Nyonya Misterius itulah julukkan yang diberikan oleh Arzian Farelly kepada Yumna Alesha Farhana.
Hari yang paling mengejutkan pun tiba, Yumna tiba-tiba meminta Arzian menikah dengannya. Arzian tidak mungkin menerima permintaan wanita itu, karena wanita yang ingin Arzian nikahi hanyalah Herfiza, bukan wanita lain.
Demi melanjutkan misinya hingga selesai, Herfiza memaksa Arzian menikah dengan Yumna demi cintanya. Untuk cintanya, Arzian mampu melakukan apapun termasuk menikah dengan Yumna.
Mampukah Arzian mempertahankan Cintanya kepada Herfiza, atau ia malah terjebak pada cinta Nyonya Misterius yang tidak lain adalah Yumna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MNM -06- Tersesat
Mau tidur lagi tak bisa, mimpinya tadi membuat Arzian sangat ketakutan sekali. Semua terasa nyata sekali. Sampai tenggorokkannya kering, sepertinya karena teriak-teriakkan tadi.
Pria itu menatap sekelilingnya, tidak air di dalam kamar. Mau tidak mau, Arzian harus pergi ke dapur untuk meminta minum tanpa perduli sekarang sudah pukul satu malam.
Saat berjalan ke dapur, Arzian melihat sesosok perempuan keluar dari rumah. Ia mulai bergidik ngeri, takutnya yang dilihatnya itu hantu. Namun, Arzian ingin memastikkannya walau memang ada ketakutan di dalam dirinya.
Arzian mengikuti perempuan itu dari belakang, tetapi sedikit membuat jarak. Agar tidak sampai ketahuan. Perempuan itu tiba-tiba menengok ke belakang, Arzian segera bersembunyi. Terkejut sekali, melihat perempuan itu adalah Yumna. Yumna menggunakan gaun putih panjang serta rambutnya digerai, wajar saja dikira itu adalah hantu perempuan sebut saja kuntilanak.
"Kira-kira Nyonya Yumna mau apa ya keluar malam-malam?" tanyanya pada dirinya sendiri.
Arzian terus membuntuti Yumna dari belakang, Yumna keluar mansion berjalan ke arah hutan. Arzian baru tahu, di dekat mansion ada sebuah hutan. Arzian semakin bertanya-tanya untuk apa Yumna ke hutan.
Di dalam hutan, Arzian malah ketakutan. Jelas ia takut jika ada binatang buas, lalu memangsanya. Namum, demi menuntaskan rasa penasarannya. Arzian tetap
Suasana malam semakin mencekam, hingga Arzian merinding. Belum lagi angin malam juga menyeruak membuatnya merasakkan kedinginan. Mana Arzian hanya memakai kaos biasa.
Semakin masuk hutan, ia malah terdiam di tempat. Kehilangan jejak Yumna, Arzian bingung harus bagaimana sekarang. Apa yang harus dilakukannya. Kembali? Atau tetap mencari keberadaan Yumna. Memecahkan segala kecurigaannya pada perempuan itu?
Melihat hutan gelap, sedangkan ia hanya menggunakan senter yang ada di ponselnya sebagai penerangan. Setidaknya masih bisa untuk melihat jalanan. Sepertinya mencari jejak Yumna sudah tidak mungkin lagi, Arzian memilih berbelok arah. ia akan kembali saja ke mansion. Semoga saja bisa tetap selamat sampai mansion.
Ditengah jalan, Arzian malah kebingungan. Ia tidak terlalu ingat jalan kembali ke mansion. Karena tadi fokusnya hanya mengikuti Yumna.
"Yaampun, ini gimana caranya biar bisa kembali ke mansion? Masa harus ada di hutan ini selamanya?"
Dengan ketakutan yang tak bisa terbendung lagi, Arzian berjalan tak tentu arah. Berharap bisa bertemu sesorang yang bisa membantunya keluar dari hutan yang begitu menyeramkan ini. Walau rasanya mustahil ada orang lain lagi di dalam hutan selain dirinya atau Yumna, jika ketahuan oleh Yumna, Arzian pun takut mimpinya menjadi sebuah kenyataan.
"Sedang apa kau di sini?" tanya seorang pria yang sudah ada di depan Arziab.
"Kau sendiri siapa? Kenapa bisa di sini?" Bukan menjawab, Arzian malah bertanya balik pria itu.
"Hey, jawab dulu pertanyaan saya. Jika kau masih ingin bisa keluar dari hutan ini." Pria itu tersenyun sinis pada Arzian setelah mengucapkan ancamannya.
"Saya tersesat di hutan ini." Mendengar jawaban yang Arzian berikan, pria itu malah tertawa keras seakan meledek.
"Kau kira saya tidak tahu, kau di hutan ini karena telah mengikuti Nyonya Yumna. Kau terlalu berani Tuan."
"Jika sudah tahu kenapa pakai bertanya? Siapa kau sebenarnya? Untuk apa kau di sini juga."
Pria itu melipat tangannya di dada. "Dengan senang hati aku akan menjawab semua pertanyaanmu. Walau jika aku tak mau menjawab pun, sebenarnya tak masalah."
Arzian kesal setengah mati dengan pria yang ada di sampingnya, sejak tadi berusaha sekali mempermainkannya. Sedangkan dirinya sangat benci dipermainkan.
"Perkenalkan saya Aliendra Mustafa, asisten pribadi Nyonya Yumna yang kedua. Saya di sini karena melihat kau mengikuti Nyonya Yumna, tentu saya mengikutimu dari belakang. Karena dugaan saya, kau pasti tersesat di hutan mati ini. Memang walau menginap semalaman tidak akan membuatmu dimakan oleh binatang buas, tetapi mati ketakutan mungkin. Atau mati karena dilenyapkan oleh Nyonya Yumna itu lebih memungkinkan lagi," katanya panjang lebar. "Panggil saya Pak Alien saja."
"Hutan mati?"
"Iya, ini hutan mati sejak beberapa tahun lalu. Tidak ada binatang apapun yang hidup di sini, pepohonan pun tinggal yang tersisa saja." Ternyata Arzian terlalu mencemaskan sesuatu dengan berlebihan. Padahal kenyataannya tidak semengerikan itu.
"Pak Alien, saya Arzian pelayan pria yang baru saja bekerja hari ini. Maaf, jika sikap saya tadi lancang. Saya hanya sedikit penasaran hingga membuat saya mengikuti Nyonya Yumna. Saya sangat menyesal telah melakukannya, tolong bantu saya keluar dari hutan ini," mohon Arzian dengan memelas agar Alien akan kasihan padanya. Dan
"Saya akan melupakan kesalahanmu saat ini, menganggapnya karena ketidak tahuanmu semata. Namun, sampai berani sekali lagi kau melakukannya. Aku tidak akan tinggal diam. Ingat itu."
Arzian mengangguk paham, Alien lalu berjalan duluan dan diikuti Arzian di belakangnya. Hingga akhirnya mereka sampai juga di depan mansion Kavendra, yang berarti Arzian sudah selamat. Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam, tanpa ingin memulai percapakan apapun.
"Masuk ke kamarmu dan istirahatlah, kali ini saya maafkan. Jangan pernah mengulanginya lagi."
"Baik, Pak."
****
Pagi ini, tugas Arzian, Dodi serta Reni adalah pergi ke pasar tradisional untuk berbelanja kebutuhan mansion untuk beberapa hari. Mereka pergi menggunakan taksi, karena mobil semua terpakai. Dan banyak yang sedang di service. Reni sendiri adalah seoranh pelayan wanita yang sudah lebih lama bekerja di mansion Kavendra.
Memang tugas kepasar itu dua hari sekali, lakukan oleh tiga orang pelayan. Satu pelayan perempuan dan duanya pelayan pria. Karena pelayan prialah yang akan kebagian untuk membawa belanjaan yang jelas tidak akan hanya sedikit saja.
Sampai di pasar tradisional, Arzian mempunyai sebuah ide brilian. Ia sudah jauh dari mansion, berarti ponselnya sudah bisa digunakan kembali. Mereka menyusuri pasar, sambil melihat daftar belanjaan yang kini berada di tangan Reni.
"Dodi, Reni. Saya izin ke toilet sebentar ya. Nanti saya akan balik lagi ke sini," ijinnya dengan wajah seperti menahan ingin buang air kecil.
"Jangan lama-lama ya, kita di sini itu untuk belanja kebutuhan mansion, bukan untuk bermain-main di pasar atau toliet," ketusnya.
"Baik." Arzian berlari ke toilet yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri tadi. Sampai di toilet, Arzian benar-benar masuk untuk buang air kecil sebentar. Setelahnya, ia keluar dan mencari tempat yang aman untuk menelfon kekasihnya.
"Sayang, ini aku Arzian. Aku rindu sekali sama kamu," ujar Arzian saat telfonnya sudah diangkat oleh sang kekasih.
"Aku juga sangat amat merindukkanmu, sayang. Kamu di sana baik-baik saja kan. Aku sangat khawatir padamu. Apalagi kamu juga tidak bisa dihubungi sejak kemarin," balasnya dari sebrang sana.
"Kamu tenang ya, aku baik-baik saja kok. Semua aman, walau memang ada beberapa hal yang harus aku ceritakan. Oh iya, ponselku di sana memang tidak berfungsi. Karena di sana tidak ada sinyal sama sekali, jika sangat penting aku akan mengubungimu saat keluar seperti ini. Atau nanti aku akan menghubungimu dengan menggunakan ponsel yang di pegang Bu Dinda, ponsel yang biasa dipinjamkan untuk para pegawai mansion. Mungkin nanti aku akan mengirimkan pesannya menggunakan kode, jadi jika di cek pun tidak akan menimbulkan kecurigaan. Kamu ingatkah, kita kan pernah membuat sebuah kode rahasia. Kode itu bisa kita gunakan," ujarnya panjang lebar.
"Bu Dinda itu siapa? Kamu dekat dengannya?" Terdengar jelas ditelinga Arzian, nada Herfiza seperti tengah cemburu. Pria itu hanya bisa tersenyum kecil.
"Pleasee baby, jangan cemburu dulu. Bu Dinda itu adalah pelayan senior, atau bisa dibilang kepala pelayan. Beliau memang yang memegang ponsel yang bisa dipinjamkan, jika para karyawan ingin menghubungi keluarga mereka. Lagian Bu Dinda itu sudah tua, mana mungkin aku suka. Kan aku cintanya sama kamu. Tenang aja, aku setia kok. Aku aja rela lakuin apapun demi kamu, sayang. Masa kamu masih meragukan cintaku."
"Iya, aku percaya kamu, Arzian. Kata kamu sedang ada di luar, memang kamu sedang berada di mana?"
"Aku sedang berada di pasar tradisional, karena aku dan dua pelayan lainnya mendapatkan tugas untuk berbelanja kebutuhan mansion."
"Owh gitu." Dengan waktu singkat, Arzian menceritakan semua yang terjadi di mansion. Termasuk apa yang Yumna lakukan semalam, karena membuntuti perempuan itu hingga membuat Arzian tersesat di.
Setelah selesai menceritakan semuanya, Arzian segera mematikan telfonnya. Karena jika terlalu lama di toilet, pasti Dodi dan Reni akan curiga padanya. Paling apes, jika mereka berdua sampai mengadukkannya pada Yumna.
Saat ingin mencari keberadaan Dodi dan Reni di pasar, Arzian malah melihat seorang perempuan yang ia kenal keluar dari mobil. Walaupun menggunakan kata mata hitam, Arzian bisa mengenali siapa wanita itu.