Zara, akhirnya kembali ke tanah air setelah menyelesaikan studinya, sekaligus menyembuhkan trauma masa lalu. Ia ingin melupakan orang yang menyakitinya. Namun tanpa diduga Kenan muncul kembali dalam hidupnya, menyatakan keinginan nya menikah dengan dengan nya. Zara menolak ia ingin melupakan laki-laki tersebut. Namun Kenan tidak mau. menyerah ia berusaha mendapatkan Zara dengan cara apapun. Apakah Zara akan jatuh pada laki-laki yang pernah menyakiti nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Ingin Bertemu
Suatu pagi Zara melakukan olah raga pagi dan bertemu Kenan di taman. Ia bersikap seolah tidak mengenal lelaki bertubuh kekar itu. Kenan hanya tersenyum sinis saat Zara lari pagi dan melewati dirinya. Kenan tidak mau ketinggalan ia membalasnya dan berlari melawati Zara. Tidak ingin berurusan dengan pria arogan seperti Kenan, Zara memilih menghindar dan memutar balik. Setelah beberapa putaran ia duduk di taman.
“Apa hanya itu tenaga seorang dokter?” Kenan sudah berdiri di sampingnya.
“Aku hanya melakukan olahraga ringan saja Pak Kenan. Lanjutkan saja … tidak usah Zaraukan aku.” Zara menyumpal kupingnya dengan headset dan kembali melanjutkan olah raga. Penolakan Zara membuat Kenan semakin penasaran dan tertantang. Dalam hidupnya ia tidak pernah ditolak dan dicuekin wanita, ia yang selalu menolak para gadis cantik yang mencoba datang dalam hidupnya. Tetapi kali ini dirinya yang ditolak.
“Apa Sean pengacara?” Kenan ternyata ikut berlari di sampingnya.
Zara tidak menjawab ia memilih terus berlari, tiba-tiba Kenan dengan berani menarik tangan Zara lalu menggendongnya dan memaksanya duduk di sebuah bangku taman.
“Kamu gila?” Bola mata Zara melotot kaget, ternyata ekspresi menggemaskan itu menarik perhatian Kenan, seolah-olah ada magnet yang menarik sesuatu dari dalam hatinya.
“Iya aku gila karena kamu terus menghindariku, ini sudah berbulan-bulan Zara. Berhenti menghindariku, hadapi saja kalau kamu punya masalah denganku.”
“Aku tidak punya masalah dengan kamu.”
“Tapi aku merasa ada.”
“Itu bukan urusanku, itu masalahmu sendiri.” Zara ingin berdiri tapi pundaknya ditahan sama Kenan.
“Aku ingin bicara.”
Zara menghela napas panjang mengalihkan tatapannya ke arah lain, “baiklah katakan saja.”
“Buku diary mu ada padaku,” ucap Kenan
Zara terdiam, ia mengingat masa lalu selalu membuatnya hatinya terasa sakit, tangannya terkepal kuat menahan perasaan, “buang saja, itu hanya sampah .”
“Kamu yakin?” Kenan menatapnya dengan dalam, “Aku akan membaca semua isinya kalau kamu tidak segera mengambilnya.”
“Buang saja itu hanya buku tidak penting.” Zara berdiri, lalu meninggalkan Kenan.
Kenan terdiam, tadinya ia berpikir kalau Zara akan meminta mengembalikannya, ternyata dugaannya salah. Tapi ia sudah bertekad akan mendapatkan Zara bagaimanapun caranya.
“Aku akan mendapatkan kamu bagaimanapun caranya,” ucap Kenan menatap Zara yang berjalan meninggalkannya.
**
Beberapa minggu berlalu, Zara akhirnya bekerja di sebuah rumah sakit swasta ternama di Jakarta. Kedua orang tua Zara sangat senang mendengar keputusan Zara untuk tinggal di Indonesia dan bekerja di rumah sakit yang mereka pilih.
“Aku akan menjadi supir adikku tercinta siap mengantar dan menjemput kapanpun dia mau,” ujar sang kakak laki-lakinya.
“Ayah juga siap mengantar Zara kerja, siap jadi supir juga asal digaji,” ucap lelaki itu bercanda. Momen kehangatan dan kegembiraan akhirnya terdengar dari meja makan juga. Keluarga Zara sangat harmonis kedua kakak laki-lakinya sangat menyayanginya.
Atmosfer di antara Kenan dan Zara mulai mereda. Pagi itu tiba-tiba Kenan datang menemui ayah Zara ia meminta izin untuk bicara dengan Zara. Mereka semua kaget ini berbeda dengan Kenan yang selalu bersikap dingin pada Zara.
“Apa ada yang penting Kenan?” tanya Zafar. Kalau dulu lelaki itu setuju perjodohan tetapi sekarang Zafar tidak suka melihat Kenan mendekati putrinya.
“Saya,hanya bicara sebentar dengan Zara Om, apa boleh?”
“Zara belum turun. Bagaimana kalau kita sarapan dulu.” Pria itu mengajak Kenan duduk lebih tepatnya mengintrogasi. “Bagaimana dengan bisnis properti, Kenan?” tanya Zafar dengan tatapan menyelidiki. Kenan kaget, ia tidak tahu kalau Zafar mengetahui pekerjaan sampinganya.
“Baik Om,” ucapnya berusaha agar tetap tenang.
“Kamu hebat, tidak semua orang bisa bekerja sama dengan mereka.
Kenan berhenti mengaduk kopi di gelasnya di depannya. “Aku tidak mengerti maksud , Om.” Kenan mengelak.
Zafar tidak menyahut ia hanya tersenyum kecil. “Aku berharap apa yang kamu bicarakan dengan Zara putriku bukan mengira bisnis yang kamu kerjakan.”
Kenan terdiam, Zafar seolah-olah tahu apa yang dilakukan Kenan selama ini. Saat ia ingin memperjelas, tiba-tiba Zara sudah turun. Karena hari itu hari minggu semua orang libur, tetapi tidak untuk Zara, ia masuk shift pagi.
“Selamat pagi Bun.” Zara duduk, ia terkejut karena ada Kenan di sana.
“Pagi Sayang, sini serapan dulu, Bunda sudah siapkan sarapan untuk kamu.”
“Tidak usah Bun, Sean bentar lagi mau jemput.”
“Suruh Sean ikut serapan juga kalau dia sudah tiba,”ucap Bu Rena.
‘Untuk apa dia datang ke rumah ini?’ Zara hanya menatap Kenan dengan dingin.
Zara menarik kursi tepat di samping Kenan, ia mengoleskan selai nanas atas roti. Kenan memperhatikan Zara, kebiasan lama itu masih tetap sama. Zara selalu menggunakan slai nanas untuk roti dan ia tidak suka roti yang dipanggang.
“Zara,Kenan katanya ingin bicara denganmu, bicaralah sebentar dengannya baru kamu berangkat kerja,” disuruh ayahnya, ia menatap Kenan dengan tatapan dingin, tidak suka melihat Kenan ada di rumahnya tetapi tidak mengatakannya secara langsung. Tetapi Kenan juga tahu kalau Zafar tidak suka melihatnya, bukannya hanya Zafar bahkan semua keluarga tidak suka melihat dirinya lagi.
“Aku pikir tidak ada yang perlu dibicarakan .” Zara menolak.
“Hanya sebentar tidak akan lama.” Bujuk Kenan.
Zara, menoleh pada Kenan dan mengangguk pelan, setelah menghabiskan satu roti di tangannya ia membantu ibunya membereskan semua ke dapur. “ Mau bicara apa?” tanya Zara.
“Boleh kita bicara di luar?”
Tidak lama kemudian, Sean menelepon ia mengabari tidak bisa menjemput Zara karena terjebak macet.
“Bagaimana kalau kamu mengantar Zara kerja kalian bisa sembari mengobrol,” usul Bunda Zara. Mendengar usulan istrinya Zafar memperlihatkan wajah penolakan.
“Tidak bisa, kalau Sean tidak bisa biar saya mengantar,” tolak Zafar, pria itu menunjukkan secara terang-terangan menolak Kenan mendekati Zara.
“Zara sudah terlambat mereka bisa mengobrol sembari jalan,” usul Rena lagi.
“Baiklah.” Zafar memperlihatkan tatapan sinis.
“Ada apa dengan Ayah, Apa dia menolak Kenan sekarang?” Damar bertanya sambil berbisik.
Rehan hanya menggeleng tidak tahu
Kenan setuju mengantar Zara, ia mengeluarkan mobilnya dan mengantar Zara kerja. “
“Tadi mau bicara apa?” tanya Zara setelah mobil setengah perjalanan.
“Apa benar kamu ikut acara bakti sosial yang diadakan rumah sakit?”
“Dari mana kamu tahu?” Zara balik bertanya.
“Itu tidak penting dari mana aku tahu. Aku bertanya padamu.” Kenan menatapnya serius.
“Iya benar.”
“Jangan ikut, batalkan saja.”
“Siapa kamu? Lagian apa urusanmu.”
“Zara, jangan libatkan dirimu, polisi sedang menyelidiki yayasan tersebut, kamu tidak boleh terlibat.”
“Aku sudah bilang kita jangan saling mengurusi orang lain. Apa kamu juga bagian dari mereka? Aku dengar kamu menjalankan bisnis dengan beberapa mafia besar. Apa benar kamu juga bos mafia?”
“Kita bukan membahas diriku, tapi kamu.”
“Jadi rumor yang aku dengar benar?” Zara tertawa kecut.”Apa Om sama tante tau kamu seorang penjahat?”
“Jaga bicaramu, Zara,” tegur Kenan. “Yayasan itu sebuah organisasi mafia, mereka hanya memanfaatkan orang-orang sepertimu.”
“ Kamu salah satu bagian dari mereka kan? Maksudmu aku bodoh dan dimanfaatkan. Dengar bukan hanya aku, bahkan dokter seniorku ikut peduli pada anak-anak malang seperti mereka. Hanya orang arogan sepertimu yang tidak peduli pada anak-anak terlantar seperti mereka.”
“Terserah, jika suatu saat kamu dapat masalah jangan menyesal, keluarlah, dasar keras kepala,” ucap Kenan kesal.
Zara keluar dari mobil berjalan menuju rumah sakit tempat ia bekerja. Ia tidak tahu bahaya yang menunggunya, terkadang niat baik dan tulus yang kita lakukan belum tentu mendapatkan balasan yang baik juga. Zara salah satu dokter yang ikut terlibat dalam sebuah organisasi peduli anak-anak yang memberikan bantuan obat-obatan pada anak-anak yang kurang beruntung yang dinaungi sebuah yayasan yang mengatasnamakan peduli anak-anak.
Bersambung