Dia adalah Zaidul Akbar, pemuda yang ingin berdiri tinggi diatas puncak dunia, Mungkinkah dia bisa mewujudkannya dengan dukungan yang diberikan oleh sistem.
Ikuti keseruan nya, jangan lupa Like dan dukungan, serta berkomentar lah yang baik. untuk membangun karya yang baik...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolong Lina 2
"Kemana orang tua mu Lin?" Tanya Zai sambil melabuhkan pantat nya di sofa
"Tunggu sebentar, Aku telpon mama dulu" Lina langsung mengambil Ponsel nya dan memanggil kontak mama nya.
"Hallo Ma, Mama dimana?"
"Mama lagi di pasar Nak! Ada apa?" Jawab ibu nya Lina sambil membayar sayuran yang dibeli.
"Aku sudah dirumah Ma, Dengan teman ku! Mama kapan pulang?" Tanya Lina lagi sambil berjalan ke dapur.
"Bentar lagi Mama pulang Nak, mau di beliin apa?" Tanya ibu nya lagi
"Apa aja boleh Mama, Aku tutup dulu ya Mama!"
Terdengar suara blender di dapur, dan semenit kemudian Jus Jeruk jadi, Kemudian Lina membawa nya ke ruang tamu. "Silahkan di minum" Ucap nya kepada Zai yang saat itu bersandar di sofa sambil memainkan Ponsel nya.
"Terima kasih Lin" lalu dia menyeruput minuman yang di buat kan oleh Lina..
"Bagaimana, Manis tidak?" Tanya Lina sambil duduk di sebelah Zai.
"Manisan kamu Lin," Zai terkekeh mengucap kan nya.
"Bos, Terlalu pandai merayu" Sahut Lina
Tidak berapa lama ibu nya pun datang dari pasar. Suara ketukan terdengar dari luar di iring suara lembut sang ibu "Lin, Buka pintu nya, Bantu mama bawa barang belanjaan!"
"Tunggu sebentar Ma!" Lina bergegas berdiri dan membuka pintu. Terlihat oleh mata nya belanjaan Mamanya memenuhi becak.
"Banyak sekali Ma" Ucap nya sambil membantu ibunya menurun kan barang belanjaan di becak
Zai berdiri setelah melihat dibalik tirai kaca, dan membantu ibunya Lina membawakan barang yang agak berat.
"Jangan, Nanti merepotkan" Ucap Mamanya Lina saat melihat Zai mengulurkan tangan hendak mengangkat barang.
"Tidak apa Tante, Aku hanya ingin membantu!" Ucap Zai langsung mengangkat dan membawa masuk kedalam.
"Bu...! Bu Faridah" Terdengar suara orang memanggil dan mereka bertiga langsung menoleh secara bersamaan.
"Ada apa Pak Budi, Kamu seperti di kejar anjing" Tanya Ibu nya Lina yang melihat Pak Budi terengah sambil jongkok karna kelelahan. "Minum dulu" kata ibu nya Lina mengambil kan air meneral gelas yang dia beli di pasar.
Pak Budi menyambut dan meminum nya sebentar lalu berkata "Anu bu, suami ibu di pukuli oleh anak buah Pak Indro!"
"Dimana Pak..?" Lina langsung maju dan bertanya
"Di proyek, Ayo ikuti aku kesana..!" Ajak Pak Budi yang langsung berlari kembali di ikuti oleh tiga orang di belakang nya.
Karna Jarak nya tidak terlalu jauh maka nya mereka cukup dengan berlari. Tapi itu pun membuat mereka sesak nafas dan Ngos-ngosan.
Terlihat di sana oleh mata ke Empat orang yang baru datang.
"Pak Abdullah..!" Teriak Pak Budi
"Suami ku..!" Ibu Faridah histeris melihat suami nya Berdarah-darah
"Ayah...! Lina berteriak dan langsung mendatangi namun di tahan tangannya Oleh Zai.
Zai langsung melompat dan menerjang salah satu dari tiga orang yang memukul Pak Abdullah, Ayah Lina.
Bugh... Braaak...!
Satu terlempar terkena tendangan Zai. Tersisa dua orang yang terkejut karna serangan mendadak.
Mereka berhenti memukul Pak Abdullah dan menatap tajam Pemuda yang memukul teman mereka.
"Kenapa kau menganggu pekerjaan kami? Apa kamu juga minta di hajar Hah!" Tanya salah satu nya.
"Hentikan lah... Semua bisa di bicarakan dengan Baik- baik" Ucap Zai tidak ada kegentaran di wajah nya. Meski pun di hadapan nya dua orang yang berbadan besar, Jelas dalam segi tubuh Zai kalah, Tapi belum tentu dalam segi kekuatan karna dia sudah menguasai teknik bela diri kuno, Dia percaya diri dengan kemampuan nya.
"Jangan sok jadi pahlawan, Ada saat nya kau baik di hadapan wanita dan ada saat nya kau lari jika terancam nyawa, Seperti saat ini! Kami masih berbaik hati jadi lekas lah pergi!" Perintah Bagong, Bagong inu yang tubuh nya paling besar. Dia melirik ke anak Pak Abdullah yang cantik, Tersirat rasa ingin mencicipi. Tapi bos sudah memesan nya untuk di nikahi.
"Suruh bos kalian datang kesini, Katakan pada nya aku akan membayar semua hutang Pak Abdullah! Hari ini juga!" Pinta nya.
"Kau anak kecil berani memerintah kami" ucap Bagong langsung melayang kan tinju nya,
Tinju itu sangat cepat. Bahkan semua orang yang ada di proyek itu akan menyangka, Pemuda itu pasti pecah kepala nya jika terkena hantaman si Bagong
Ibu nya lina juga berteriak, "Lari nak..!"
Lina lebih parah dia melompat ke hadapan Zai berniat menjadi tameng,
Wuuuuush...! Suara angin berhembus di wajah Lina dengan mata yang masih terpejam dia dapat merasakan angin itu. Beberapa detik tidak merasakan ada nya benturan di kepala nya Lina pun membuka mata nya. Tangan kanan Zai berada di depan nya, Terlihat menahan pukulan Bagong dengan sempurna.
"Terima kasih telah berniat menolong ku, Tapi ini bukan Gaya ku, Menjauh lah, Jika hanya mereka aku bisa mengalahkan nya" Zai tersenyum sambil berkata dengan penuh kepeecayaan diri.
Zai menangkap kepalan tangan bagong dan menarik nya sedikit lalu memaju kan langah kaki kiri nya satu langkah. Lalu memasukan tangan kiri nya di antara siku Bagong kemudian dia menekan nya hingga terdengar bunyi
Kraaak.. Aaaaakh... Dan teriakan Bagong terdengar jelas di telinga semua orang.
Kejadian itu sangat cepat, Hanya beberapa detik saja Setelah lina bergeser. Langsung terdengar teriakan Bagong yang memilukan.
Lalu Zai menendang Bagong di kepala nya, Dengan tendangan kaki terkuat nya, Kaki kanan. Membuat Bagong telungkup dan Pingsan.
Bangking ternganga melihat adegan itu. Lalu dia menerjang ke arah Zai yang masih membelakangi nya. Dengan tendangan setengan melompat dia yakin dapat menghantam punggung pemuda itu.
Namun sekali lagi Bangking salah dengan perkiraan nya. Zai menggeser kaki kiri nya kebelakang dengan Kuda-kuda tarung nya, lalu bersiap menangkap Kaki Bangking yang mengarah ke arah nya.
Hap...! Setelah menangkap satu kaki Bangking Zai langsung memukul kan tinju nya kearah tempurung lutut Bangking.
Kretaaaak...! Al hasil tempurung lutut Bangking retak dan dia berteriak sampai air liur nya menetes. Hanya dia saja yang belum pingsan dan Zai melepas kan pegangan tangan nya pada kaki Bangking.
Bangking langsung terduduk memegangi lutut dan berkata "Ampun, ampuni aku! Aku hanya di suruh" ucapnya sambil menangis karna menahan sakit nya lutut yang retak.
"Cepat telpon Bos mu, Dan suruh datang kesini!" Ucap Zai tak Main-main.
Bangking terpaksa merogoh saku nya dan mengambil ponsel nya dengan tangan kanan nya. Sedang kan tangan kiri nya masih memegang kaki nya yang ngilu.
"Bos, Bisa kah bos datang ke lokasi Proyek.? Ada orang yang ingin bertemu dengan mu Bos!" Ucap Bangking langsung menutup telpon nya..