Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 (Marco Dihina)
Pagi ini, Silva akan mengantarkan ibunya ke bandara. Semalam Silva sudah memberitahu Marco untuk datang kerumahnya dan ikut bersama dirinya untuk mengantar ibunya. Tentu saja, Marco dengan senang hati mau melakukannya.
Setelah mengantar Zea ke sekolah, Marco meminta izin pada Zea untuk menggunakan mobilnya untuk mengantar ibunya Silva ke bandara, karena mobil Silva sedang di servis di bengkel dan baru besok selesai. Zea tentu saja tidak keberatan dan dengan senang hati meminjamkannya pada Marco.
Sekitar 30 menit perjalanan dari sekolah Zea menuju rumah Silva. Marco membunyikan klakson. Tak berapa lama, Bi Leli keluar dan membuka pagar.
"Eh, den Marco" sambut Bi Leli saat Marco turun dari mobil.
"Pagi, Bi" Marco menyapa Bi Leli.
"Pagi juga, den" balasnya.
"Silva minta aku kesini untuk ngantar ibunya ke bandara katanya" jelas Marco.
"Iya, Den, nyonya mau berangkat ke Australia buat liburan selama seminggu" jawab Bi Leli.
"Ayo, den, masuk dulu kedalam, sambil nunggu nyonya dan non Silva selesai" ajak Bi Leli. Marco mengikuti langkah Bi Leli masuk kedalam rumah, lalu duduk di ruang tamu.
"Bentar yah, den, saya bikin minum dulu" pamit Bi Leli.
"Makasih yah, Bi, maaf ngerepotin" kata Marco.
"Gak apa-apa kok, den, santai aja" balasnya dan berlalu dari hadapan Marco.
"Eh, sayang, kamu udah datang" Silva keluar dari kamarnya dan melihat sang kekasih sudah berada di ruang tamu.
"Kamu udah lama?" Tanya Silva, lalu duduk disamping Marco.
"Baru kok aku nyampe sini, ini aja aku baru duduk" jawab Marco. Silva melihat sekilas keluar rumah dan melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya.
"Sayang, itu di depan mobil siapa? Kok aku baru lihat yah? Kalau mobil mami sudah dikirim duluan ke Aussie buat dipake selama disana, sedangkan mobil aku masih di bengkel" Silva terlihat bingung.
"Itu mobil Zea, aku pinjam mobil dia buat anterin mami kamu kan, kalau naik taksi nanti lama nunggunya, jadi aku inisiatif aja pinjam mobil Zea dan dia izinkan" terang Marco. Silva hanya mengangguk.
"Pesawat mami kamu jam berapa emang?" Marco berbalik bertanya.
"Sekitar jam 11, tapi, mami sudah siap-siap sekarang, biar gak terlalu terburu-buru saat dijalan" jawab Silva.
Marco dan Silva asik mengobrol di ruang tamu, sampai Bi Leli datang membawa minuman untuk Marco. Setelah meletakkan minuman buatannya, Bi Leli berlalu dan kembali ke dapur.
"Eh, Sil, kamu udah siap belum?" Tanya ibunya Silva.
"Udah, mi, aku udah siap kok, tinggal nunggu mami aja selesai" jawab Silva.
"Terus ini siapa, Sil?" Tanya ibunya Silva lagi, menunjuk kearah Marco.
"Kenalin, mi, ini Marco, pacar aku yang aku bilang itu" Silva memperkenalkan Marco. Marco bangkit dari duduknya dan langsung menyalami ibunya Silva. Ibunya Silva menyambutnya dengan senang hati. Ibunya Silva sempat melirik sejenak kearah halaman rumah dan melihat sebuah mobil terparkir disana. Dia menebak kalau mobil itu milik Marco.
"Ternyata pacarnya Silva punya mobil, pintar juga Silva nyari pacar yang sederajat dengan keluarga kita, aku sih pasti setuju kalau Silva sama Marco" batin ibunya Silva.
"Oh iya, nak Marco, silahkan duduk kembali" ibunya Silva mempersilahkan Marco untuk duduk kembali. Silva senang melihat ibunya menyambut Marco, yang menandakan kalau Marco diterima dengan baik oleh ibunya. Tidak seperti yang ada dipikirannya, yang akan memandang Marco berdasar status sosialnya.
"Oh iya, itu mobil kamu yah? Bagus loh, cocok lagi sama kamu" tanya ibunya Silva. Marco tersedak dengan pertanyaan tiba-tiba dari ibunya Silva tentang mobil yang dia kendarai itu.
"Maaf yah, nak, nanya tiba-tiba seperti itu" ibunya Silva meminta maaf.
"Gak apa-apa kok, Tante, aku tadi cuma kaget aja" jawab Marco.
"Soal mobil yang diluar itu, itu mobil milik Zea, majikan aku, Tante" Marco berterus terang.
"Majikan? Maksud kamu, kamu itu supir pribadinya Zea itu?" Tanya ibunya Silva. Raut wajah yang tadinya bersahabat seketika berubah.
"Iya, Tante, aku jadi supir pribadi Zea sudah sebulan. Aku tahu dari Silva kalau Tante mau diantar ke bandara, jadi, aku pinjam mobilnya Zea buat anterin Tante" terang Marco.
"Kirain mobil kamu, ternyata cuma supir aja, gak selevel lah kamu sama anak aku, beda kasta" wajah ibunya Silva berubah jadi masam.
Silva yang tadi sudah senang karena ibunya menyambut Marco dengan hangat, seketika menjadi sedih dengan perubahan sikap ibunya yang langsung berubah drastis.
"Tadi aku udah senang banget mami udah nyambut Marco, tapi, sekarang malah berubah drastis pas tahu kerjaan Marco cuma supir pribadi aja" batin Silva dengan perasaan sedih.
"Aku minta kamu putuskan Silva sekarang juga, karena aku sudah jodohkan Silva dengan Alex, dia anak salah satu pengusaha properti, yang pasti selevel dengan anakku" ibunya Silva memberi titah agar Marco segera mengakhiri hubungannya dengan Silva. Marco melirik kearah Silva dan seolah bertanya tentang yang dikatakan ibunya barusan. Silva yang mengerti, langsung menggelengkan kepalanya. Silva sendiri tidak mau jika dijodohkan dengan Alex, karena hatinya hanya untuk Marco saja.
"Sekarang kamu pulang sana, aku bisa telpon Alex buat antar aku" ibunya Silva meraih handphonenya dan menelpon Alex.
"Mami kok sikapnya gitu sih ke Marco, beda banget perlakuan mami ke Alex, apa karena Marco ini dari kalangan bawah sedangkan Alex kalangan atas? Mami ternyata gak berubah masih tetap membedakan orang berdasarkan status sosial" Silva kesal dengan perlakuan ibunya terhadap Marco.
"Semua manusia di muka bumi ini tuh sama, mau kaya ataupun miskin, yang terpenting itu kebaikan dari dalam hatinya, Marco memiliki itu dalam dirinya, bahkan Marco sopan sama mami, gak seperti Alex yang gayanya angkuh" Silva menambahkan.
"Silva, kamu gak usah ajari mami karena mami yang lebih berpengalaman daripada kamu" ibunya Silva jadi marah dibuatnya.
"Lagipula Alex bertingkah angkuh itu wajar karena dia anak orang kaya, sedangkan Marco apa yang mau dia sombongkan? Gak ada! Kerja aja cuma supir yang gajinya gak seberapa itu. Apa kata orang kalau kamu pacaran dengan seorang supir, dimana harga diri kamu" lanjut ibunya.
"Sudah, gak usah ada perdebatan lagi, mami mau berangkat dengan pikiran tenang dan kamu, pulang sana, gara-gara kamu, aku dan anakku jadi bertengkar seperti ini, dasar orang miskin, bisanya cuma cari masalah saja" ibunya Silva mengusir Marco.