Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Pagi itu Ratna memasuki gedung kantor dengan terburu-buru, karena imbas dari lembur yang mengharuskan ia begadang semalaman membuatnya telat 10 menit. Karena hari ini RUPS dan Ratna ditugaskan menggantikan Pak Samsul. Sesampainya didepan ruangan rapat, Ratna dikejutkan oleh seorang laki-laki tampan yang tiba-tiba membuka pintu.
"Eh" Ratna melongo terpesona dengan laki-laki dihadapannya ini, karena menyadari tingkah konyolnya tersebut Ratna buru buru membenarkan pakaiannya walaupun baju yang ia kenakan sudah rapi.
"Kamu Ratna kan?" Ratna terkesiap, lalu mengangguk.
"Apa sudah dimulai rapatnya?" tanya Ratna hati hati, tahu bahwa ia sudah telat 10 menit.
"Belum, karena Pak Anton masih terjebak macet. Mungkin 10 menit lagi beliau sampai" jawab laki-laki itu dengan sedikit senyum. Karena Ratna adalah tipe wanita yang mudah sekali salah tingkah, lihat saja sekarang wajahnya berubah merah seperti kepiting rebus. Hanya karena senyuman seorang lelaki tampan.
"Maaf, kalau boleh tau anda siapa ya? Karena saya baru melihat anda hari ini" tanya ratna dengan wajah sedikit menunduk karena malu tertangkap basah salah tingkah.
"Saya Roni, sekretaris Pak Anton" Jawabnya diakhiri dengan senyuman yang sedikit meledek, karena ia mengetahui bahwa perempuan dihadapanya ini sedang salah tingkah.
"Uhm kalau begitu saya masuk dulu ya" Jawab Ratna dan ngibrit memasuki ruangan rapat tersebut. Roni memperhatikan tingkah wanita di hadapannya ini. Manis. Batinnya sambil tersenyum kecil. Karena menyadari dirinya mulai ikutan salah tingkah, ia berdeham untuk menetralisirkan perasaannya. Kemudian ia menyusul masuk kedalam ruangan sehingga ia melupakan sesuatu yang harus ia lakukan.
Didalam ruangan itu, Roni tidak henti-hentinya menatap Ratna sedaritadi sibuk memeriksa berkas yang harus ia serahkan kepada Pak Anton. Merasa diperhatikan, Ratna melirik sekilas kepada Roni dan kembali menatap berkas dihadapannya itu.
"Mengapa tiba tiba jantungku berdegup kencang gini sih" decaknya sebal dalam hati. Pasalnya lelaki itu terus mencuri pandang ke arahnya dan sesekali menatapnya lama. Tak lama pintu terbuka dan masuklah seorang lelaki tampan. Semua orang diruangan itu menoleh pada sumber suara kecuali Ratna yang masih terus menatap lembaran berkas di hadapannya.
"Selamat pagi semuanya, Saya Ethan Antonio. Maaf saya sedikit terlambat. Bisa dimulai rapatnya. Saya persilahkan Bapak Roni selaku sekretaris saya melakukan presentasi untuk persiapan kerja kedepan" Ratna menoleh terkejut karena ia sangat mengenal nama orang itu. Ketika ia menoleh, benar saja apa yang dikatakan sahabatnya. Lelaki bajingan. Bisiknya dalam hati.
Disepanjang rapat Ratna terus memperhatikan Ethan dengan tatapan sinisnya. Walaupun begitu, seorang yang ia perhatikan itu bahkan menyadari jika sedang ada aura permusuhan dari wanita yang bernama Ratna, yang tidak lain adalah sahabat Anessa. Ethan mengenal betul wanita di hadapannya ini, karena terakhir kali mereka bertemu yang dilakukan Ratna adalah mengusir dan melemparinya sapu.
Karena rapat telah selesai, para karyawan lain mulai satu persatu meninggalkan ruangan tersebut. Tapi tidak dengan Ratna, ia terus menatap Ethan seolah ia adalah mangsa empuk yang enak untuk disantap. Ethan mulai jengah dengan tingkah wanita ini, ia berdeham untuk mencairkan suasana yang agak menegang.
"Kenapa lo disini" tanya Ratna dengan raut muka datar dan tatapan sinis.
"Jaga perilakumu, disini saya atasan anda" Sahut Ethan tidak mau kalah.
"Dimana Anessa? Hari ini saya mendapat laporan jika dia izin tidak masuk kerja" tanya Ratna dengan nada rendah karena ia mulai emosi dengan pria tersebut.
"Rumah sakit" jawab Ethan sekilas lalu ia pergi meninggalkan ruangan tersebut. Terakhir yang ia dengar, wanita itu menyebutnya bajingan..
Sekarang hanya ada Roni dan Ratna, Roni mulai mendekati Ratna kemudian memegang bahu perempuan tersebut. Namun karena Ratna sedang kesal, ia menepis kasar tangan laki laki itu.
"Sepertinya kalian sudah pernah mengenal sebelumnya, apa kamu teman Anessa?" Ratna mengangguk tanpa menoleh kearah Roni.
"Rumah Sakit Pelita Harapan, Ruang melati nomor 2" Roni menepuk bahu Ratna kemudian berlalu pergi.
...****************...
Seusai jam kerja habis, Ratna segera pergi ke rumah sakit dimana Anessa sedang dirawat, tak lupa ia mampir untuk membeli buah tangan selayaknya orang yang sedang membesuk. Meskipun terkadang Ratna dan Anessa sering bertengkar, mereka sudah selayaknya saudara yang tidak bisa terpisahkan. Anessa lah yang menjadi alasan Ratna untuk ikut pindah ke surabaya, karena Ratna sudah menganggap Anessa lebih dari teman.
Setibanya didepan ruang inap Anessa, Ratna disambut dengan pemandangan yang sedikit mengharukan. Disana Anessa sedang tertidur lelap dan ada sosok laki-laki yang menggenggam erat tangannya. Dan tidak lupa, bocah laki laki yang masih mengenakan seragam sekolah tertidur pulas di sofa. Ratna mengenal betul lelaki itu. Lalu ia memutuskan untuk memasuki ruangan tersebut tanpa mengetuk pintu, lelaki itu menoleh dan mempersilahkan Ratna duduk bersebrangan dengannya di pinggir ranjang.
"Lo mau sampai kapan sih Ness kaya gini" celetuk Ratna dengan mata yang mulai berair. Hening, tak lama pintu dibuka dan muncul sosok perempuan dengan piyama tidur yang masih ia kenakan, dan dua koper pink mencolok miliknya. Lalu ia berhambur memeluk Ratna dan menangis.
"Rat, apa penyakitnya kambuh lagi?" tanya Serly kepada Ratna dengan muka merah khas orang habis menangis. Ratna menggeleng, karena ia belum bertanya sedikitpun pada laki-laki dihadapannya ini. Serly, setelah diberitahu oleh Ratna bahwa Anessa dirawat dirumah sakit, ia langsung memesan tiket ke Surabaya saat itu juga. Dengan mengenakan piyama dan sandal jepit, serly memutuskan untuk langsung pergi saja dengan 2 koper yang ia isi dengan asal.
Tak lama setelah itu Anessa terbangun karena mendapati kamar nya yang bising oleh kedua sahabatnya. Kemudian Anessa beralih menatap tangannya yang digenggam oleh laki laki yang sudah di hafalnya. Ia menarik tangannya kemudian berbisik bisik kepada sahabatnya karena takut mengganggu dua orang laki laki, dewasa dan anak kecil yang masih tertidur pulas.
"Dari kapan dia ada disini" tunjuk Anessa dengan suara berbisik. Serly mengendikkan bahu pertanda ia tidak tahu. Sedangkan Ratna hanya menatap sekilas dua orang temannya itu dan melanjutkan mengupas buah jeruk miliknya.
"Dari sebelum gue disini dia udah disini, pake acara tangan lo di pegangin mulu. Kaya orang mau kabur aja" kekeh Ratna menatap jahil Anessa. Kemudian Anessa menimpuk keras lengan temannya karena suaranya yang seperti toa.
"Uhm Bunda udah bangun ya?" sahut Keeynan yang tiba tiba saja terbangun karena mendengar suara Ratna yang seperti toa.
"Loh Keey kok belum ganti baju?" tanya Anessa karena ia tidak menyadari jika anaknya tersebut belum berganti pakaian dari sekolah.
"Tadi keey diantar jemput sama om Ethan Bun, terus langsung diajak nengokin Bunda" sahut Keeynan dengan muka setengah ngantuknya.
"Keey sudah makan?" ia mengangguk mantap.
Tak lama, Ethan bergerak menandakan jika ia terganggu dengan suara suara manusia yang ada di ruangan tersebut. Tiga wanita itu terdiam mendapati suara desahan Ethan, terutama Anessa, mendadak ia jadi salah tingkah. Ratna yang menyadari hal itu kemudian menggoda Anessa dengan tatapan meledek seolah mengetahui isi pikiran sahabatnya itu. Ethan yang sudah sepenuhnya terjaga menjadi salah tingkah ketika orang orang diruangan itu menyadari dirinya terbangun. Untuk menetralkan perasaannya Ethan beralih kepada Keeynan.
"Kamu nggak lapar? Om sangat lapar. Ayo kita cari makanan saja biarkan Bunda bersama tante tante ini" tanyanya kepada Keeynan. Keeynan yang kebetulan sudah lapar lagi mengangguk bersemangat.
"Kamu mau apa? Biar aku bawakan" tanya Ethan kepada Anessa.
"Aku tidak lapar" sahut Anessa yang begitu tudak bersemangat.
"Anessa doang nih yang ditawarin? Kita berdua cuma pajangan kah?" celetuk Serly.
"Terserah kalian saja" kemudian Ethan melengos pergi dan menggendong Keeynan.
Serly dan Ratna menoleh kompak pada Anessa, bertanya tanya mengapa Keeynan bisa begitu dekat dengan pria itu.
"Sejak kapan?" tanya Serly.
"Apanya?" jawab Anessa pura pura tidak tahu.
"Sejak kapan mereka bisa sedekat itu?" sahut Ratna dengan memicingkan mata dengan curiga. Anessa yang ditanyai seperti itu hanya bisa gelagapan. Lalu ia mengambil buah agar mengalihkan pandangan kedua temannya yang sedang menaruh curiga kepadanya.
"Jangan pura pura buta ya lo, jelas jelas kita udah lihat semuanya. Mau sampai kapan? Anak lo juga butuh bapaknya Ness" Sentak Ratna begitu ia melihat tingkah laku temannya yang sangat plin plan ini.
"Gue nggak tau, untuk saat ini gue masih nggak bisa berfikir jernih. Dokter nyuruh gue berobat ke Singapura" sahut Anessa. Kedua sahabatnya itu sontak kaget mendengar penuturan Anessa, kemudian mereka mengalihkan dengan lelucon lelucon semasa mereka kuliah. Tanpa mereka sadari, sepasang mata wanita telah memperhatikan dengan sinis dari balik pintu kamar yang transparan.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/