ke dapur.

Sementara itu aku mengobrol dengan Shania, "Shania ... Apa aku membuat hatimu terluka saat aku mengatakan tidak kepadamu?" Ucapku dengan wajah serius.

Shania terlihat linglung dan ragu-ragu, "Ti-tidak, aku baik-baik saja kok" ucapnya yang terlihat tegar di mataku.

"Maaf ya ... Untuk saat ini ... Atau mungkin selamanya ... Aku tidak bisa membalas cintamu" ucapku dengan wajah serius dan berharap ia dapat memahaminya.

"Ci-cinta apa?! A-aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan" ucapnya yang malu-malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Wajahnya memerah seketika dan setelah itu dia diam tidak berbicara kepadaku. Sampai akhirnya kakek selesai memasak ikan untuknya dan Shania kembali memakan ikan itu dengan sangat lahap. Gadis ini benar-benar rakus, itulah yang kupikirkan tentangnya sambil tersenyum memandanginya.

Setelah selesai makan Shania mengobrol sebentar denganku dan kakek sambil membahas hal yang lucu dan menyenangkan. Setelah itu tepat jam 8 malam, Shania pamit untuk pulang. Aku pergi mengantarnya sampai di depan pintu dan aku berniat untuk mengantarnya pulang sampai rumah.

"Apa kau ingin ku antar sampai rumah?" Ucapku kepadanya.

"Tidak perlu, aku sudah baik-baik saja sekarang, lihat ini!" Ucapnya yang terlihat berenergi sambil loncat-loncat di depanku.

Tapi tetap saja aku merasa khawatir, mau bagaimanapun dia adalah seorang perempuan. Apa lagi di sini sudah malam dan banyak anak-anak nakal yang berkeliaran pada malam hari. Jadi aku berinisiatif untuk tetap mengantarnya pulang, tapi tiba-tiba saja Miller datang bersama dengan sepupunya William.

"Miller? William? Tumben sekali kalian datang?" Ucapku dengan wajah heran.

"Apakah mereka teman-temanmu?" Ucap Shania sambil memperkenalkan diri kepada mereka dengan sopan.

"Ada yang ingin kami bicarakan denganmu, Demand" ucap Miller.

"Kita bicarakan hal ini nanti saja, kalian berdua tolong antarkam Shania pulang ke rumahnya. Aku akan menunggu kalian di sini" ucapku yang kemudian mereka menurut begitu saja.

Akhirnya Miller dan William yang baru saja datang ke rumahku harus pergi lagi untuk mengantar Shania pulang ke rumahnya. Sementara itu aku menunggu mereka datang kembali di bangku teras depan rumah. Aku sengaja tidak mengantar Shania pulang karena aku ingin kita menjaga jarak.

Aku takut jika terlalu baik dan sering bersamanya akan membuatnya tidak bisa berhenti memikirkan aku. Tapi ada hal yang lebih penting dari pada itu ... Sepertinya aku mulai suka dengannya. Karena itu aku ingin menjaga jarak darinya, bisa-bisa aku malah mengkhianati apa yang telah ku perjuangkan selama ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!